Awas! Pemberian Susu Kental Manis Bisa Sebabkan Balita Stunting

325
Ilustrasi: Dialog ibu dan anak. (Foto: muslimmomy)

Muslim Obsession – Salah satu hambatan bagi usaha mewujudkan Indonesia Emas 2045 adalah stunting yang masih tinggi. Prevalensi stunting pada tahun 2022, mencapai 21,6 persen.

Stunting sendiri adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.

Penyebab stunting pun beragam, mulai dari kekeliruan dalam pemberian nutrisi kepada bayi. Misalnya memberi susu kental manis pada balita, konsumsi bubur nasi dengan pisang, hingga lingkungan yang tidak sehat karena buruknya sanitasi dan sampah yang menumpuk.

Bergerak melawan stunting, Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menggelar pelatihan bagi 50 perwakilan kader dari berbagai wilayah di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Sabtu (7/10/2023).

Acara terselenggara oleh kerjasama PP ‘Aisyiyah dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI).

“Pelatihan kader yaitu Gerakan ‘Aisyiyah Sehat (GRASS). Khusus pelatihan hari ini untuk bagaimana kader kami ikut didalam pencegahan stunting. Di mana stunting di Kalimantan Timur ini ternyata masih cukup besar persentasenya masih diatas 23 persen,” ungkap Wakil Ketua Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah, Chairunnisa.

“Kami melatih kader kami ini, kemudian nanti mereka akan melakukan tindak lanjut dari hasil hari ini untuk turun ke masyarakat melakukan edukasi cegah stunting,” sambungnya. Pada pelatihan ini, para kader diarahkan untuk menjalankan beberapa metode agar edukasi ke masyarakat tepat sasaran.

Misalnya, edukasi secara tatap muka melalui kunjungan rumah ke keluarga yang terindikasi stunting. Edukasi lewat kelompok pengajian atau ke anak-anak sekolah hingga edukasi tidak langsung melalui media sosial.

“Jadi nanti kami persiapkan media berbentuk e-flyer. Di situ ada materi terkait bagaimana stunting terjadi dan dampaknya apa. Biasa kami unggah ke WhatsApp, Facebook, dan Instagram,” sambung Nisa.

Kolaborasi Edukasi Cegah Stunting Bayi
Menyambung Chairunnisa, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat berharap kerja sama dengan ‘Aisyiyah semakin kuat.

Khusus di Kaltim, kedua organisasi ini diketahui telah melakukan koordinasi dengan Puskesmas Lok Bahu guna melakukan kunjungan terhadap sejumlah keluarga dengan 29 anak stunting.

Masih tingginya angka stunting di provinsi Kaltim, yakni sebanyak 23 persen diharapkan mematangkan kader ‘Aisyiyah dalam mensosialisasikan dan memberi pendampingan kepada para orangtua tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama.

“Kami berharap dengan adanya edukasi ini, para kader bisa menjadi agen perubahan di masyarakat,” harapnya.

Sementara itu, Ahli Gizi RSUD AW Syahranie, Arif Sudarsono mengatakan stunting disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari masalah gizi hingga permasalahan determinan karena penyebab lain.

“Kalau permasalahan determinan itu banyak keluarga yang masih belum punya jamban. Lalu mereka yang menikah muda. Terlepas dari itu, seorang perempuan yang mau menikah harus paham fondasi untuk menyiapkan diri sebagai ibu dan punya anak,” jelas Arif.

Misalnya, anak berusia 6 bulan masih harus diberikan ASI eksklusif. Jangan justru diberikan makanan dan minuman yang tak sesuai untuk usianya.

Dia juga melihat, di Kaltim dan khususnya Samarinda telah terjadi pergeseran pola makan. Mulai banyak masyarakat yang tertarik untuk mengonsumsi junk food. Walhasil, tingkat konsumsi buah dan sayur di Kaltim juga semakin rendah.

“Sekarang, yang meningkat justru konsumsi gula dan minyak. Ini berkolerasi dengan pola makan ibu hamil. Stunting itu bisa diketahui dari anak pertama lahir kalau tinggi badannya kurang dari 46 cm,” jelasnya.

Turut menambahkan, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr. Jaya Mualimin bahwa, angka stunting di Bumi Etam mengalami kenaikan sebesar 23,9 persen pada 2022 dari yang sebelumnya pada 2021 sebesar 22,8 persen. Hal tersebut berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 dan 2022 dari Kementerian Kesehatan.

“Angka stunting di Kaltim ini tinggi, bahkan ada yang baru lahir sudah stunting. Ini menunjukkan bahwa ada masalah gizi ibu hamil juga,” kata dr. Jaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here