Apa dan Siapa Salaf?

904

Oleh: Ustadz Syukron Ma’mun Albhogori (Pengurus MUI Kota Bogor)

Ketika saya datang kepada suatu tempat, dan diperkenalkan sebagai seorang ustadz, lalu ada yang bertanya kepada saya langsung. Ia bertanya dengan polosnya, “Anda Salaf?” (orang terdahulu/generasi awal)?

Saya agak sedikit diam. Kemudian saya jawab, “Bukan, saya kholaf (orang belakangan/generasi akhir)”.

Orang itu agak sedikit bingung. Lalu saya katakan, jika salaf yang anda maksud adalah zaman atau Qurun, maka saya bukan orang salaf, tapi kholaf, karna memang saya kholaf lahir di tahun 1.900an.

Tapi jika maksud salaf adalah manhaj, maka saya adalah salaf, karna saya tidak pernah berbicara masalah agama kecuali berdasarkan rujukan saya kepada Al-Quran dan sunnah sesuai dengan pemahaman ulama salaf. Dia makin bingung.

Di sinilah banyak orang yang bicara sesuatu, ternyata dia tidak paham apa yang dibicarakannya. Bahkan cenderung ikut-ikutan tanpa mengakaji atau kritis.

BACA JUGA: Men-Dhomirkan Al-Quran

Sedikit saya ingin menjelaskan, apa itu salaf dan siapa yang dimaksud generasi salaf berdasarkan hadits: “Sebaik-baik Qurun adalah Qurunku, dan kurun setelahku…”

Sebetulnya masalah ini sudah banyak yang membahas, dan saya pun sudah pernah mempostingnya di akun media sosial saya. Tapi tidak mengapa sebagai bentuk bring to mind.

Menurut bahasa (etimologi), Salaf (اَلسَّلَفُ) artinya yang terdahulu (nenek moyang), yang lebih tua dan lebih utama. (Lisaanul ‘Arab, 6/331). Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan (سَلَفُ الرَّجُلِ) salaf seseorang, maksudnya kedua orangtua yang telah mendahuluinya. (Al-Mufassiruun bainat Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat, 1/11)

Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari umat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah ﷺ bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah pada kurunku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in),” (HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533).

Qurun bisa bermakna zaman, generasi, atau abad. Jika bermakna generasi, maka kalo kita konversikan kepada tahun satu generasi sama dengan 70 tahun, maka berdasarkan makna tekstual dari Hadits itu berarti yang disebut generasi terbaik adalah dari nabi dan sahabat, tabiin dan Tabi’ut tabiin, sampai tahun ke 201 H, jika Qurun itu adalah Abad, dan satu Abad sama dengan 100 Tahun, berarti 3 Qurun sama dengan Tiga Abad, atau 300 Tahunan Hijrah.

Jika salaf itu juga bermakna Manhaj (Metode) dalam memahami Nash (Al-Quran dan sunnah), maka mereka juga lah yang memiliki Metode-metode itu (manhaj-manhaj) itu, baik metode Ijma’, qiyas, istibaatulahkam, istidlaalul ahkam, dan lainnya.

Lalu, siapakah ulama yang hidup pada generasi awal itu setelah nabi ﷺ dan sahabat? Beberapa di antaranya adalah: Imam Hanafi lahir pada tahun 80 hijrah, Imam Maliki (93 hijrah), Imam Syafi’ie (150 hijrah), Imam Hanbali (164 hijrah), dan Imam Asy’ari (240 hijrah).

Demikian, wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here