UBAS Jelaskan Kriteria Seorang Pemimpin yang Ideal dalam Islam

1373

Banda Aceh, Muslim Obsession – Ketua Lembaga Dakwah Parmusi (LDP) Pusat Dr. KH. Bukhori Abdul Shomad, MA yg lebih dikenal dengan sebutan UBAS menyampaikan kriteria seorang pemimpin yang Ideal dalam Islam sesuai dengan hadist Rasulullah Saw.

Hal itu disampaikan UBAS dalam acara temu tokoh umat Islam Aceh dengan Parmusi yang dihadiri Ketua Umum Parmusi H. Usamah Hisyam, mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Tgk Muhammad Yus, Kepala Dinas Syariat Islam Dr MK Alidar, Ketua Dewan Syariat FPI Aceh Tarmidzi Daud, Ketua Wilayah Parmusi Aceh Bahrom Muhammad Rasyid dan tokoh lain.

Temu tokoh Islam dengan Parmusi merupakan rangkaian acara Musyawarah Wilayah (Muswil) ke IV Parmusi Provinsi Aceh yang juga dihadiri Ketua Majelis Penasehat PP Muslimah Parmusi Daisy Astrilita, Ketua Umum Muslimah PP Parmusi Nurhayati Payapo, Bendahara PP Parmusi Dewi Achyani, serta jajaran pengurus daerah Parmusi di seluruh kabupaten di Aceh.

UBAS menuturkan dalam hadist Rasulullah Saw disebutkan bahwa ada 7 golongan yang akan mendapat perlindungan di hari pembalasan. Dari 7 golongan itu kata UBAS, ternyata pemimpin yang adil menempati urutan teratas, kenapa pemimpin?

UBAS menjelaskan karena di tangan pemimpinlah tegaknya keadilan, kesejahteraan, kedamaian, ketentraman dan ketertiban umat bisa terwujud, dan ditangan pemimpin lah Syariat itu berjalan. Begitu juga sebaliknya, di tangan pemimpin kerusakan, kezholiman dan kehancuran umat dan bangsa bisa sekejap dilakukan.

“Maka penting sekali umat memilih pemimpin yg sesuai kriteria Al-Quran dan Al-Hadits,” ujar UBAS waktu itu di Asrama Haji Banda Aceh belum lama ini yang juga dihadiri wartawan Muslim Obsession.

UBAS yang sering dijuluki kiai fenomenal, karena ia tidak saja pimpinan pondok, tapi juga dosen dan aktivis ini menututurkan, bahwa pemimpin itu harus memiliki minimal dua kreteria. Pertama, cerdas intelektual. Kedua, cerdas spiritual.

Pemimpin harus memiliki kecerdasan intelektual maksudnya adalah memiliki kemampuan (capable) memimpin, kemampuan menagerial, punya visi misi yang jelas dan terukur dengan prinsip berkeadilan, mensejahterakan rakyat serta membangun peradaban.

“Sehingga ia mampu melahirkan inovasi-inovasi baru yang berdaya guna dan tepat guna yang dapat mensejahterakan rakyat dengan prinsip berkeadilan. Cerdas intelektual di sini tentu sebagai muslim adalah kecerdasan yang tidak melanggar nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah,” tuturnya.

Adapun cerdas spiritual kata dia, adalah
seorang pemimpin harus yang dekat dengan Khaaliqnya, “Hablun mina Allah” harus menjadi tolak ukur dalam memilih pemimpin. Hal itu kata dia sesuai dengan Firman Allah swt: “Tidaklah Ku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah-KU (Allah).”

“Kecerdasan spiritual akan melahirkan pemimpin yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Tentu sifat-sifat yang muncul dari diri seorang pemimpin tersebut adalah siddiq, amanah, tabligh dan fathonah, seperti Rasulullah Saw,” tuturnya.

Menurut UBAS jika pemimpin sudah cerdas spiritualnya, maka bisa dipastikan pemimpin itu akan cerdas emosional dan cerdas sosial. Cerdas emosional artinya seorang pemimpin tidak mudah emosional, marah apalagi dendam

“Seorang pemimpin harus menerima masukan bahkan kritikan. Rival harus dijadikan partner dalam membangun kesejahteraan rakyat, bukan sebaliknya harus disingkirkan dan dihabisi,” tuturnya.

Sedangkan cerdas sosial kata dia, berarti pemimpin harus berdiri di atas kepentingan rakyat dan bangsa, pemimpin harus peduli dengan rakyatnya, harus mensejahterakan rakyat, harus mengayomi bukan menzholimi, harus merangkul bukan memukul, harus menjadi perekat bukan penyikat, harus jadi Qudwah hasanah.

Maka kecerdasan spiritual menurut UBAS yang juga Wakil Ketua PA 212 itu merupakan faktor utama dalam keberhasilan seorang pemimpin.
Karena jika hanya mengandalkan kecerdasan intelektual semata tanpa kecerdasan spiritual maka lahirlah pemimpin-pemimpin yang zholim, pemimpin yang mementingkan kepentingan pribadi dan golongan, pemimpin yang korup dan tidak peduli rakyat.

“Jadi kehancuran suatu kaum dan bangsa akan didapatkan dari pemimpin yang hanya cerdas intelektual tanpa spritual,” tutup UBAS. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here