Studi: Diskriminasi pada Ibu Hamil Berpengaruh ke Perkembangan Otak Bayi

289

Muslim Obsession – Mengalami diskriminasi dan akulturasi budaya selama kehamilan tidak hanya berdampak pada kesehatan ibu, namun juga berdampak buruk pada kesehatan otak bayi, demikian menurut sebuah penelitian.

Studi yang dilakukan oleh peneliti Universitas Yale dan Columbia menunjukkan bahwa pengalaman menyakitkan yang dihadapi wanita hamil dapat memengaruhi sirkuit otak bayi mereka yang belum lahir dan berbeda dengan pengalaman yang disebabkan oleh stres dan depresi pada umumnya.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat stres dan depresi yang tinggi tidak hanya berbahaya bagi orang yang mengalaminya, tetapi juga dapat berdampak jangka panjang pada anak jika dialami selama kehamilan.

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian juga mengungkapkan bahwa diskriminasi dan akulturasi – atau perubahan yang terjadi akibat migrasi dan penyeimbangan berbagai budaya yang berbeda – dapat memengaruhi otak orang dewasa.

Yang kurang jelas adalah bagaimana anak-anak mungkin terkena dampak dari pengalaman diskriminasi dan akulturasi yang dilakukan orang tua mereka.

Dilansir Siasat, Jumat (1/12/2023) studi baru ini melibatkan 38 wanita, yang bayinya menjalani pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk mengevaluasi konektivitas otak.

Hasilnya, yang diterbitkan dalam jurnal Neuropsychopharmacology, menunjukkan perbedaan pada anak-anak yang orangtuanya dilaporkan mengalami diskriminasi saat hamil.

“Amigdala adalah area otak yang berhubungan dengan proses emosional dan sangat rentan terhadap stres prenatal,” kata para peneliti.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pengalaman awal menghadapi kesulitan dapat memiliki dampak terukur pada konektivitas amigdala pada bayi, anak-anak, remaja, dan orang dewasa.

Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa amigdala terlibat dalam pemrosesan etnis dan ras, seperti membedakan wajah orang dari ras atau etnis berbeda, misalnya.

Ketika para peneliti menilai konektivitas antara amigdala dan wilayah lain di otak yang disebut korteks prefrontal, yang dikaitkan dengan fungsi tingkat tinggi, mereka menemukan bahwa anak-anak dari orang yang mengalami lebih banyak diskriminasi saat hamil memiliki konektivitas yang lebih lemah antara kedua wilayah otak tersebut.

“Temuan kami konsisten dengan apa yang Anda harapkan untuk dilihat pada otak mereka yang terkena dampak kesulitan hidup awal, baik sebelum atau sesudah kelahiran,” kata Dustin Scheinost, profesor radiologi dan pencitraan biomedis di Yale School of Medicine.

Penelitian di masa depan, katanya, harus fokus pada apakah populasi lain terkena dampak serupa dan apa yang mendasari dampaknya.

“Kami tidak sepenuhnya mengetahui mengapa hal ini terjadi,” kata Scheinost. “Jadi kita perlu menyelidiki mekanisme biologis yang membawa pengalaman kesulitan ini dari orangtua ke keturunannya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here