Petuah Bangkit dari “Sunrise of Java”

668

Setidaknya itu yang kami saksikan saat meneguk kopi Osing di warung milik Setiawan “Iwan” Subekti pemilik rumah adat Osing Sanggar Genjah Arum Desa Kemiren Banyuwangi. Apa yang telah dilakukan di warung Osing Iwan sepatutnya menginspirasi para pelaku restoran dan pariwisata lainnya.

Para tamu yang hendak bersantap, tidak perlu repot-repot membuka-tutup masker. Sebab, dengan membuka masker pun mereka tetap bisa makan dan ngobrol tanpa khawatir saling menularkan virus.

Sebelum obyek-obyek wisata dioperasikan, semuanya lebih dulu dicek secara detail kesiapannya oleh tim yang dibentuk pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kepada yang memenuhi syarat akan diberikan sertifikat. Secara periodik dinilai konsistensi pelaksanaannya. Bagi yang belum memenuhi syarat, belum akan diizinkan buka.

“Kepada yang melanggar langsung dicabut izin operasionalnya dan usahanya ditutup. Kami tidak mau mengambil risiko apalagi sampai ada yang terkena Covid-19,” tegas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Berdendang hati Doni demi melihat Banyuwangi menggerakkan sektor ekonomi dari pariwisata dengan persiapan yang matang. Dari informasi yang dikantonginya, Doni pun memberikan saran kepada Bupati Azwar Anas terkait pemanfaatan TKI.

Tak kurang dari 144.000 TKI (pekerja migran) akan pulang ke Banyuwangi, akibat “krisis ekonomi akibat pandemi”. Mereka harus diprioritaskan bekerja di sektor pariwisata. Sebab, para TKI setidaknya memiliki skill bahasa asing tempat mereka bekerja.

“Dan yang lebih penting, mereka memiliki jiwa hospitality yang tinggi dan tahu cara melayani, cari mereka,” ujar Doni, yang direspon Azwar dengan sangat positif.

Doni menambahkan, dari 144.000 TKI itu, entah berapa persennya, pasti akan berkomunikasi kembali dengan bekas majikan atau relasinya di negara tempat mereka bekerja sebelumnya. Saat komunikasi itulah, para TKI bisa menjadi ujung tombak marketing, untuk menarik orang asing datang ke Banyuwangi.

“Ini, ada pak Tommy (Suryo Pratomo), Dubes kita di Singapura. Tugas pak Tommy-lah bagaimana caranya ada penerbangan langsung dari Singapura ke Banyuwangi,” kata Doni terarah ke Tommy. Tommy tersenyum dan menukas, “Siap, Pak!”

Matahari pun tergelincir ke barat. Doni dan rombongan menuju Hotel El Royal tempat menginap. Mendadak, selepas maghrib Doni minta check out. Bukan pulang ke Jakarta, tetapi memilih menginap di Pendopo Kabupaten Banyuwangi. Koorpspri Kolonel Budi Irawan dan Kepala Biro Umum Andi Eviana pun lincah segera membopong peralatan vicon ke pendopo bupati.

Doni dan beberapa staf pun pindah ke pendopo kabupaten yang klasik dan banyak pepohonan. Pendopo Kabupaten Banyuwangi mengingatkan Doni akan kunjungannya setahun lalu, tepatnya 13 Juli 2019. Pohon beringin tua yang ada di sana, sungguh memikat hati Doni.

Malam hari, agenda video conference pun digelar di halaman pendopo, didahului makan malam dengan menu khas Banyuwangi. Ada pecel-pitik, pindang koyong, dan lain sebagainya. Doni tampak sumringah. Sekali waktu ia berkata, “Ini untuk pertama kalina sejak tiga bulan terakhir, v-con tidak di dalam ruang, tapi di ruang terbuka.”

Bupati Azwar Anas, sebagai tuan rumah, dipersialkan memberi paparan tentang langkah-langkah inovatifnya membuka sektor pariwisata. Harapan Doni, pola Banyuwangi bisa ditiru oleh para peserta v-con lain yang terdiri atas sebagian besar bupat/walikota se-Indonesia, di samping para stakeholder lain.

Strategi promosi dari Kabupaten Banyuwangi adalah corporate strategy dimana pembuat dan penyusun strategi adalah manajemen puncak yang dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Pelaksanaan strategi promosi dilakukan dengan menggunakan bauran promosi (promotion mix) yang terdiri dari 4 saluran promosi yang dibaurkan. Dengan menggunakan periklanan, promosi penjualan, pemasaran langsung, dan hubungan masyarakat yang dibaurkan menjadi sebuah strategi promosi telah mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Banyuwangi.

Visi pariwisata Banyuwangi adalah “Mewujudkan Banyuwangi Sebagai Daerah Tujuan Wisata Nasional yang Berbasis Kebudayaan dan Potensi Alam Serta Lingkungan”. Untuk mewujudkan misi tersebut, bupati tidak hanya membebankan kepada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata. Semua SKPD diberi tambahan tugas pariwisata dalam program kerjanya.

Dinas Pertanian, misalnya, menyelipkan program pengembangan wisata agro. Dinas Pendidikan misalnya, memasukkan muatan pariwisata dalam kurikulum ekstranya. Kominfo Kabupaten Banyuwangi, juga turut mengembangkan pariwisata di antara tupoksi yang diemban. Begitu pula Satker-satker yang lain. Terpadu. Terarah.

Saat Doni Monardo berbicara, ia tanpa ragu meminta para kepala daerah menyiapkan sektor pariwisata sebagai leading sektor memulihkan perekonomian di tengah pandemi. Semua daerah, tanpa kecuali. Sebab, semua daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki potensi alam yang sangat indah dan diminati tidak saja turis domestik, tetapi juga turis asing.

“Tidak perlu menunggu ada investor membangun hotel. Bagi daerah yang belum memiliki hotel berbintang, tidak perlu khawatir. Kembangkan homestay. Libatkan masyarakat. Bantu mereka menyiapkan satu-dua kamarnya untuk para turis dengan fasilitas yang hiegienis. Bantu masyarakat dengan merenovasi isi kamar dan toilet yang bersih. Turis asing yang penting bersih. Mereka, para turis asing itu senang hidup membaur dengan masyarakat lokal,” papar Doni.

Mantan Danjen Kopassus itu lantas mencontohkan daerah kawasan Lease, tepatnya di Nusalaut. Di sana tidak ada hotel. Pulaunya juga tidak besar, tapi sangat indah. Sewaktu menjabat Pangdam XVI/Pattimura (2015-2017), Doni melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana para turis asing menikmati Nusalaut, dan menginap di rumah-rumah penduduk.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here