PBB: Kekerasan di Idlib Jadi Tragedi Kemanusiaan Terburuk Abad Ini

831
Hala, (9 th) salah satu anak perempuan, sedang menerima perawatan di sebuah rumah sakit sementara. Setelah pemboman pemerintah Suriah di kota Saqba yang dikuasai pemberontak, di wilayah Ghouta Timur yang terkepung di pinggiran ibukota Damaskus. (Photo: AFP)  

Washington, Muslim Obsession – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan potensi pertempuran berskala penuh di provinsi Idlib Suriah dapat mengakibatkan bencana kemanusiaan terburuk di abad ke-21.

Wakil sekretaris jenderal dan koordinator bantuan darurat PBB Mark Lowcock mengatakan operasi apa pun dengan kekuatan militer penuh akan memberikan mimpi buruk bagi kemanusiaan seperti yang pernah disaksikan di Suriah.

Dilansir Anadolu Agency, Senin (20/5/2019) saat ini, sekitar 1,5 juta orang tinggal di Idlib. Setengahnya adalah pengungsi dari daerah lain di Suriah.

Pada September lalu, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.

Namun, Rezim Assad telah berkali-kali mengabaikan perjanjian dan terus-menerus menyerang zona de-eskalasi Idlib.

Dalam beberapa pekan terakhir, rezim dan sekutunya, Rusia, mengintensifkan serangan terhadap markas besar terakhir kelompok pemberontak.

Serangan itu mengancam timbulnya bencana kemanusiaan besar, di mana 180.000 warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam tiga minggu terakhir.

Menurut Lowcock, 180 orang tewas selama periode itu dan 80.000 lainnya terpaksa berlindung di ladang terbuka atau di bawah pohon.

“Terlepas dari peringatan yang kami berikan, ketakutan terburuk sekarang menjadi kenyataan,” kata Lowcock kepada Dewan Keamanan PBB.

Peledakan rumah sakit

Lowcock juga mengatakan bahwa fasilitas kesehatan menjadi sasaran serangan.

Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan telah terjadi 20 serangan terhadap 18 rumah sakit dalam tiga minggu terakhir.

Akibat serangan ini, 49 rumah sakit menghentikan aktivitasnya, sementara sejumlah fasilitas lain ditutup karena takut akan menjadi sasaran pemboman atau bentuk serangan lainnya.

“Setiap bulannya, rumah sakit memberikan rata-rata 171.000 konsultasi rawat jalan medis dan 2.760 operasi bedah besar,” kata Lowcock.

Pada 2016, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang mengutuk serangan terhadap fasilitas medis di daerah konflik.

Sejumlah negara anggota menganggap serangan semacam itu sebagai kejahatan perang.

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here