Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-74)

VII. Nabi Ilyas, Ilyasa, Yunus, Penghancuran Haikal Sulaiman (Masjidil Aqsha), Bani Israel Terjajah dan Diperbudak Lagi.

370
Lukisan Ratu Izebel memerintahkan membunuh nabi dan orang-orang shalih di Israel Samaria. (Sumber: Grunge.com)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Ayat tersebut selain menyebutkan kerasulan Nabi Ilyas, yang kemudian mengingatkan kaumnya agar kembali bertakwa, yaitu kembali pada ajaran tauhid yang diajarkan nenek moyang mereka, namun juga menyebutkan bahwa masih ada hamba-hamba Allah dari Bani Israel di Samaria yang disucikan dan yang beriman tauhid.

Hal itu yang menunjukkan bahwa masih ada dari Bani Israel yang melaksanakan ajaran tauhid namun tidak bisa leluasa melaksanakannya karena mendapat penindasan seperti adanya usaha membunuh Nabi Ilyas. Dengan demikian, ayat tersebut menunjukan situasi Bani Israel Samaria yang terbelah dalam keyakinan religiusnya.

3. Nabi Ilyas di Sidon.

Kitab 1 Raja-Raja 17 menyebutkan, karena kemurtadan penguasa dan sebagaian Bani Israel di kerajaan Israel Samaria, maka adzab Allah ditimpakan kepada mereka berupa musim kering panjang. Tidak luput pula sungai Kerit mengering tidak berair. Nabi Ilyas diperintahkan Elloh keluar dari persembunyiannya di sungai kerit. Menghindari wilayah Israel yang tidak aman baginya, Allah menyelamatkannya dengan memerintahkannya pergi ke wilayah Sidon ke daerah Sarfat, negerinya Etbaal. Tempat persembunyian di negeri Etbaal tentu tidak diduga oleh bala tentaranya Ahab.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-73)

Dalam perjalanan di Sarfat, Nabi Ilyas bertemu seorang janda yang sedang mencari kayu untuk membuat api. Nabi Ilyas yang kehabisan bekal kemudian meminta air minum dan roti dari janda tersebut yang kemudian memberinya minum. Namun janda tersebut tidak mempunyai roti, yang dipunyainya hanya sedikit tepung dalam tempayan yang akan dijadikannya roti untuk makan dirinya dan anaknya. Namun Nabi Ilyas mengatakan agar membuatkan sepotong roti baginya dan tidak perlu kuatir akan kehabisan tepung dan minyak karena tepung dan minyak itu tidak akan habis sampai Tuhan menurunkan hujan lagi di bumi yang sedang dilanda kekeringan panjang itu.

Janda tersebut kemudian melaksanakan perintah Nabi Ilyas membuat roti, dan ternyata meskipun tepungnya diambil untuk dibuat roti, namun selalu ada tersedia tepung di tempayan dan tempat minyaknya juga selalu dalam keadaan terisi minyak. Ini adalah mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Ilyas. Janda dan anaknya itu, meskipun miskin, namun karena kemurahan hatinya dan bersedia memberi tempat berteduh serta memberi makanan bagi Nabi Ilyas, maka Allah memberinya rizqi yang tak pernah diduganya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-72)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here