Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-73)

VII. Nabi Ilyas, Ilyasa, Yunus, Penghancuran Haikal Sulaiman (Masjidil Aqsha), Bani Israel Terjajah dan Diperbudak Lagi.

603
Ilustrasi: Burung gagak memberikan roti dan daging kepada Nabi Ilyas di sungai Kerit.

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Dalam Kitab Raja-Raja, Ahab diinformasikan sebagai raja yang tunduk pada istri yang dikenal sebagai ratu kejam, mengikuti penyembahan berhala Baal bahkan kemudian mendirikan kuil Baal di Samaria dan mengangkat banyak imam kuil Baal. Di dalam kuil tersebut juga di tempatkan patung Asyera.

Ahab dengan demikian mengikuti penyembahan berhala suku Sidon. Sejak masa Yerobeam sampai masa Raja Ahab, banyak perwira kerajaan Israel dan bala tentara yang juga diikuti sebagian rakyat Israel menjadi kaum murtad dengan menyembah berhala dengan berganti ganti berhala yang disembahnya sebagai Tuhan. Situasi kemurtadan ini menimbulkan kegelisahan sebagian Bani Israel yang masih yakin dengan keimanan tauhidnya.

Kitab 1 Raja-Raja 16 : 34, pada masa Ahab ini terdapat orang dari kota Bethel yang bernama Hiel orang dari Bethel yang merintis kembali menempati kota Yerikho. Kota yang sudah mati selama lebih kurang 450 tahun sejak ditaklukkan dan dibakar habis oleh Bani Israel pada masa Yosua bin Nun. Hiel menempati lagi kota tersebut dengan terlebih dahulu menjadikan anak sulungnya sebagai kurban untuk dijadikan dasar kota dan menjadikan anak bungsunya sebagai kurban untuk mendirikan gerbang kota. Cara membuka kota yang sebelumnya sudah diramalkan dan dikutuk oleh Yosua bin Nun.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-72)

Demikianlah sejak sepeninggal Nabi Sulaiman, selama puluhan tahun para pemimpin Bani Israel di wilayah kerajaan Samaria telah meninggalkan ajaran tauhid dan Taurat Musa. Perpecahannya dengan kerajaan Yudha mendorong mereka meninggalkan Allah dan menyembah berhala, disebabkan mereka tidak lagi dapat melihat dan mendengarkan bacaan Taurat yang berada di dalam tabutnya yang diletakkan di Haikal Sulaiman di Yerusalem. Sejak masa raja Yerobeam sudah mulai banyak peringatan dan perlawanan dari orang shalih dan Nabi dari Bani Israel, sehingga orang-orang shalih dan nabi menjadi musuh utama dari para raja Samaria.

Pembunuhan orang shalih dan Nabi banyak dilakukan pada masa Raja Ahab karena terpengaruh istrinya, yaitu Izebel. Kondisi itu membuat rakyat Bani Israel terpecah dalam keimanannya, ada yang tetap beriman kepada Allah dengan mempraktikkan Taurat dengan cara sembunyi-sembunyi, ada pula yang keimanannya mendua yaitu mengimani Allah namun juga beribadah di kuil Baal dan banyak pula yang mengimani berhala Baal Asyera. Namun demikian sampai pada masa Raja Ahab menjadi raja Samaria tidak terdapat kisah peperangan dengan suku-suku Kana’an maupun suku Filistin, tetapi justru sering berperang dengan kerajaan Yudea namun tidak pernah bisa saling mengalahkan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-71)

Kerajaan Israel Samaria maupun Kerajaan Yehuda sama-sama dalam kondisi lemah, namun demikian sangat sering terjadi perang perang kecil antara kerajaan Israel Samaria dengan kerajaan Yudea, yang tidak berakibat pada penyatuan kerajaan seperti semula, meskipun kedua kerajaan ini masuk dalam penyembahan berhala yang sama dan melupakan ajaran nabi-nabinya yang terdahulu. Orang-orang shalih dan nabi yang mengajarkan Taurat malah menjadi musuh kerajaan.

Baru pada masa raja Asa, Yudea kembali mengikuti agama Nabi Dawud dan Sulaiman. Neneknya yaitu Maakha yang jadi ibu suri dicopot jabatannya. Semua berhala baik Asyera maupun Milkom dirobohkan dan dibuang di lembah Kidron. Semua atribut dan tata cara penyembahan berhala Asyera dan Milkom dihancurkan.

Rakyat Yehuda dan para imam Haekal Sulaiman sangat mendukung langkah raja Asa membawa kembali Bani Israel di kerajaan Yehuda kepada ajaran tauhid dari nenek moyang Bani Israel dan bersatu lagi dengan para imam Haikal Sulaiman. Namun di kerajaan Israel Samaria, Ahab justru jauh lebih tenggelam karena mengikuti penyembahan berhala Baal yang disembah istrinya yang terkenal kejam yaitu Izebel.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-70)

Ilustrasi Raja Ahab dan Ratu Izebel. (Sumber: Transformasi)

2. Kemunculan Nabi Ilyas.

Pada masa kerajaan Israel Samaria dipimpin oleh Raja Ahab dan Ratu Izebel yang menyembah Asyera, merupakan salah satu masa yang paling sulit bagi orang shalih dan nabi Bani Israel. Kitab 1 Raja-Raja 17 mengkisahkan, dalam situasi yang sangat sulit bagi orang-orang shalih dan nabi Bani Israel, muncul seorang rasul dari Tisbe tanah Gilead keturunan Nabi Harun, yaitu Ilyas (Elia) bin Nissi.

Dengan keberanian sangat tinggi Nabi Ilyas mendatangi Ahab dan mengingatkan agar kembali ke ajaran tauhid. Peringatan tersebut tentu membuat Ahab dan istrinya marah. Atas permintaan Ratu Izebel kemudian Ahab memerintahkan agar Nabi Ilyas dibunuh. Namun Nabi Ilyas dapat lolos dan kemudian mendapatkan perintah dari Elloh agar bersembunyi di sungai kecil yaitu sungai Kerit yang letaknya tersembunyi disebelah timur sungai Yordan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-69)

Elloh juga telah memerintahkan burung-burung gagak memberikan makanan yang dibutuhkan oleh Nabi Ilyas. Setiap pagi dan petang burung-burung gagak tersebut ada yang membawakan roti dan daging, sedang untuk minum Nabi Ilyas dapat memanfaatkan sungai Kerit.

Ahab memerintahkan pencarian terhadap Nabi Ilyas. Tentaranya menyebar ke seluruh penjuru wilayah kerajaan Israel untuk mencarinya. Perhatian terhadap Nabi Ilyas yang secara langsung menantang Ahab membuat orang-orang shalih lainnya yang bersembunyi menjadi lebih aman yang kemudian keluar dari persembunyiannya dan menyebar ke banyak tempat sehingga menyulitkan tentara Ahab mengejar Nabi Ilyas maupun orang-orang shalih yang menentangnya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-68)

Kerasulan Nabi Ilyas di sebutkan dalam QS. Al-An’am 85-89, yang menyebutkan bahwa Nabi Ilyas adalah seorang shalih yang diangkat sebagai nabi dan rasul yang mendapatkan lembaran wahyu dan hikmah, dengan tugas mengingatkan kaumnya. Tugas tersebut dapat dilihat dari QS. As-Shaffat: 123-132, yaitu:

“Dan sungguh, Ilyas benar benar termasuk salah satu rasul. (Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu tidak bertaqwa. Patutkah kamu menyembah Ba’al dan kamu tinggalkan Allah sebaik baiknya pencipta, yaitu Allah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu yang terdahulu”. Namun mereka mendustakannya (Ilyas), maka sungguh mereka akan diseret ke neraka, kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan. Dan kami abadikan untuk Ilyas (pujian) di kalangan orang – orang yang datang kemudian. “Selamat sejahtera bagi Ilyas”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk hamba-hamba kami yang beriman”.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here