Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-52)

VI. Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Haikal Sulaiman dan Pecahnya Kerajaan Israel.

516
Dewa Dagon, dewa ikan.

Dengan kuil Dagon tersebut menunjukkan bahwa suku Filistin bukan berasal dari suku Kana’an. Sangat mungkin berasal dari suku Hitti atau suku-suku Mesopotamia yang tinggal di sekitar sungai Eufrat. Dengan demikian suku Filistin adalah pengembara yang kemudian menguasai wilayah Gaza dan menetap di wilayah tersebut.

Jadi Bani Israel memasuki wilayah Kana’an yang saat itu dihuni oleh suku-suku yang mempunyai perbedaan dalam pemujaan dewa. Kuil pemujaan dewa saat itu merupakan identitas penting kesukuan. Dengan demikian, wilayah Baitul Maqdis adalah wilayah yang menyimpan potensi konflik yang berat, karena Bani Israel saat itu adalah suku asing di wilayah Baitul Maqdis, sebagaimana Nabi Ibrahim juga bukan orang Kana’an namun orang Akadia dari wilayah Mesopotamia.

Risalah Taurat Nabi Musa dalam kitab kejadian, keluaran, imamat, bilangan dan ulangan, adalah risalah yang narasinya lebih banyak ditujukan pada Bani Israel, yang Tuhannya tidak nampak secara fisik untuk disembah, yang mungkin sulit untuk dikomunikasikan kepada suku-suku asli di wilayah tersebut yang mempunyai kepercayaan pagan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-49)

Dalam perjalanan waktu yang panjang, seperti halnya pengalaman bergaul dengan suku Moab, Bani Israel banyak melanggar pesan-pesan Nabi Musa dan Yoshua, agar tidak berzina dengan wanita suku-suku Kana’an dan suku-suku lainnya, karena hal itu dapat menjadi jerat dan perangkap bagi Bani Israel.

Sebagian dari Bani Israel bahkan melupakan ajaran Torah dan ikut menyembah Baal dan Asytoret. Ketika Bani Israel mulai meninggalkan Allah dan hidup bersama dengan suku Kana’an serta ikut menyembah dewa suku Kana’an, maka bencana menimpa Bani Israel. Mereka sering dikalahkan oleh suku-suku di wilayah itu. Ketika mereka dikalahkan maka kemudian mereka ganti ditindas dan diperbudak.

Setelah itu, mereka baru ingat kembali pada Taurat dan meminta pertolongan Allah, kemudian Allah membangkitkan pahlawan atau menurunkan orang-orang shalih di antara mereka. Oleh para pahlawan atau orang salih lalu dilantunkan nyanyian Musa untuk mengingatkan agar mereka kembali kepada Taurat dan diselamatkan oleh Allah. Orang shalih di antara mereka kemudian mereka angkat sebagai Hakim yang memutusi berbagai macam perkara di antara mereka.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-48)

Hakim tersebut juga berfungsi sebagai penjaga Tabut Taurat, mengajarkan risalah Taurat dan komunikator kepentingan antar suku Bani Israel. Sedang kepala suku dan para tetua suku tetap menjadi pemutus kepentingan suku masing-masing. Di antara hakim hakim itu bahkan ada yang menjadi Nabi Bani Israel. Karena sulit bersatu di antara suku Bani Israel pernah diperbudak oleh suku lain. Di antaranya, Suku Ben Yamin pernah dikalahkan dan diperbudak oleh raja Moab yang bersekutu dengan raja suku Amalek namun kemudian dibebaskan oleh pahlawannya yang bernama Ehud.

Suku Efraim, Naftali dan Zebulon dikalahkan dan diperbudak oleh Yabin raja Kana’an yang berkuasa di Hazor yang mempunyai kereta perang dari besi. Suatu penemuan baru dalam peralatan perang pada masa itu. Kemudian muncul Hakim perempuan yang bernama Debora dari suku Efraim, yang dapat menyatukan tiga suku tersebut sehingga dapat mengalahkan raja Yabin. Beberapa suku Bani Israel lainnya juga pernah dikalahkan dan diperbudak oleh raja Zebah dan Salmuna dari puak suku Madyan.

Belasan tahun kemudian muncul pahlawan Bani Israel dari Ofra tepi barat sungai Yordan yaitu Gideon orang Abiezer dari suku Ben Yamin yang dapat menyatukan suku Ben Yamin, Naftali, Asyer, Manasye dan Efraim yang kemudian mengalahkan raja Zebah dan Salmuna.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here