Mengharukan! Jadi Mualaf, Mantan Pendeta ini Rela Jadi Tukang Sampah di Kebumen

1048

Kebumen, Muslim Obsession – Seorang pria bernama Ibnu Mas’ud (55) ini berani mengambil keputusan yang cukup beresiko. Ia adalah mantan pendeta di Mojokerto, Jawa Tumur yang kini sudah berpindah keyakinan dengan memeluk agama barunya, yakni Islam.

Demi mempertahankan keyakinanya sebagai seorang Muslim yang taat, dia harus meninggalkan kehidupan mewahnya di Mojokerto sebagai pendeta yang terhormat. Saat ini Ibnu Mas’ud menjadi juru kunci di makam keluarga pondok pesantren Al Hasani, Desa Jatimulyo, Alian Kebumen Jawa Tengah.

Ia rajin membersihkan sampah yang berserak di makam. Ia mengaku ini adalah bagian dari pengabdiannya kepada agama barunya, Islam. Untuk mencukupi kebutuhan harian, Ibnu Mas’ud tak segan bekerja menjadi tukang kebun sekolah.

Ia juga memungut sampah atau barang rongsokan untuk dijual kembali. Padahal Ibu Mas’ud dulu termasuk orang yang kaya di Mojokerto. Namun semua itu ia tinggalkan, demi agama barunya.

“Kehidupan saya sudah berbeda dengan dulu. Saya sudah mantap dengan kayakinan saya, dan aktivitas saya sekarang azan di masjid, membersihkan makam, jadi tukang kebun dan memungut rongsok di tempat sampah,” kata Ibnu Mas’ud seperti dikutip dalam Suara Jateng, Selasa (18/5/2020).

Kehidupan Ibnu Mas’ud berubah total setelah memutuskan masuk Islam. Ia meninggalkan segala urusan dunia yang pernah memanjakannya. Ia juga harus rela meninggalkan anak istri karena menolak ajakannya masuk Islam.

Pria bernama asli Agus Setiyono itu menceritakan awalnya memperoleh hidayah. Ia merasa takjub ketika melihat bintang berbentuk lafadz Allah dengan aksara Arab di suatu tengah malam.

Ibnu Mas’ud merasa itu petunjuk kebenaran. Hingga hatinya mantap untuk masuk Islam. Setiyono lalu disarankan budenya ke Ponpes Lirboyo Kediri untuk memantapkan keyakinannya dan mempelajari Islam.

Hingga ia bersahadat di sana, di bawah bimbingan KH Idris Marzuki saat masih hidup. Namanya kemudian diganti menjadi Ibnu Mas’ud.

“Setelah sahadat, saya diajari wudu, membaca alif baa ta, salat yang benar. Dari situ saya menjalankan tata krama Islam dengan baik,”katanya

Keputusan pendeta itu masuk Islam sempat ditentang kalangannya. Ia bahkan mengaku sempat mendapat ancaman. Namun siapapun tak bisa menggugat keputusannya. Mas’ud memutuskan meninggalkan kota dan orang-orang yang sempat berhubungan dengannya, termasuk keluarga.

Ibnu Mas’ud tak lagi memegang handphone untuk memutus kontak dengan kenalannya. Dari Jawa Timur, ia hijrah ke sebuah desa di Kecamatan Alian Kebumen Jawa Tengah. Di sana ia memperdalam pengetahuan Islam di Pondok Pesantren Al Hasani pimpinan Kyai Asyhari Muhammad Al Hasani yang juga Ketua Pagar Nusa Kebumen.

Ia bertemu Kyai Asyhari sewaktu di Lirboyo hingga memutuskan ikut ulama itu pulang ke Kebumen atas restu KH Idris Marzuki.

Tiga tahun menimba ilmu di pesantren membuat pengatahuan agama Mas’ud terus bertambah. Ia yang telah matang belajar teologi Kristen hingga menjadi pendeta, kini harus mulai nol lagi untuk mempelajari Islam.

“Alhamdulillah pengetahuan bertambah. Kegiatan istigasah, mujahadah saya ikuti. Kitab kuning saya pelajari,” kata Ibnu Mas’ud.

Semakin dalam pengetahuannya tentang Islam, hatinya semakin mantab. Agama Islam ternyata tak seperti bayangannya dulu sebelum menjadi mualaf, yakni keras dan menakutkan.

Agama Islam mengajarkan kedamaian serta akhlak karimah. Bukan radikalisme sebagaimana dicitrakan selama ini. Ia kini tahu aksi teror hanyalah ulah oknum yang membawa nama agama untuk menghalalkan tindakannya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here