Melihat Kembali Cara Ulama Dulu dalam Menyikapi Perbedaan Pendapat

728
KH Hasyim Asyari (Foto: NU Online)

Jakarta, Muslim Obsession – Perbedaan pendapat antar ulama adalah suatu hal yang biasa. Bukan hanya saat ini, di zaman dulu perbedaan pendapat antar tokoh agama pun kerap terjadi. Namun, yang menjadi beda mungkin cara menyikapnya.

Saat ini banyak berpedaan antar tokoh yang dipertontonkan secara arogan, tidak santun bahkan terlalu tendensius. Sehingga kerap menimbulkan keonaran atau keributan di masyarakat. Hal ini sangat berbeda jauh dengan perbedaan pendapat para ulama dulu.

Misalnya perbedaan pendapat antara dua tokoh NU, yakni Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Faqih soal penggunaan kentongan di masjid sebagai tanda waktu shalat sebelum adzan.

Pendiri NU, Kiai Hasyim melarangnya, sementara Kiai Faqih membolehkannya. Kedua ulama besar itu berdebat dengan cara menulis naskah terkait argumen masing-masing.

Kiai Hasyim menulis al-Jasus fi Bayani Hukm Naqus yang menegaskan posisi beliau tentang pelarangan kentongan.

Argumen Kiai Hasyim di risalah itu dibantah oleh Kiai Faqih dengan risalahnya yang berjudul Hazzur Ru’us fi Radd Jasus ‘an Tahrim Naqus.

Tapi belakangan, ketika Kiai Hasyim berkunjung ke Kiai Faqih, yang disebut terakhir ini memerintahkan kentongan di masjid dan musala sekitar beliau untuk diturunkan.

“Mengapa? Sebab Kiai Faqih ingin menghormati Kiai Hasyim yang “mengharamkan” kentongan,” tulis Abdul Gaffar Karim dalam laman Facebooknya.

Kiai Faqih, kata dia, tidak pernah misalnya membuat kentongan yang diukir wajah Kiai Hasyim, lalu dipukuli sambil ngakak-ngakak. “Tidak ada akhlaq tercela semacam itu meski keduanya berbeda pandangan.”

“Beda dari penceramah youtube jaman sekarang, yang ambisi pada viewer mengorbankan akhlaq. Pansos ya pansos bos, tapi ya jangan ndajjal toh,” tandasnya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here