Kiai Faisal Ali Nurdin: Jadikan Media Sosial Sebagai Sarana Ibadah

336
KH. Faisal Ali Nurdin, Lc, MA.

Bogor, Muslim Obsession – Kendati masyarakat sudah sangat mengenal Media Sosial, namun kenyataannya masih banyak orang yang belum paham bagaimana cara menggunakan Media Sosial dengan bijak.

Dan nyatanya, orang-orang yang mampu menggunakan Media Sosial, menurut KH. Faisal Ali Nurdin, hanyalah orang-orang shalih yang memang memiliki akhlak mulia.

“Media Sosial akan bermanfaat jika digunakan oleh orang yang baik. Sama seperti harta, seperti yang Rasulullah sabdakan bahwa sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki orang yang shalih,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ilmi Bogor ini dalam Kajian Ahad Malam di Masjid Raya Telaga Kahuripan (MRTK) Bogor, Ahad (1/10/2023) malam.

Kiai Faisal mengemukakan, ada sejumlah langkah agar setiap orang bisa menggunakan media sosial dengan bijak.

Pertama, niat. Menurutnya, setiap perbuatan termasuk ber-medsos haruslah didasari niat yang baik yaitu sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah.

“Maka gunakan medoa sosial sebagai sarana untuk melakukan kebaikan yang bermanfaat sesuai dengan keridhaan Allah,” jelas Kiai Faisal.

Kedua, jadikan media sosial sebagai sarana untuk menyampaikan kejujuran dan kebenaran. Alumnus Universitas Islam Madinah KSA ini menyitir sebuah hadits:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

“Dari Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata: Rasulullah bersabda, ”Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata benar. Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan. Kebaikan akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang selalu berkata benar, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan jauhilah kebohongan. Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan. Kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, dia akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.” (HR Bukhari-Muslim).

“Keempat, jadikan media sosial sarana agar kita jadi orang yang amanah. Ingat, rekam jejak digital mudah diketahui, tidak bisa dibohongi. Oleh karenanya bermedsoslah dengan amanah,” pesannya.

Rekam jejak tersebut, tegasnya, bahkan akan kembali digugat saat perhitungan kelak di akhirat. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:

«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya,” (HR. Tirmidzi dan Ad-Darimi).

Kelima, jangan jadikan media sosial sebagai sarana untuk provokasi dan propaganda kejahatan. Hal inilah, menurutnya, yang sering terjadi di era sekarang, dimana sesuatu yang buruk dijadikan propaganda sehingga dianggap menjadi hal yang benar oleh masyarakat umum.

“Terakhir, berhati-hatilah dalam menerima informasi, terutama jika tidak jelas sumbernya,” tandasnya.

Ia mengingatkan pesan Allah Ta’ala dalam QS. Al-Hujurat ayat 6:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Orang fasik yang dimaksud dalam ayat tersebut, jelasnya, memiliki ciri khas yang tidak boleh dimiliki orang-orang yang beriman.

“Ciri-ciri orang Fasik di antaranya adalah mereka tidak peduli aturan dan selalu senang melanggar. Berhati-hatilah dengan orang seperti ini dan jauhilah,” pungkasnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here