Catat! Ini Simbol dalam Haji yang Runtuhkan Keangkuhan Hati

1428
Kabah di Makkah
Jutaan jamaah haji mengorbit dalam thawaf di Baitullah.

Muslim Obsession – Haji merupakan sebuah ibadah yang tercatat sebagai salah satu rukun Islam. Saat berhaji, selain mengikuti sunnah Rasulullah Saw., setiap muslim juga melaksanakan ibadah yang sarat simbol dan makna karena bertalian juga dengan sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimassalam.

Secara istilah, Haji ialah sebuah perjalanan menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan tempat-tempat tertentu dalam definisi di atas, selain Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Selama rentang perjalanan ibadah Haji, setiap muslim ditempa keimanannya melalui gejolak batin dan jiwa selain lelahnya fisik. Inilah prosesi dimana setiap muslim yang berhaji akan dilucuti keangkuhan hatinya. Prosesi tersebut, sejatinya, dapat dilihat dari simbol-simbol Haji berikut ini:

 

Ka’bah

Tak sekadar kubus dibalut kain hitam. Ka’bah merupakan simbol penunjuk arah ke mana setiap muslim melabuhkan tujuannya. Kendati demikian, Ka’bah adalah antitesa dari sebuah titik penyembahan. Ia tetap saja sebuah batu hitam yang tersemat di dalam bangunan yang jauh dari kemegahan.

Ka’bah tidak berada di titik yang tinggi, justru berdiri di lembah, pusat terjadinya banjir jika hujan turun tiada henti. Itulah Ka’bah yang hanya simbol penunjuk arah, bukan tujuan akhir penyembahan. Ia bukan terminal akhir dari ruku’ dan sujud setiap hamba.

Lebih dari itu, Ka’bah merupakan simbol pemersatu umat. Sebuah titik yang menjadi fokus semua umat Islam, mengorbit saat thawaf dan mengarahkan wajah saat memanjatkan doa.

 

Hajar Aswad

Di garis Hajar Aswad, semua memulai hitungan thawaf. Hajar Aswad adalah simbol di mana tiap manusia memulai orbitnya, awal sebuah lintasan menghampiri Allah Swt. Tangan kanan kita harus melambai ke arah batu hitam itu. Sebuah batu yang diyakini bukan berasal dari bumi. Seakan berfungsi merekam siap saja yang pernah hadir dan melambaikan tangan, menyambut seruan Tuhannya di sana.

Melambai atau menyentuh Hajar Aswad adalah simbol berjanji setia pada aturan Allah. Di sinilah kita memutus perjanjian dengan lainya. Di sinilah kita memilih jalan, menetapkan sasaran dan masa depan.

 

Ihram

Berpakaian ihram itu laksana dikafani. Pemakainya sedang “magang” menjadi “jasad” yang bersiap menuju dan bertemu Sang Khaliq. Ihram adalah simbol kepulangan kita menuju Allah. Semua jamaah haji berpakaian sama, dua lembar kain putih lebar tanpa jahitan.

Pakaian Ihram itu adalah simbol yang paling “melucuti”. Semua pakaian yang merupakan simbol identitas diri ditanggalkan saat Haji. Tak ada lagi pangkat, jabatan, kehormatan, semua sama di mata Allah. Semua harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, mempertanggungjawabkan segalanya.

 

Miqat

Miqat adalah simbol titik tolak keberangkatan kita mempersembahkan diri ini hanya kepada Allah yang Maha Besar, dengan sesadar sadarnya.

Shalat sunnah dua rakaat di Miqat adalah dialog dan permohonan kita pada-Nya agar dilindungi dalam setiap langkah untuk memberontak dari berbagai Ilah selain ALlah.

Shalat sunnah di Miqat juga adalah janji kita pada-Nya bahwa tidak ada lagi ruku’ dan sujud selain pada Rabb semesta alam.

Miqat adalah simbol kelahiran baru, simbol kebangkitan manusia untuk memulai perjalanan menuju Tuhannya.

 

Maqam Ibrahim

Di Maqam Ibrahim, sebuah batu yang di atasnya tertera jejak kaki Nabi Ibrahim, kita harus menegakkan shalat dua rakaat. Berdiri di sana adalah simbol bahwa kita berada di posisi Nabi Ibrahim. Posisi seorang tokoh besar manusia yang membela tauhid dengan segalanya, dengan kekuatan, harta dan jiwanya.

Berdiri di sana adalah simbol bahwa kita adalah pemberontak besar yang siap menentang segala bentuk keberhalaan di muka bumi dan totalitas membela ke-esa-an Allah SWT.

Berdiri di maqam Ibrahim adalah simbol siap menjalankan segala perintah Sang Pencipta. Siap untuk terjun ke api yang membara dan bahkan siap menyembelih leher putra tercintanya sendiri.

Ya di sinilah Nabi Ibrahim bersyahadat. Sebuah posisi tertinggi seorang hamba. Begitulah yang dicontohkan Nabi Ibrahim, pendiri Ka’bah, arsitek rumah pembebasan dan peradaban, pengusung terdepan tauhid dan penentang segala jenis berhala dan Iblis penggoda.

 

Air Zam Zam

Air Zam-zam adalah simbol buah dari keyakinan yang kuat dan kerja keras. Air zam-zam muncul pada waktu dan lokasi yang tidak disangka-sangka. Muncul dari tanah dekat kaki Nabi Ismail yang sedang meronta kehausan.

Zam-zam adalah simbol pemberian kasih sayang ALlah yang menyejukkan, menyegarkan, menghidupkan dan mengalir tiada batas.

 

Kerikil

Kerikil yang disiapkan untuk melempar jamrah adalah simbol dari persenjataan yang harus manusia miliki dalam menghadapi godaan syetan. Mencari kerikil pada malam usai dari Arafah adalh simbol setiap manusia menngumpulkan senjata dan mempersiapkan mental menghadapi berbagai musuh keesokan harinya.

Kerikil adalah simbol di mana menghadapi syetan, butuh modal, senjata dan persiapan mental serta fisik.

 

Tiga Berhala

Tiga tempat melempar jamrah atau tiga berhala yang terdapat di Mina adalah simbol syetan yang mencoba menggoda Nabi Ibrahim. Semuanya masih tetap tegak berdiri hingga akhir zaman.

Tiga berhala ini adalah simbol di mana godaan syetan akan tetap tegak sampai akhir zaman dan manusia harus siap untuk memeranginya juga hingga akhir.

 

Ritual Pengurbanan

Ini adalah simbol ketaatan Nabi Ibrahim pada Rabb-Nya dan Kepasrahan Nabi Ismail akan perintah Ilahi. Ritual pengorbanan menjadi sebuah adegan yang terus diulang tiap tahunnya agar selalu menjadi tadzkirah bagi umat muslim sedunia.

Ritual pengurbanan juga menjadi pertanda akan berlangsungnya ibadah haji di tanah haram dan aksi berbagi di belahan bumi lainnya.

 

Bulan Haram

Bulan Haram adalah simbol yang melengkapi kemuliaan tanah suci. Sehingga semua aktivitas ibadah di tanah suci mendapat jaminan aman.

Bulan haram itu ada empat yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram (bulan Haji) dan satu bulan sendirian, yaitu bulan Rajab.

Selama bulan haram, masyarakat tidak diperkenankan melakukan peperangan. Dalam rangka memberi jaminan keamanan bagi masyarakat yang hendak menunaikan ibadah haji. Sementara bulan rajab adalah bulan umrah. Selama satu bulan ini, mereka wajib memberi suaka kepada yang hendak berangkat umrah.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu,” (QS. At-Taubah: 36).

(Dari berbagai sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here