Cantik dan Hafal Al-Quran, Hafidzoh Fauziyah Raih Medali Olimpiade Kimia Internasional

927
Hafidzoh Fauziyah. (Foto: Republika)

Malang, Muslim Obsession – Hafidzoh Fauziyah, santri SMA Ar-Rohmah Putri Islamic Boarding School Pesantren Hidayatullah Malang menorehkan prestasi gemilang.

Santri kelas XII MIPA yang juga hafal Al-Quran 30 juz itu, meraih medali perunggu dalam World Applied Chemistry Olympiad (WAChO) 2021 akhir Oktober lalu. Hafidzoh meneliti sisa nasi, kulit pisang dan sisa sayuran sebagai penghasil energi listrik.

“Syukur ahamdulillah, kami bisa mengharumkan Indonesia di tingkat dunia,” ujarnya, seperti ditulis Hery Purnama dalam Retizen Republika, Senin (1/11/2021).

Hafidzoh, sapaan akrabnya menuturkan, lomba yang diikutinya itu tentang Kimia Terapan atau lebih spesifik lagi mengenai Microbial Fuel Cell (MFC). Yaitu suatu perangkat penghasil listrik yang memanfaatkan reaksi-reaksi organic microbial yang dihubungkan dengan sel elektrokimia.

Judul penelitian yang ia usung adalah Kitchen Waste as an Alternative Energy Resources in Boarding School. Sedangkan tujuan penelitian yang mengambil sampel dari dapur pesantren itu adalah, ingin menunjukkan bahwa limbah dapur yang digunakan sebagai substrat mampu menghasilkan energi listrik.

Dari sekian limbah dapur yang dijadikan substrat, kulit pisanglah yang menghasilkan energi listrik tertinggi. Dibandingkan dengan substrat lain dari sisa nasi maupun sisa sayuran.

“Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menghasilkan energi listrik yang lebih optimal,” jelas santri asli Malang itu.

Atas prestasi tersebut ia pun berhak mendapatkan sertifikat dan medali. Sementara itu, Yunilia Nur Pratiwi sebagai Guru Pembimbing mengaku bangga atas prestasi yang diraih anak didiknya tersebut.

“Alhamdulilah, santri Ar-Rohmah Putri kembali meraih prestasi di tingkat internasional,”ujarnya.

Yunil menjelaskan, untuk bisa meraih prestasi pada ajang yang seharusnya digelar di Jerman ini tidak mudah. Hafidzoh harus bersaing dengan ratusan peserta dari dari 10 negara, seperti Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Rumania, dan lainnya.

Apalagi Hafidzoh juga harus berpacu dengan terbatasnya waktu penelitian, padatnya aktivitas Hafidzoh di pesantren, murojaah atau mengulang hafalan Al-Quran setiap hari dan juga harus lolos seleksi terlebih dahulu di olimpiade kimia tingkat Indonesia.

Perjuangan Hafidzoh, terang Yunil, bermula dari keikutsertaannya pada ajang Olimpiade Kimia Indonesia awal tahun 2021 ini. Ia menjadi salah satu finalis dan berhak mengikuti ajang bergengsi yang digelar oleh Indonesian Scientific Society mulai akhir Agustus lalu.

Selama empat pekan, Hafidzoh berkutat di laboratorium kimia setiap harinya. Ia bergulat dengan penelitiannya dan harus melaporkan progress report setiap pekan ke panitia.

Sedangkan final report wajib selesai dan terkirim pada akhir bulan September. Setelah itu, ia mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan panitia via daring pada awal Oktober.

“Semoga Hafidzoh tidak hanya bisa menjadi inspirasi bagi santri Ar-Rohmah Putri, melainkan juga bagi siswa lain di seluruh penjuru nusantara agar mereka selalu giat menuntut ilmu dan pantang menyerah dalam meraih prestasi dan cita-cita,” ungkap Yunil. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here