“Bapak Air”, Pangkostrad Maruli serta Pengakuan Doni Monardo

633

Bina Bonek

Saya beri sub judul “Bina Bonek”, sebab kisah berikut ini memang merupakan penggalan kisah lain dari kiprah Maruli saat masih pangkat Kolonel. Ini tentang jejak Maruli di bidang pertanian dan peternakan. Sebuah kisah yang saya dapat dari seseorang bernama Utomo alias mas Bonek.

Ia adalah warga Krapyak Kulon, Panggung Harjo, Sewon, Bantul. Saking terkenalnya sebagai “Bonek”, jangan sekali-kali datang ke Krapyak mencari nama Utomo. Sebab, dijamin tak banyak orang tahu. Sebaliknya, sebut nama Bonek, semua orang tahu.

Bonek sudah berhasil menggerakkan ribuan warga Bantul bertani dan beternak. Mereka menyebut dirinya Kelompok 15. Awal kegiatan dimulai tahun 2014. Bonek yang semula memang hobi memelihara ikan hias, mengajak masyarakat memelihara ikan lele. Modal semua ditanggung oleh kelompok 15.

Satu kolam lele modalnya Rp 4,6 juta. Dalam waktu 70 hari, lele bisa dipanen. Hasil panen ini biasanya mencapai 350 kg. Pihak peternak mendapatkan bagi hasil 20 kg, sedangkan Kelompok 15 mendapatkan 330 kg. Jika per kilogram ikan lele dijual Rp 15.000 maka hasilnya mencapai Rp 5,25 juta.

Jadi setiap satu kolam, masyarakat yang memelihara lele mendapatkan hasil minimal Rp 300.000. Sedangkan Kelompok 15 mendapatkan hasil minimal Rp 4,95 juta. “Berapa keuntungannya, tergantung fluktuasi harga lele di pasaran,” kata mas Bonek.

Kelompok 15 oleh Bonek sebagai pemimpin, diberi nama Abhinaya Upangga, artinya Semangat Berkarya. Tak ada legalitas hukum, namun hasil kerja mereka sangat bermanfaat secara sosio ekonomis.

Cerita pun mengalir menuju muara nama: Maruli Simanjuntak. Bonek berkisah belasan tahun lalu, saat bertemu Kolonel (Inf) Maruli yang saat itu menjabat Komandan Korem 074/ Warastratama, Surakarta (2016). “Bang Maruli itu adalah bapak kami,” ujar Bonek, seraya manambahkan, “terima kasih, berkat beliau hidup kami sekarang lebih baik.”

Kedekatan kelompok Abhinaya Upangga dengan Maruli membawa pencerahan dalam kehidupan. Dari ‘Bang Maruli’ inilah Bonek dan teman-teman mendapatkan modal untuk berusaha di bidang perikanan, pertanian, dan peternakan. “Sekarang kami punya 72 kolam lele. Seminggu dua kali kami panen dua kolam,” ungkap Bonek bangga.

Tak heran jika keberadaan Bonek dan teman-teman disambut hangat masyarakat. Di kecamatan Pandak, Bantul, Bonek yang saat itu mengenakan kaos hitam bergambar ‘Bang Maruli’ disapa ‘abah’ oleh anak-anak kecil di sana. Abah Bonek.

Tak hanya itu, masyarakat juga bangga karena ada orang penting, seorang jenderal TNI dari Jakarta bertamu di rumah mereka yang sederhana. Ya, Maruli yang dulu Kolonel, sekarang sudah Mayor Jenderal (sebentar lagi letnan jenderal).

Dampak psikologis kunjungan Maruli ke Bantul sangat membesarkan hati warga. Masyarakat bergerak untuk bertani, beternak ikan dan kambing. Kemudahan mendapatkan bibit tanaman, bibit ikan maupun hewan ternak, membuat masyarakat mantap bekerjasama dengan Abhinaya. Semua kebutuhan masyarakat difasilitasi oleh Abhinaya Upangga.

suatu kesempatan Mayjen Maruli berkisah. “Baru-baru ini saya berjumpa mereka, dan mereka bilang terima kasih Bapak sudah memberi kami kehidupan, membuat kami punya penghasilan,” kata Maruli seraya menambahkan, “Bahkan saya tidak boleh membayar makan-minum di kedai tempat kami ngobrol. Ya, sekarang mereka yang mentraktir saya.”

Kini, tidak hanya Maruli yang bangga akan keberhasilan Bonek dan kawan-kawan binaannya. Sebaliknya, mereka pun (pasti) bangga “bapak”-nya menjadi Panglima Kstrad, memimpin 35.000 hingga 40.000 prajurit, dengan tiga bintang di pundaknya.

Selamat, brader! Komando!!! (*)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here