Baca Buku Orentalis, Ilmuan Kanada Ini Akhirnya Malah Jadi Mualaf

1286

Jakarta, Muslim Obsession – Hidayah Allah SWT turun kepada siapapun dan dengan cara apapun sesuai kehendak Allah. Jika hidayah itu sudah turun, maka tidak ada satu orangpun yang bisa menghalangi. Karena itu banyak cerita tak terduga orang dapat hidayah kemudian masuk Islam dengan penuh keyakinan akan kebenaran.

Inilah yang dirasakan Gary Miller, seorang ilmuan dari, Kanada, Amerika Serikat. Profesor matematika akhirnya masuk Islam setelah sebelumnya ragu dengan agama yang dianutnya. Sempat berulang kali dia pindah agama, Miller tidak merasa menemukan Tuhan.

Ia pun pernah berulang kali bertanya kepada pemuka agama tentang Tuhan yang dia cari. Namun tetap saja, pemuka agama itu tak dapat memberikan jawaban yang memuaskan kepada Miller. Ia pun akhirnya berusaha mencari jawaban dengan membaca buku orentalis yang isinya selalu menyudutkan agama Islam.

Ketika membaca buku itu, Miller tidak melepaskan sikap kritis. Dia tetap mempertanyakan kesimpulan-kesimpulan orientalis yang kerap memojokkan ajaran Islam dan Nabi Muhammad Saw.

Bagaimana mungkin seorang nabi yang ajarannya kini mendunia disebut tidak waras. Apakah mungkin sosok utusan Sang Pencipta yang membawa dan menyebarkan risalah Ilahiyah hidup dengan abnormal. Kesimpulan-kesimpulan semacam itu sama sekali tidak masuk akal. Dia mengabaikannya.

Dia pun ragu dengan buku orentalis dan mengajukan pertanyaan kritis yang menyudutkan Nabi Muhammad. Menurutnya, jika Nabi Muhammad dipercaya sebagai orang yang baik dan cerdas, mengapa disebut oleh para orentalis berbohong untuk mengklaim kenabiannya. Atau, jika Rasul gila sehingga tidak sadar dengan tindakannya, bagaimana mungkin dia memahami wahyu Ilahi.

Singkat cerita, Miller akhirnya menemukan jawaban itu setelah membaca Al-Quran surah az-Zariyat ayat 52-53. Bunyinya adalah,

“Tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, ‘Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”

Sindiran Allah dalam firman itu menyadarkannya bahwa tudingan orientalis bukan hal baru. Mereka hanya mengulang apa yang dilakukan masyarakat dahulu yang menolak risalah Islam. Al-Quran jelas menerangkan Rasulullah tidak berdusta.

Kemudian, pandangannya kembali terbuka ketika membaca kisah anak Rasul Ibrahim yang meninggal dunia. Ibrahim meninggal bersamaan dengan gerhana matahari yang terjadi. Seorang sahabat Nabi pernah berkata, matahari hilang karena anak Rasulullah telah wafat. Rasulullah pun membantah perkataan sahabat,

“Matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian atau hilangnya nyawa seseorang.” Jawaban itu adalah bukti yang jelas bahwa Nabi Muhammad bukan pembohong ataupun orang gila.

Inspirasi dari kalam Ilahi itu menghadirkan kepuasan tersendiri. Miller kemudian makin semangat mendalami Islam. Pada tahun 1977 dia memutuskan untuk membaca Al-Quran. Dia juga mencari tahu apa yang benar dan salah di dalamnya. Dalam tiga hari dia membaca ayat-ayat Ilahi. Setelah selesai, dia berkata kepada diri sendiri.

“Inilah keyakinan yang telah saya katakan dan percaya selama 15 tahun terakhir ini.”

Pada mulanya dia meyakini, Al-Quran merupakan otobiografi yang membahas kehidupan Nabi Muhammad, keluarga, dan lingkungannya. Dia menganggapnya seperti kitab agama sebelumnya yang berisi hikayat orang-orang dulu.

Namun, ia terkejut menemukan hal yang tak terduga. Ternyata Al-Quran hanya menyebutkan nama Rasulullah sebanyak lima kali. Sementara, Al-Quran menyebutkan nama Nabi Isa sebanyak 25 kali. Adapun nabi Musa disebutkan lebih dari seratus kali.

Dia makin tercengang ketika menemukan surah Maryam. Sebaliknya, dia tidak menemukan satu surah pun dengan nama Khadijah, Aisyah, atau Fatimah. Dia juga tidak menemukan cerita yang berhubungan dengan perasaan pribadi Rasulullah.

Selain itu, tak ada ayat Al-Quran yang menceritakan euforia kemenangan Perang Badar atau penderitaan setelah Perang Uhud. Miller menemukan tidak ada satu kata pun yang disebutkan dalam Al-Quran tentang kesedihan yang menimpa Rasulullah. Karena kitab ini berasal dari Allah, bukan Muhammad.

Pada saat pertama kali mengetahui Al-Quran, dia sempat berpikir bahwa konten di dalamnya adalah pengetahuan kuno yang dibuat oleh pria gurun pasir ribuan tahun lalu. Setelah membaca ayat-ayat di dalamnya, dia menyadari prediksi itu tidak tepat.

Al-Quran adalah kitab yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu karena mendahului sains modern dengan fakta paling akurat sebagai temuan ilmiah terbaru. Miller kemudian memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada Al-Quran.

Gary Miller memeluk Islam pada tahun 1978. Dia memilih nama mualaf Abdul Wahid Omar. Dia mengundurkan diri dari pekerjaannya di departemen matematika dan lebih memilih mengabdi untuk berdakwah di Kanada. Buku yang ditulisnya menarik perhatian banyak orang berjudul The Stunning Quran. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here