Tiga Hal yang Dilakukan Nabi Saat Hijrah ke Madinah

14496
Ilustrasi: Berbuka puasa di Masjid Nabawi. (Foto: cheriaholiday)

Jakarta, Muslim Obsession – Saat dakwah Nabi Muhammad Saw dikucilkan di Makkah dan mengalami berbagai macam intimidasi, Rasulullah kemudian memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Kedatangan Nabi pun disambut suka cita oleh masyarakat Madinah dan kaum Ansor.

Madinah dulu bernama Yastrib, banyak hal yang dilakukan Rasulullah saat tiba di Madinah. Dengan kultur masyarakat yang beragam, mulai dari beda suku, etnis, hingga agama, Madinah menjadi kota yang lebih mudah diterima oleh Nabi. Nabi pun berhasil membangun kota ini daerah yang maju dan beradab.

Sebagaimana diuraikan dalam buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad saw., setidaknya ada tiga hal dasar yang dilakukan Rasulullah pada fase Madinah. Tiga hal dasar itu sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Madinah sehingga mereka hidup aman, tenteram, saling menghargai, dan dalam kesejahteraan.

1. Mendirikan Masjid Nabawi

Usai tiba di Madinah, Rasulullah membangun sebuah masjid, Masjid Nabi (Nabawi). Masjid ini memiliki bangunan yang sangat sederhana; atapnya dari daun pohon kurma, pilarnya dari batang pohon kurma, lantainya kerikil dan berpasir, dan bangunannya dari batu bata.

Akan tetapi, bangunan itu bukan sekedar bangunan biasa. Sebuah bangunan yang menjadi penanda kebangkitan peradaban Islam. Karena Rasulullah memfungsikan masjid ini untuk semua kegiatan. Mulai dari mengajarkan ajaran Islam, hikmah, proses belajar mengajar baca-tulis hingga menyusun strategi perang atau politik.

Semua diadakan di Masjid Nabi, bukan hanya untuk shalat saja. Singkatnya, Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan dan pembinaan umat.

2. Menyatukan Kaum Ansor dan Muhajirin

Yang dilakukan kedua oleh Nabiz yakni membangun persaudaraan antar sesama Muslim (ukhuwah islamiyah). Pada fase Madinah, ada dua kelompok umat Islam yakni kaum Muhajirin (umat Islam Makkah yang hijrah ke Madinah) dan kaum Ansor (umat Islam yang asli penduduk Madinah).

Rasulullah mempersaudarakan mereka satu persatu, satu Muhajirin dengan satu Ansor. Rasulullah juga selalu menegaskan bahwa sesama Muslim itu bersaudara.

Tidak lain, ini dilakukan Rasulullah untuk memperkuat solidaritas dan kohesivitas sosial antar sesama umat Islam. Sehingga mereka tidak mudah bertikai dan berperang, sebagaimana watak Arab Jahiliyah. Bagi seorang Muslim, persaudaraan bukan saja didasarkan pada darah, tapi juga keimanan yang sama.

3. Membuat Piagam Madinah

Rasulullah sadar betul bahwa Madinah memiliki masyarakat yang majemuk. Ada umat Islam, ada umat Nasrani, ada umat Yahudi, dan yang lainnya. Untuk membangun sebuah kota yang kuat dan damai, tidak ada jalan bagi Rasulullah kecuali ‘mempersatukan’ masyarakat yang berbeda itu.

Akhirnya Rasulullah mencetuskan sebuah kesepakatan bersama, Piagam Madinah (Constitution of Medina). Piagam ini menjadi titik temu (kalimatun sawa’) bagi masyarakat Madinah yang beragam.

Dengan Piagam Madinah, Rasulullah berhasil mempersatukan masyarakat Madinah yang selama itu tidak mungkin dipersatukan. Piagam Madinah menjadi konstitusi pertama dalam membangun masyarakat yang bhineka berdasarkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan bersama.

Tiga pondasi dasar itulah yang dilakukan Rasulullah selama fase Madinah. Sehingga Madinah menjadi sebuah kota yang berperadaban dan diperhitungkan di jazirah Arab pada saat itu. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here