4 Kehebatan Sosok Ayah dalam Al-Quran

7823

Muslim Obsession – Seorang Ayah memainkan peran penting dalam perkembangan anak mereka. Seperti halnya ibu, kasih sayang ayah juga tak terhingga sepanjang masa.

Berikut adalah kehebatan dan keistimewaan sosok ayah yang luar biasa yang dapat kita pelajari dari Al-Quran.

1. Menunjukkan perhatiannya melalui permohonan dan doa

Nabi Ibrahim menjadi seorang ayah pada usia yang sangat lanjut. Karenanya, menjadi sosok ayah adalah anugerah yang sangat besar bagi beliau. Terlepas dari perbedaan usia ini, Nabi Ibrahim menunjukkan perhatian kepada anaknya melalui sebuah permohonan atau doa kepada Allah.

Sebagaimana tertera dalam Al-Quran:

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim [14]: 40).

Doa ini menunjukkan kepada kita apa yang terbaik untuk kesuksesan anak-anak kita di dunia dan akhirat.

Begitulah kepedulian yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim tidak hanya untuk anak-anaknya, tetapi juga untuk keturunannya di masa depan.

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau….” (QS. Al-Baqarah [2]: 128).

2. Menciptakan komunikasi yang sehat dan nyaman

Nabi Yaqub memiliki dua belas putra dan di antara yang termuda adalah Nabi Yusuf. Ikatan mereka menumbuhkan suasana yang nyaman bagi keduanya untuk berkomunikasi.

Nabi Yusuf tidak segan-segan berbagi mimpi indahnya dengan ayahnya dan pada gilirannya, Nabi Yaqub mengambil peran sebagai pendengar aktif.

Bagaimana sosok Nabi Yusuf yang masih belia begitu bersedia mengungkapkan semua mimpinya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa komunikasi mereka berhasil dengan kepercayaan dan rasa hormat.

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf [12]: 4).

Sebagai ayah, Nabi Yaqub memahami kepribadian yang berbeda dari putra-putranya, dan memberikan nasihat yang jelas kepada anaknya yang masih kecil untuk tidak mengungkapkan mimpinya.

Saat melakukan itu, dia memastikan untuk tidak mengadu domba Nabi Yusuf melawan saudara-saudaranya dan mengingatkannya bahwa umat manusia rentan terhadap bisikan setan yang licik.

“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf [12]: 5).

3. Mengekspresikan cinta dan kasih sayang melalui tindakan

Nabi Muhammad adalah teladan dalam hal menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya. Nabi Muhammad tidak pernah malu untuk menunjukkan rasa hormat dan cinta untuk putrinya Fatimah bahkan di hadapan orang lain.

Tampilan kasih sayang dan rasa hormat yang dalam ini akhirnya menular pada Fatimah dan dia akan meniru segala tindakan sang ayah.

Aisyah pernah berkata, “Saya tidak melihat orang yang lebih mirip Rasulullah dalam cara berbicaranya selain Fatimah. Ketika dia datang kepadanya, dia berdiri untuknya, menyambutnya, menciumnya dan menyuruhnya duduk di tempatnya. Ketika Nabi datang kepadanya, dia berdiri untuknya, meraih tangannya, menyambutnya, menciumnya, dan menyuruhnya duduk di tempatnya. Dia datang kepadanya selama penyakit terakhirnya dan dia menyapanya dan menciumnya. ” (Al-Adab Al-Mufrad, Hadits 971).

4. Memberikan kebijaksanaan dan nilai-nilai yang baik

Luqman diberi hikmah oleh Allah yang ia gunakan untuk memberikan nilai-nilai yang baik kepada putranya. Luqman mengajari putranya pentingnya kejujuran.

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Lukman [31]: 16).

Selain memanggil putranya dengan sikap yang manis, Luqman juga mengingatkannya untuk menjadi seorang yang rendah hati sepanjang hidup dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya.

Dalam Al-Quran, hal itu merangkum dengan jelas: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18).

Kisah para ayah ini dan anak-anak mereka menyoroti peran penting seorang ayah dalam keluarganya. Ayah tidak hanya sebatas memenuhi tanggung jawab materi bagi keluarga, tetapi juga keterlibatan moral yang positif dalam kehidupan anak-anaknya. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here