Unik dan Megah, Masjid Ini Terbuat dari Lumpur

1508
Masjid Djenne (Foto: Sooperboy)

Jakarta, Muslim Obsession – Jika sebagian besar bangunan masjid dibangun dari batu bata dan lapisan semen bahkan beton, di Afrika Barat terdapat sebuah masjid yang terbuat dari lumpur. Konstruksi bangunan masjid nan megah tersebut, sudah bertahan sejak terakhir direnovasi total pada tahun 1906 silam.

Masjid ini berdiri megah dengan bangunan yang sangat unik dan megah. Masjid yang memiliki tiga menara setinggi 11 meter ini, berada di sebuah kota kecil di pusat Mali yaitu masjid Djenne.

Masjid ini ditetapkan UNESCO sebagai salah satu warisan situs sejarah dunia di tahun 1988. Setiap tahunnya penduduk Mali selalu menggelar festival unik, yakni memplester ulang Masjid Djenne dengan mencampur lumpur dan sekam. Hal ini dilakukan agar bangunan masjid tetap kokoh. Festival diikuti semua warga Mali, dari orang dewasa hingga anak-anak.

Masjid yang pertama kali dibangun pada tahun 1240 Masehi ini terlihat polos dan hanya terdapat sedikit ornamen yang menghiasinya. Dibangun oleh Sultan Koi Kunboro, pada masa awal dia masuk Islam dan mengubah istananya sendiri menjadi tempat untuk beribadah. Keindahan dan kemegahan masjid pada saat itu diakui oleh Penguasa Djenne di awal abad ke-19, Sheikh Amadou. Arsitektur masjid bergaya Sudan Sahili yang mencerminkan kearifan masyarakat lokal Afrika Barat.

Sang arsitek, Ismaila Traore, menyulap lumpur yang digunakan sebagai bahan dasar masjid menjadi sebuah masjid yang memiliki seni tinggi. Ismaila hanya menggunakan bahan-bahan tradisional, seperti batang dan cabang pohon yang diaduk bersama bata lumpur kering dan juga tanah liat serta hanya menggandalkan sinar matahari sebagai pengerasnya. Lumpur yang dihasilkan menjadi kuat dan kokoh seperti halnya semen.

Dinding masjid tampak kokoh dibangun di atas tanah seluas 5.625 meter persegi yang terbuat dari bata lumpur. Pada bagian luarnya diplester menggunakan lumpur yang sangat lembut. Keunikan lainnya adalah pohon palem yang digunakan untuk membuat tembok masjid, sehingga mampu menyanggah masjid dari bahan lumpur.

Mihrabnya memiliki tiga menara yang tingginya mencapai hingga 11 meter dan menonjol di atas dinding utama. Dalam setiap menara tersebut berisi tangga spiral yang menghadap ke atap. Di puncak menara tersebut yang berbentuk kerucut telur burung unta yang menyimbolkan kemurnian dan kesuburan.

Dinding masjid Djenne memiliki ketebalan antara 40 sampai 60 sentimeter yang makin ke atas ketebalan dinding makin menipis. Dinding berfungsi untuk menahan berat dari struktur masjid dan juga memberikan insulasi sinar matahari gurun yang menyengat.

Pada siang hari tembok dari luar perlahan terasa panas namun di bagian dalam tetap memberikan kesejukan bagi para jamaah. Sedangkan pada malam hari tetap terasa hangat karena udara panasnya tersimpan di dalam tembok dan memberikan kehangatan di dalam masjid tersebut. Lantainya yang tidak berubin, menambah citra alami masjid.

Tak hanya penduduk Mali saja yang mengunjungi atau melakukan ibadah di masjid ini, banyak orang dari berbagai mancanegara datang dan mengunjungi masjid unik ini. Tak jarang, orang yang datang ke Afrika Barat selalu menyempatkan waktunya untuk sekadar melihat atau beribadah di masjidini. Bahkan ada juga yang sengaja datang untuk berdoa hingga belajar dan berguru kepada ulama yang ada di sana. (Bal/Berbagi Sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here