Tantangan Dakwah

456

Oleh: Drs. H. Tb. Syamsuri Halim, M. Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Di Jalan di pasar kaget Rawajati, setelah khutbah Jumat dari Masjid Attaubah, saya bertemu seorang teman sesama pendakwah.

Dan saya merasa bersyukur padanya karena ada media channel yang dekat dekat dengannya untuk pengembangan dakwah Islam.

Namun, teman saya mengeluh ketika menghadapi kenyataan bahwa ternyata seruan kepada masyarakat untuk mengaji tidak bersambut. Sebaliknya, banyak tetangga, orang-orang terdekat, bahkan murid-muridnya justru mencemoohkannya.

BACA JUGA: Bukan Mereka yang Gila, Tapi Kitalah Sejatinya yang Gila

Saya jadi teringat pesan guru-guru saya bahwa dakwah itu adalah “Jalan Nabi”. Jika Nabi saja dimusuhi, apalagi kita? Inilah ujian Allah Ta’ala untuk kita.

Saya ingat, guru-guru saya pun membuka kitab Al-Kabir Imam Al-Baihaqi, bahwa Rasulullah bersabda:

أَزْهَدُ النَّاسَ فـِى الْعَالِمِ أَهْلُهُ وَجِيْرَانُهُ. (رَوَاهُ ابْنُ عَدِى عَنْ جَابِرٍ)

“Orang yang paling merasa tidak butuh (atau orang yang paling membenci) kepada orang ‘alim, adalah keluarganya dan tetangganya,” (HR. Ibnu Adi dari Jabir).

BACA JUGA: Khatib dan Imam Shalat Jumat, Haruskah Orang yang Sama?

Terkadang orang yang paling membenci dan menjauhi orang ‘alim itu justru adalah keluarga dan para tetangga-tetangganya sendiri.

Bahkan mereka enggan mengaji, padahal gudang ilmu ada di depan matanya. Dan justru orang-orang yang rumahnya jauh malah berdatangan menimba ilmu kepadanya.

جاء في تخريج هذا الأثر :(كان أزهد الناس في العالِم أهلهُ وجيرانهُ) الذي ذكره العلامة ابن القيم في كتابه (مفتاح دار السعادة)

Wallahu a’lamu bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here