Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-6)

634
Bentuk rumah masyarkat di desa Harran saat ini masih tetap dipertahankan untuk menjadi obyek wisata di Turki. Konon bentuk rumah ini seperti rumah pada masa Nabi Ibrahim ketika di Harran. (Foto: tripadvisor)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

A. Nabi Ibrahim

3. Keluar dari Ur menuju Harran.

QS Al-Anbiya ayat 70 menyatakan: “Dan mereka hendak berniat jahat terhadap Ibrahim, maka kami menjadikan mereka itu orang orang yang paling rugi”. Siapakah yang dimaksud dengan mereka yang hendak berniat jahat terhadap Nabi Ibrahim dan menjadi orang-orang yang merugi pada ayat tersebut?

Ur-Nammu atau Namrudz jelas berniat jahat dengan membakar Nabi Ibrahim untuk membunuhnya, meskipun gagal. Namun ayat tersebut tidak spesifik ditujukan pada Namrudz dan rakyatnya sebagai orang-orang yang merugi.

BACA JUGA:

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-1)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-2)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-3)

Tidak lama setelah peristiwa membakar Nabi Ibahim, Ur-Nammu meninggal dalam peperangan melawan kaum nomaden Gut dari wilayah Elam dan kemudian digantikan oleh putranya, yaitu Shulgi yang dapat mengusir kaum Gut. Kematiannya diperingati dengan syair yang panjang yang menunjukkan Ur-Nammu adalah raja yang sangat dihormati rakyatnya.

Pengganti Ur-Nammu dapat juga termasuk orang-orang yang bermaksud jahat terhadap Nabi Ibrahim yang merugi karena menganggap Nabi Ibrahim sebagai pengganggu kehidupan religius penduduk Uruk.

Nabi Ibrahim, meskipun hanya mempunyai pengikut dua orang, tetap berdakwah pada kaumnya. Suatu ketika secara diam-diam Nabi Ibrahim membakar berhala di dalam kuil Ziggurat. Haran II, ayah Luth meninggal karena ikut berusaha memadamkan api. Atas kematian pamannya ini, Nabi Ibrahim kemudian menjadikan Luth sebagai anak angkatnya.

Setelah kematian Ur-Nammu, wilayah Uruk yang sangat subur secara bergantian menjadi sasaran serangan dan penjarahan dari suku-suku dan kaum nomaden dari wilayah di sekitarnya. Ketika Ur diserbu suku Amorit, terjadi kelaparan berkepanjangan di Uruk. Penduduk Uruk menjadi orang-orang yang merugi dalam waktu yang cukup panjang.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-4)

Meskipun beberapa kali berganti raja, namun negeri Uruk tidak pernah dalam keadaan aman dan sejahtera hingga akhirnya berganti dinasti. Dalam situasi yang terus dibayang bayangi serangan dan penjarahan serta pembunuhan tersebut, Nabi Brahim dan Luth beserta keluarganya diselamatkan oleh Allah ke negeri yang telah Allah berkahi untuk seluruh alam (QS. Al-Anbiya ayat 71).

Namun sebelum ke negeri yang diberkahi tersebut, rombongan Nabi Ibrahim, Sarah, dan Luth mengikuti Azzar yang mengajak seluruh keluarga besarnya, baik dari Nahor maupun dari Haran, pindah ke wilayah lain yaitu ke arah barat yakni ke Harran (sekarang masuk wilayah Turki di dekat kota Urfa, Propinsi Sanliurfa) dengan menyusuri sungai Eufrat, menempuh jarak sekitar 800 km dari Uruk. Saat itu Nabi Ibrahim berumur sekitar 57 tahun dan Sarah berumur sekitar 47 tahun.

Di Harran kehidupan religiusnya sama dengan di Ur, dan Azzar tetap menjalani profesi membuat patung berhala untuk disembah. Sedang Nabi Ibrahim tanpa bosan terus mengingatkan ayahnya sehingga suatu saat membuat ayahnya marah dan mengusir Nabi Ibrahim agar pergi dari Harran.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-5)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here