Mengapa Abu Jahal dan Abu Lahab Sangat Membenci Nabi Muhammad?

34669

Muslim Obsession – Sebagian dari kita mungkin masih bertanya-tanya mengapa Abu Jahal dan Abu Lahab sangat membenci Nabi Muhammad Saw.? Apa Alasannya?

Pertama ialah Abu Jahal. Sebagaimana kita tahu, Abu Jahal maupun Abu Lahab sangat membenci Nabi Muhammad Saw. Padahal sebelumnya, Abu Jahal pun mengakui sendiri keluhuran akhlak Rasulullah Saw.

Dalam sebuah kisah yang dinukil dari kitab Wa Syahida Syahidun min Ahliha oleh Raghib As-Sirjani, Al-Masur bin Mukhramah, keponakan Abu Jahal, anak dari saudari perempuannya, bertanya kepada Abu Jahal tentang pribadi Muhammad Saw.

“Wahai pamanku, apakah kalian menuduh Muhammad itu berdusta sebelum ia mengatakan apa yang dia katakan sekarang ini -yakni risalah kenabian-?”

“Wahai anak saudariku, demi Allah! Sungguh sewaktu Muhammad masih seorang pemuda, ia digelari Al-amin (yang terpercaya) di tengah-tengah kami. Kami sama sekali tak pernah mencoba menyebutnya berdusta,” kata Abu Jahal.

Keponakannya kembali bertanya, “Wahai paman, mengapa kalian tidak mengikutinya?”

Abu Jahal menjawab, “Keponakanku, kami dan Bani Hasyim selalu bersaing dalam masalah kemuliaan. Jika mereka memberi makanan, kami juga memberi makanan. Jika mereka menjamu dengan minuman, kami juga demikian. Jika mereka memberi perlindungan, kami juga melakukannya.”

“Sampai-sampai kami sama-sama duduk di atas hewan tunggangan untuk berperang, kami (dan bani Hasyim) sama dalam kemuliaan. Kemudian mereka mengatakan, “’Di kalangan kami ada seorang Nabi (Muhammad Saw.)’. Kapan kabilahku bisa menyamai kemuliaan ini?”

Terungkap inilah alasan Abu Jahal menolak beriman. Bukan karena Muhammad bin Abdullah itu berdusta. Tapi yang menghalanginya adalah kesombongan. Jika dia beriman, berarti kabilahnya kalah dalam kemuliaan. Kabilahnya kalah gengsi dengan bani Hasyim.

Di hari Perang Badar, Al-Akhnas bin Syuraiq bertanya kepada Abu Jahal, “Abul Hakam (sebutan Abu Jahal di tengah kafir Quraisy), beritahu aku tentang Muhammad. Apakah ia orang yang jujur atau pendusta? Karena di sini tak ada seorang Quraisy pun selain aku dan engkau yang mendengar pembicaraan kita.”

Abu Jahal menjawab, “Celaka engkau! Demi Allah, sungguh Muhammad itu seorang yang jujur. Dia sama sekali tak pernah berbohong. Tapi, kalau anak-anak Qushay dengan al-liwa’ (mengatur urusan perang), hijabah (memegang kunci Ka’bah dan pengaturannya), siqayah (memberi jamaah haji minum), dan juga nubuwwah (kenabian), Quraisy yang lain kebagian apa?” (Ibnul Qayyim, Hidayatul Hayara, Hal: 50-51).

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here