Ketika yang Ditemui Jalan Buntu

231

Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

Kita sedang berjalan di atas sebuah jalan kehidupan. Menyusuri waktu demi waktu. Tertoreh berbagai kisah dalam lembaran kita. Canda, tawa, tangis dan air mata mengisi di antara lipatan cerita. Kisah pilu hingga heroik mungkin pernah mewarnai hari-hari.

Berbagai ujian datang menguji ketegaran dan keteguhan keimanan. Sekencang apapun kita berlari dan bersembunyi, ujian akan tiba di sebuah titik di jalan yang kita tak pernah tahu itu sebelumnya. Jalan kita berbagai bentuk sesuai dengan ketentuan Nya.

Ada kalanya jalan itu datar dan mulus, namun tak jarang pula jalan berkelok, berkerikil bahkan berduri. Namun, benarkah ada jalan buntu??

***

Dikisahkan pada suatu hari ada seorang lelaki yang bekerja di sebuah hotel yang biasa menyajikan arak (minuman memabukan) dan menjual barang-barang syubhat bertemu dengan Syaikh asy-Sya’rawi (Syaikh Mutawali asy-Sya’rawi) rahimahullah.

Kemudian Syaikh asy-Sya’rawi menyuruh lelaki tadi untuk berhenti bekerja di hotel tersebut. Akan tetapi lelaki ini beralasan bahwa dia terpaksa bekerja di hotel itu karena ingin menghidupi keluarganya dan guna membayar utang.

Syaikh asy-Sya’rawi kemudian berkata, “Wahai anakku, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَن يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا – الطلاق:٢

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah akan menunjukan kepadanya jalan keluar dari kesusahan,” (QS. Ath-Thalaq ayat 2).

Lalu Syaikh bertanya kepada lelaki itu, “Adakah Allah menyebut taqwa dahulu atau jalan keluar dahulu?”.

“Allah menyebut taqwa dahulu,” jawab si lelaki itu.

Syaikh pun berkata, “Jadi kenapa kamu mau mencari jalan keluar dahulu sebelum taqwa? Kenapa duduk di tempat munkar ini untuk mencari jalan keluar dahulu, kemudian baru bertaqwa? Kamu semestinya bertaqwa dahulu dan kemudian pasti Allah akan menunjukan kamu jalan keluar”.

Setelah mendengarkan nasihat Syaikh asy-Sya’rawi maka lelaki ini pun setuju. Dia meninggalkan pekerjaannya dengan gajinya yang tinggi di hotel tadi.

Tak lama kemudian, ada seseorang datang bertemu dengan lelaki ini dan menawarkannya sebuah pekerjaan sebagai pengurus di hotel yang berada di Madinah Al-Munawwarah berdekatan dengan makam Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Pekerjaan barunya ini ternyata lebih baik dan utang-utangnya pun selesai (lunas) disebabkan ia mau mendengarkan nasihat Syaikh asy-Sya’rawi dulu, “Yang mana lebih dahulu, taqwa atau jalan keluar?”.

Utamakan taqwa dahulu dan Allah akan memberi jalan keluar. Apakah kamu hendak mencari jalan keluar sedang kamu dalam keadaan ingkar kepada Allah? Sungguh ini tidak akan efektif dan menyalahi ayat di atas.

Yang awal sekali adalah taqwa, kemudian jalan keluar akan datang.

(Dikisahkan dan disarikan dari kajian yang disampaikan oleh Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, Pengasuh Ma’had Darul Musthafa Hadhramaut Yaman).

Nasrun minallah wa fathun qarieb,

 


#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here