Sudah Seberapakah Takwa Kita?

560

Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.

Mungkin ada yang menyangka bahwa orang yang paling mulia adalah yang kaya harta, dari golongan konglomerat, yang ganteng atau cantik rupawan, yang punya jabatan tinggi, berasal dari keturunan Arab atau bangsawan. Namun, Allah SWT sendiri telah menegaskan yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.

BACA JUGA: Islam Kecam Rasisme: Kisah Bilal dan Abu Dzar

***

Ayat yang patut jadi renungan saat ini adalah firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” (QS. Al-Hujurat: 13).

Ath Thobari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian – wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah SWT, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi laranganNya. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia,” (Tafsir Ath-Thobari, 21:386)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kalian bisa mulia dengan takwa dan bukan dilihat dari keturunan kalian,” (Tafsir Al Qur’an Al-‘Azhim, 13: 169).

BACA JUGA: Betapa Penting dan Utamanya Shalat

Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

كرم الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى

“Mulianya seseorang di dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di akhirat karena takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al-Baghowi. (Ma’alimut Tanzil, 7: 348)

Kata Al-Alusi, ayat ini berisi larangan untuk saling berbangga dengan keturunan. Al Alusi rahimahulah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya di antara kalian di sisi Allah SWT di dunia maupun di akhirat adalah yang paling bertakwa. Jika kalian ingin saling berbangga, saling berbanggalah dengan takwa (kalian).” (Ruhul Ma’ani, 19: 290).

Dalam tafsir Al-Bahr Al-Muhith (10: 116) disebutkan, “Sesungguhnya Allah SWT menjadikan kalian sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (yaitu ada yang berasal dari non Arab dan ada yang Arab). Hal ini bertujuan supaya kalian saling mengenal satu dan lainnya walau beda keturunan.

Janganlah kalian mengklaim berasal dari keturunan yang lain. Jangan pula kalian berbangga dengan mulianya nasab bapak atau kakek kalian. Salinglah mengklaim siapa yang paling mulia dengan takwa.”

Salam takwa buat semua….

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here