Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-95)

VII. Nabi Ilyas, Ilyasa, Yunus, Penghancuran Haikal Sulaiman (Masjidil Aqsha), Bani Israel Terjajah dan Diperbudak Lagi.

329
Lukisan Gustav Dore, tentang penglihatan Nabi Yehezkiel atas tulang-tulang kering Bani Israel dan Yudea di lembah kemudian dihidupkan kembali untuk membangun Yerusalem yang sudah hancur luluh. (Sumber: Id. m. Wikipedia.org)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Namun demikian, Nabi Yehezkiel terus mengingatkan penduduk Yerusalem, bahwa Yerusalem telah tidak setia. Kota Yerusalem ibarat pohon anggur yang tidak berguna yang tidak dapat memberikan manfaat kepada dirinya sendiri maupun manfaat pada bangsa bangsa disekitarnya.

Kehidupannya telah terampas oleh nabi-abi palsu yang mempraktikkan perilaku syirik dan menyakiti Allah. Para lelaki dan wanita wanitanya senang dengan pola hidup permesuman dan persundalan sehingga kehidupan penduduk dipenuhi dengan dosa dosa, oleh karena itu pedang Allah akan menjadi lawan Yerusalem.

Bahkan pedang Allah tidak hanya akan menghabisi Yerusalem, tetapi juga akan menghancurkan dan melenyapkan Bani Amon, Bani Moab, Bani Edom, membalas perbuatan orang-orang Filistin serta menjadikan kota Tirus dan Sidon reruntuhan karena dosa masing masing. Mesir juga akan dihukum dan akan menjadi upah bagi Nebukadnezar karena telah melakukan pekerjaan Allah menghukum kaum Israel dan Yudea.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-94)

Namun Yehezkiel harus juga menyandang kesedihan karena Allah telah memberitahukannya bahwa istrinya akan dimatikan terlebih dahulu dan dirinya dilarang menangis dan berbuat sedih, serta tidak melakukan perkabungan.

Firman ini disampaikan pula kepada kaumnya, bahwa kematian istrinya dan keadaanya ketika istrinya meninggal adalah perlambang bagi kaumnya, bahwa penduduk Yerusalem tidak akan sempat berbuat sedih dan berkabung atas kematian istri, suami maupun anak anak diantara mereka karena diterjang pedang. Setelah disampaikannya firman tersebut kepada penduduk, malamnya istri Nabi Yehezkiel yang sangat dicintainya menemui kematiannya.

Sebagian besar penduduk Yerusalem dan kota-kota Israel masih tidak mendengarkan peringatan peringatan Nabi Yehezkiel. Maka tidak lama setelah itu, datanglah tentara Nebukadnezar yang menjadi alat bagi Allah untuk menghukum kaum Israel dan Yudea.

Yerusalem dan Haekal Sulaiman luluh lantak, penduduknya banyak yang terbunuh, keluarga raja dimusnahkan, raja dicungkil matanya dan orang-orang yang kuat dan tidak terbunuh serta orang-orang yang menyerah diangkut ke Babilonia menjadi orang buangan, harta benda istana dan Haekal Sulaiman habis diangkut ke Babel. Harta penduduk dirampas oleh para tentara Babilonia.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-93)

Yerusalem menjadi kota hancur, muram, dan sepi, hanya ditinggali oleh penduduk yang sudah tua, anak anak dan remaja. Mereka tidak sempat bersedih karena semua orang mengalami kesedihan yang sama, ditinggal oleh orang-orang yang dicintainya, baik karena menemui kematiannya maupun diangkut menjadi orang buangan di Babilonia. Penduduk miskin dan kelaparan menjadi pemandangan dijalanan yang bangunan bangunannya telah hancur dan tidak ada yang memperbaiki.

Ini adalah hukuman Allah yang pertama kali pada Bani Israel dan kaum Yudea karena perbuatan-perbuatan yang mengingkari Allah dan meninggalkan semua ajaran rasul-rasulnya, sebagaimana yeng tertuang dalam QS. Al-Isra’: 4-5.

Sedang Kitab Yehezkiel 37 mengkisahkan sebuah perumpamaan dari Allah kepada Nabi Yehezkiel tentang kondisi bangsa Israel setelah penghancuran Yerusalem. Allah menunjukkan kuasanya kepada Bani Israel dimana setelah penghancuran itu, Bani Israel dibangkitkan lagi, dihidupkan lagi dan membangun tanah pusakannya kembali.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-92)

Diibaratkan bangsa Israel telah menjadi tulang belulang yang kering yang berserakan disuatu lembah kemudian tulang-belulang itu dihidupkan kembali.

Dalam penglihatannya, Nabi Yehezkiel diperintahkan bernubuwah kepada tulang-tulang kering tersebut seperti yang dituntunkan Allah kepadanya yaitu memberikan nafas kepada tulang-tulang kering tersebut sehingga hidup dan bangkit kembali.

Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa tugas Nabi Yehezkiel adalah menumbuhkan kembali harapan hidup kepada Bani Israel untuk melakukan pembaharuan kembali di negerinya, kembali menyembah Allah dan membangun negerinya kembali.

Setelah penghancuran itu, Nabi Yehezkiel tetap tinggal di Yerusalem bersama penduduk yang menyadari kesalahannya dan nenek moyangnya. Pada mereka yang telah melakukan pertobatan, Allah mengutus Nabi Yehezkiel untuk menghiburnya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-91)

Turunlah wahyu-wahyu Allah yang membangkitkan kembali semangat penduduk yang telah terkalahkan dan dihancurkan ini. Firman firman Allah yang memberikan rasa optimis dimana Bani Israel dan kaum Yudea akan dapat bangkit kembali, yang terbuang pada saatnya akan kembali lagi, tanah Israel dan gunung-gunung Israel dapat bertunas kembali menjadi jalan datangnya rizki, penduduk Bani Israel akan mengkuduskan kembali nama Allah. Israel dan Yudea akan dipersatukan lagi, kota-kota akan dihuni lagi dan reruntuhan akan dibangun lagi.

Kitab Yehezkiel 40-48, mengkisahkan tentang Nabi Yehezkiel mendapatkan pandangan tentang Yerusalem baru. Pada suatu hari pada tahun ke dua puluh lima setelah Yerusalem dihancurkan, Nabi Yehezkiel merasakan ada sesuatu kekuatan yang membawanya pada suatu penglihatan.

Dari sebuah gunung yang tinggi, dilihatnya ada suatu bentuk kota, dan dilihatnya seseorang yang seperti berkulit tembaga membawa tali dan tongkat pengukur. Orang itu menyapanya dan memintanya untuk memperhatikannya.

Orang itu mulai mengukur dari pintu gerbang, pelataran, tembok-tembok luar dan dalam, balai-balai, kamar-kamar, tangga-tangga, tempat penyembelihan kurban, meja-meja, ruang besar, ruang dalam, gambar-gambar kerub dan pohon kurma di dinding, tiang-tiang besar, ruang besar dan ruang paling kudus.

Semuanya tercatat ukurannya baik pintu gerbang luar, dalam dan bagian paling dalam, tembok tembok pagar, ukuran tangga dan jumlah anak tangga, jumlah kamar dan bilik serta tempatnya, menghadap ke arah mana, ukuran balai-balai, ruang besar hingga ruang paling suci, ukuran mezbah dll. Itulah Bait El yang baru yang ukurannya lebih besar dari Bait EL Haikal Sulaiman yang lama.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here