
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) Suatu saat Nabi Musa kedatangan tamu dari Madyan, yaitu rombongan dari Madyan yaitu Yitro dan para pengantarnya untuk menyerahkan anak dan cucunya kepada Musa. Kitab Keluaran 18 : 1-27 menyebut Yitro adalah mertua Nabi Musa. Dengan demikian Yitro adalah Nabi Syu’aib. Zipora dan anaknya suatu saat oleh Nabi Musa di bawa pulang dan dititipkan pada mertuanya di Madyan. Ketika Nabi Syu’aib yang mengetahui dari Allah segala peristiwa di Mesir, kemudian pergi ke Sinai menemui menantunya tersebut. Nabi Musa segera menyambutnya. Disebutkan bahwa saat itu Nabi Musa telah mempunyai dua anak laki-laki dari Rehuellah Zipora putri Nabi Syu’aib yaitu Gersom dan Eliezer. Nabi Musa kemudian, menceritakan semua kejadian menghadapi Fir’aun di Mesir hingga sampai perjalanan yang sedang di laluinya saat itu. Nabi Syu’aib kemudian menyembelih kurban sebagai rasa sukur atas keselamatan Nabi Musa dan Bani Israel. Nabi Syu’aib kemudian mendoakan keselamatan menantu dan anak cucunya tersebut.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-41) Esoknya, Nabi Syu’aib menyaksikan bagaimana Nabi Musa dan Harun menyelesaikan masalah masalah kaumnya sehingga seharian waktunya dihabiskan untuk mengatasi masalah masalah yang muncul. Nabi Syu’aib kemudian memberikan saran kepada Nabi Musa untuk mengangkat orang-orang yang dapat dipercaya dan mempunyai kebijakan untuk mengatasi masalah. Orang-orang yang bijak ini kemudian diangkat sebagai hakim hakim Bani Israel. Dengan diangkatnya para hakim di antara mereka, maka pekerjaan Nabi Musa dan Harun menjadi lebih ringan. Nabi Syu’aib juga sempat menyaksikan bagaimana setiap hari Allah menyediakan
manna dan
salwa untuk dimakan Bani Israel. Setelah beberapa hari Nabi Syu’aib berkumpul dengan Nabi Musa dan Bani Israel, kemudian berpamitan pulang ke Madyan. Setelah cukup beristirahat, kemudian Bani Israel melanjutkan perjalanan lagi. Saat perjalanan mereka sudah memasuki bulan ketiga, dan rombongan Bani Israel mulai memasuki wilayah gurun Sinai. Bani Israel kemudian membuka perkemahan lagi di gurun Sinai di dekat gunung Sinai. Di gurun Sinai ini, terdapat kejadian yang menunjukkan dua peristiwa yang berbeda, yaitu:
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-40) Peristiwa yang pertama ditunjukkan pada QS. Al-Baqarah: 65, 83-85 dimana dalam ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengambil janji dari Bani Israel secara langsung melalui Nabi Musa, yang isi perjanjiannya terdiri dari: (1) Janganlah kamu menyembah selain Allah. (2) Berbuat baiklah kepada kedua orang tua dan kerabat, (3) Berbuat baiklah kepada anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. (4) Bertutur katalah yang baik kepada sesama manusia. (5) Laksanakan shalat dan tunaikan zakat. (6) Janganlah kamu menumpahkan darahmu (membunuh sesamamu). (7) Janganlah kamu mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu (8) Jangan saling membantu dalam kejahatan dan permusuhan. (9) Jika ada yang datang sebagai tawanan, mereka dilarang diusir. (10) Menkhususkan hari sabat untuk beribadah (khusus perintah ini tertuang pada QS. Al-Baqarah: 65).
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-39) Peristiwa yang kedua yaitu ditunjukkan dalam (QS. Al-A’raf: 143-147), dimana Allah memanggil Nabi Musa agar sendirian naik ke puncak gunung Sinai untuk menerima Taurat, dan Nabi Musa harus terlebih dahulu bermunajat tiga puluh (30) malam dan disempurnakan dengan sepuluh (10) malam. Kemudian Nabi Musa berpesan pada saudaranya yaitu Harun, agar menggantikannya memimpin kaumnya. Nabi Harun juga dipesan agar memperbaiki dirinya serta tidak mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan. Nabi Musa kemudian naik ke gunung Sinai. Ketika telah sampai pada salah satu puncak gunung Sinai, kemudian langsung memulai bermunajat. Ketika genap waktu yang telah ditentukan untuk bermunajat, Nabi Musa memohon agar Allah menampakkan diriNya, agar Nabi Musa dapat melihatNya. Namun Allah berfirman bahwa Musa tidak akan sanggup melihatNya, dan Allah memerintahkan agar Musa memandang ke salah satu gunung. Jika gunung tersebut masih tetap ditempatnya seperti sedia kala, niscaya Musa dapat melihatNya. Ketika Allah menampakkan keagunganNya kepada gunung itu, maka gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata “Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau, dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman”.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-38) Allah kemudian berfirman, bahwa Allah telah memilih Musa dari manusia yang lain untuk membawa risalahNya dan FirmanNya. Sebab itu agar bepegang teguh pada apa yang diberikanNYa dan bersyukur kepadaNya. Allah TELAH TULISKAN untuk Musa PADA LAUH-LAUH yaitu Taurat yang telah tertulis pada Lauh-Lauh, sebutan dalam bentuk jamak yaitu Lauh-Lauh, yang mengisyaratkan banyak lempengan batu. Firman tentang segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal. Allah berfirman “Berpegang teguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya sebaik-baiknya. Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik”. Banyak yang difirmankan Allah kepada Nabi Musa tentang tanda tanda KekuasaanNya, tentang orang-orang yang sombong yang mendustakan ayat-ayat Allah yang akan sia-sia perbuatan mereka akan dibalas di akhirat sesuai perbuatannya. Kalimat tersebut diatas bisa dipahami bahwa Allah TELAH TULISKAN FIRMANNYA pada LAUH-LAUH atau banyak Lauh.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-37) [caption id="attachment_76670" align="alignnone" width="720"]

Lukisan Bani Israel mendengarkan sabda Allah yang terdengar berasal dari awan yang mengguruh dan mengguntur. (Alkitab SABDA)[/caption] Peristiwa sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah 65, 83-85, dan QS. Al-‘Araf: 143-147, juga ditunjukkan dalam Kitab Keluaran, yaitu: Peristiwa pertama ditunjukkan dalam kitab Keluaran 19 : 3-25 dan 20 : 1-17, yang menginformasikan suatu kronologi kisah dimana Allah mengambil janji Bani Israel dengan memerintahkan Nabi Musa naik dan turun gunung Sinai, yang ketika naik untuk pertama kalinya Nabi Musa mendapatkan perintah agar kaumnya mensucikan diri bersiap untuk bersaksi dalam perjanjian dengan Tuhan. Elloh hendak turun di gunung Sinai di depan mata seluruh bangsa itu dan Nabi Musa harus membuat batas bagi Bani Israel untuk menyaksikannya dan melarang jangan sampai melanggar batas tersebut karena akan dihukum. Ketika semua Bani Israel telah mensucikan diri, pada pagi hari terdengar suara guntur yang memekakkan telinga dan guruh mengguntur serta kilat sambung menyambung, kemudian terdengar suara sangkakala yang sangat keras sehingga membuat Bani Israel gemetar ketakutan.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-36) Setelah bunyi yang menakutkan itu berhenti kemudian Nabi Musa mengajak Bani Israel keluar dari kemah dan tidak perlu takut selama dalam batas yang sudah dibuatnya. Nabi Musa kemudian berbicara kepada Allah, dan Allah menjawab dalam suara yang terdengar dari dalam guruh dimana Allah memerintahkan Nabi Musa naik ke gunung Sinai. Ketika Nabi Musa sudah di atas gunung kemudian Allah menyuruh Nabi Musa turun lagi dan naik lagi bersama Nabi Harun. Setelah Nabi Musa berada di atas gunung bersama Nabi Harun, Allah berfirman sebagaimana dituliskan pada Kitab Keluaran 20 : 1-17 yang intinya menyebutkan perintah bagi Bani Israel yaitu: (1) Jangan ada padamu Allah lain dihadapanKu. (2) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-35) (3) Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan. (4) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, enam hari melakukan segala pekerjaan, sebab Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya selama enam hari dan Ia berhenti pada hari ketujuh. Itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan mengkuduskannya. (5) Hormatilah ayahmu dan ibumu. (6) Jangan membunuh. (7) Jangan berzina. (8) Jangan mencuri. (9) Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-34) (10) Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya atau hambanya laki-laki atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu. Janji tersebut dikenal dengan sepuluh (10) Perintah Tuhan yang tertulis dalam Lauh (loh batu, tulisan firman Allah yang terpahat pada batu). Ada sedikit perbedaan redaksional tapi banyak kesamaan antara QS. Al-Baqarah 65, 83-85, dengan Kitab Keluaran 20 : 1 – 17. Sangat mungkin adanya perbedaan tersebut terjadi karena Lauh batu tentang 10 perintah tuhan yang asli memang sudah hilang bersamaan dengan hancurnya Haekal Sulaiman untuk yang kedua kalinya setelah masa kerasulan Nabi ‘Iysaa. Dan yang ditulis ulang pertama kali pada puluhan atau ratus tahun setelah yang asli hilang hanya berdasar ingatan penulis.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group