Nissa Sabyan Membawa Mimpi Kami ke Tanah Suci

2145

Melalui komentar di dinding akun tersebut, tidak hanya memuji lirik dan arasemen lagu tersebut, melainkan membangkitkan kembali ingatan individu dan kolektif mengenai sisi kemanusiaan tentang keluarga dan sanak keluarga yang ingin menjawab panggilan-Nya ke tanah suci.

Di sini, sekali lagi saya mengatakan, Sabyan tidak hanya berhasil menunjukkan bagaimana dakwah Islam yang ramah, melainkan juga menunjukkan bagaimana kasih sayang Islam melalui kelembutan dan kesahduan dalam sebuah lirik dan arasemen musik dalam sebuah lagu.

Dengan demikian, di tengah kuatnya intoleransi di ruang publik, praktik politik yang membentuk polarisasi menjadi kedua kubu, dan menguatnya kebencian atas nama sentimen agama, dengan lagu-lagu yang disyiarkannya, Sabyan menjadi layaknya embun penyejuk atas semua itu.

Kesejukan inilah yang perlu dikuatkan dalam ruang publik, baik dunia maya maupun nyata di tengah kepentingan predator politik untuk merengguk suara dengan memainkan sentimen agama yang membangun pelbagai stereotif atas apa yang disebut dengan umat Islam.

Cara itu memang murah tapi sangat merusak bangunan solidaritas keislaman yang seharusnya menjadi satu tubuh yang saling menguatkan apabila ada salah satu anggota bagian badan yang sakit.

Vina – Ditulis oleh: Wahyudi Akmaliah Peneliti di Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK) LIPI

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here