Gus Sholah: Saya NU yang Masyumi

1076

Silaturahmi Tokoh NU dan Masyumi

DARI berbagai catatan, terlihat hubungan akrab antara M. Natsir dengan Kiai Wahid Hasjim.

Anwar Harjono bercerita, menjelang Muktamar Masyumi 1949, Gus Wahid memasarkan gagasan pergantian Ketua Umum Masyumi dengan figur yang lebih muda.

Ketua Umum Masyumi dr. Soekiman Wirjosandjojo (lahir 1898) yang memimpin sejak 1945 dianggap sudah tua dan harus diganti.

Gagasan Gus Wahid mendapat dukungan. Diajukanlah M. Natsir (lahir 1908) menjadi calon Ketua Umum untuk menggantikan Soekiman. Sejarah mencatat, Natsir berhasil mengungguli Soekiman.

Baca juga: 

Gus Sholah, Tokoh yang Moderat dan Memiliki Visi Kebangsaan yang Luas

Presiden Jokowi Sampaikan Belasungkawa atas Wafatnya Gus Sholah

Menag: Gus Sholah itu Sosok yang Komplet

Ketika Presiden Sukarno menunjuk Natsir menjadi formatur pembentukan kabinet, Natsir meminta bantuan Kiai Wahid Hasjim dan Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Dalam kabinet pertama di masa Negara Kesatuan itu, Gus Wahid diberi amanah menjadi Menteri Agama.

Lazimnya hubungan sesama anak Adam, tentulah ada dinamika, ada pasang naik, dan pasang surut.

Pasang surut dalam hubungan Natsir dengan Gus Wahid, tentulah pada saat krisis hubungan NU-Masyumi yang berujung keluarnya NU dari Masyumi.

Apakah krisis itu mengakhiri hubungan insani Natsir dengan Gus Wahid?

Dalam percakapan di kediamannya pada 1 Juli 2019, Gus Sholah menuturkan kisah yang sangat dramatis.

Muktamar NU di Palembang pada 1952, akhirnya memutuskan NU keluar dari Masyumi, menjadi partai politik yang berdiri sendiri, dan menunjuk Gus Wahid menjadi Ketua Umum Partai NU.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here