Allah Pleaser Yes, People Pleaser No

666

Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

Istilah people pleaser mengacu pada seseorang yang selalu merasakan dorongan kuat untuk menyenangkan orang lain, bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri.

***

Menjalani kehidupan di zaman seperti sekarang ini memang tidak mudah. Menjadi seorang yang jahat jelas salah, tapi menjadi seorang yang terlalu baik ternyata juga bisa dianggap salah, loh kok bisa begitu?

BACA JUGA: Takut Hadapi Masa Depan?

Barangkali di antara kita punya teman ataupun kenalan yang begitu penurut, baik hati, dan mudah kita mintai tolong apapun, atau jangan-jangan kita sendiri juga termasuk yang demikian.

Ada banyak alasan kenapa seorang bisa begitu baik sedemikian rupa. Entah karena dia memang berkepribadian baik atau justru dia yang kerap kita anggap sebagai people pleaser.

Istilah people pleasure belakangan ini semakin marak kita dengar. People pleaser merupakan sebutan untuk mereka yang cenderung melakukan sesuatu untuk menyenangkan orang lain. Bahkan di atas kepentingannya sendiri dan berusaha untuk membuat orang lain tidak kecewa.

Jika pengertian people pleaser hanya sebatas demikian, tentunya hal ini bertolak belakang dengan konsep yang selama ini masyarakat luas yakni khususnya umat muslim. Yaitu ‘khoirunnas anfa;uhum linnas’ atau sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.

BACA JUGA: Buah Kesabaran Nabi Ayyub ‘Alaihissalam

Teladani Nabi dan Para Sahabatnya.

Dalam Islam sendiri, tentunya banyak tokoh terdahulu yang begitu mencontohkan nilai-nilai pengorbanan yang luar biasa. Termasuk juga, suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad yang bahkan di akhir hayatnya masih sempat memikirkan umatnya.

Ali bin Abi Thalib pun demikian, beliau rela menggantikan Rasulullah Muhammad tidur di ranjangnya ketika rumah sang Nabi terkepung dan ia terancam menjadi sasaran pembunuhan.

Jadi, Allah Pleaser Yes dan People Pleaser No. Selamat menjalani tahun 2024 dengan lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya.

 


#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here