Jakarta, Muslim Obsession – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyerukan penyelidikan kolaboratif yang kredibel dan transparan antara Turki dan Arab Saudi dalam kasus hilangnya wartawan Saudi terkemuka Jamal Khashoggi.
AJI juga mendesak kekuatan global untuk memantau penyelidikan dan menekan Kerajaan Arab Saudi untuk bekerja sama dalam penyelidikan.
Insiden yang bermasalah ini, menurut AJI menambah daftar panjang kekerasan terhadap jurnalis secara global.
Data terbaru dari Reporters Without Borders (RSF) menunjukkan bahwa 57 wartawan, 10 jurnalis warga, dan asisten media tewas pada 2018.
Di Arab Saudi saja, ada sekitar 25 hingga 30 jurnalis profesional dan non-profesional yang saat ini berada dalam tahanan.
Arab Saudi berada di peringkat ke 169 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2018, yang mengindikasikan betapa miskinnya negara tersebut dalam memperlakukan jurnalis mereka.
Sepanjang kariernya, Khashoggi dikenal luas sebagai pengkritik yang terang-terangan dari Kerajaan Saudi.
Dia menyesalkan bahwa dunia Arab kurang memperhatikan kebebasan pers. Khashoggi dikabarkan menghilang pada 2 Oktober 2018 lalu, ketika dia memasuki konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Semenjak itu, dia tidak pernah terlihat meninggalkan gedung konsulat.
“Kami segera menyerukan penyelidikan independen dan menyeluruh untuk memberikan jawaban atas apa yang terjadi pada rekan jurnalis kami, Khashoggi. Kami juga menuntut pemerintah Arab Saudi untuk menjelaskan hilangnya Khashoggi di konsulatnya,” kata Presiden AJI Indonesia, Abdul Manan melalui siaran pers.
Manan juga mendesak kekuatan global untuk mengawasi perkembangan kasus ini dan menekan Arab Saudi untuk bekerja sama dengan penyelidikan.
“Siapa pun yang terlibat dalam penghilangan Khashoggi harus bertanggung jawab,” katanya.
Manan mengatakan kebebasan pers dan ekspresi adalah hak dasar bagi semua orang, dan setiap pemerintah harus meletakkan prinsip-prinsip tersebut sebagai prioritas utama mereka. (Vina)
