Syariat Shalat Isyraq

211

Oleh: KH. Abdul Ghoni (Wakil Ketua Lembaga Dawah Parmusi Pusat)

Dalam sebuah riwayat disebutkan:

عن أنس بن مالك رضي اللَّه عنه، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ﷺ bersabda, “Barang siapa shalat subuh berjamaah (di masjid), lalu duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, adalah hal itu berpahala seperti pahala satu haji dan satu umrah yang sempurna, sempurna, sempurna,” (HR. At-Tirmidzi).

Dikuatkan oleh hadits Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu dengan lafadz,

مَنْ صَلَّى صَلاَةَ الصُّبْحِ فِيْ مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيْهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سَبْحَةَ الضُّحَى كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

“Barang siapa shalat subuh berjamaah di masjid jami’, kemudian tetap tinggal di tempatnya hingga melaksanakan shalat dhuha (dua rakaat), adalah hal itu berpahala seperti pahala orang berhaji atau berumrah dengan haji dan umrah yang sempurna,” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1- Shalat setelah matahari meninggi seukuran batang tombak agar waktu terlarang telah berakhir. Shalat ini dinamakan shalat isyraq dan merupakan awal shalat dhuha.

2- Kata asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, Shalat isyraq adalah shalat dhuha. Namun, jika kamu menunaikannya di awal waktu saat matahari terbit dan telah meninggi (dari ufuk) seukuran batang tombak (menurut pandangan kasat mata), itu dinamakan shalat isyraq. Apabila ditunaikan di akhir waktu atau di pertengahan waktu, itu dinamakan shalat dhuha.

3- Shalat isyraq tergolong shalat dhuha, karena ulama –rahimahumullah– mengatakan bahwa waktu shalat dhuha dimulai sejak matahari meninggi seukuran batang tombak sampai menjelang zawal (matahari bergeser ke ke arah barat).”Lihat kitab Liqa’ Bab al-Maftuh (141/25).

4- Lamanya menurut perhitungan jam sekitar lima belas menit atau semisal itu. Itu adalah shalat isyraq dan merupakan shalat dhuha, karena pelaksanaan shalat dhuha dimulai sejak matahari meninggi seukuran batang tombak hingga menjelang zawal.

5- Shalat dhuha lebih utama dilaksanakan di akhir waktu daripada di awal waktu.

6- Kesimpulannya, dua rakaat shalat isyraq adalah dua rakaat shalat dhuha. Hanya saja, jika disegerakan pelaksanaannya di awal waktu, yaitu saat matahari meninggi seukuran batang tombak, itu adalah shalat isyraq dan dhuha. Jika diakhirkan pelaksanaannya di akhir waktu, itu adalah shalat dhuha, bukan shalat isyraq.”Lihat kitab Majmu’ al-Fatawa war Rasa’il (14/305).

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

1- Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “(Demi Allah) sungguh aku telah membaca di mushaf, tetapi tidaklah aku mengetahui shalat dhuha kecuali sekarang. (Allah berfirman),

يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ

“Gunung-gunung itu bertasbih di waktu petang hari dan pagi hari,” (QS. Shad: 18).

2- Ini merupakan sumpah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyebut media waktu dhuha.

وَالضُّحَى

“Demi waktu matahari sepenggalah naik,” (QS. Adh-Dhuha : 1).

Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here