
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) Allah melanjutkan firman-Nya, sedang Musa menutup mukanya tidak berani memandang: “Telah diberkahi orang-orang yang berada di dekat api, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Maha Suci Allah Tuhan seluruh alam. Wahai Musa. Sesungguhnya Aku adalah Allah, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan Aku telah memilih Engkau (sebagai Rasul), maka dengarkan apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sungguh Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakan shalat untuk mengingat Aku. Sungguh hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. Maka janganlah engkau dipalingkan dari (Kiamat itu) orang-orang yang tidak beriman dan oleh orang-orang yang mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa,” (QS. An-Naml 8 –9, QS. Thaha 13 –16, 41).
(Kitab Keluaran 3: 6 menjelaskan, Allah menyatakan dirinya adalah Allahnya Ibrahim, Ishaq, Ya’qub dan Allah ayah Musa). Selanjutnya, Allah bertanya: “Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa. Dijawab oleh Musa, ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain. Allah kemudian berfirman, “Lemparkanlah wahai Musa,” (QS. Thaha 17-19). Lalu Musa melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat, sehingga Musa lari balik ke belakang tanpa menoleh.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-33) Lalu Allah memanggilnya “Wahai Musa, jangan takut. Sesungguhnya di hadapan-Ku para rasul tidak perlu takut, sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman, kecuali orang yang berlaku zhalim yang kemudian mengubah (dirinya) dengan kebaikan setelah kejahatan (bertaubat), maka sungguh Aku Maha Pengampun, Maha Penyayang. Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya pada keadaan semula,” (QS. Al-Qashash: 31, QS. An-Naml: 10-11, QS. Thaha: 21). Musa kemudian memegang ular tersebut yang kemudian menjadi tongkat itu kembali. Setelah itu, Allah memerintahkan Musa untuk memasukkan tangannya ke leher bajunya untuk dikepit di ketiaknya dan ketika tangan tersebut dikeluarkan maka dari tangan tersebut keluar cahaya putih tanpa cacat, dan Musa diperintahkan untuk mendekapkannya di dadanya apabila ketakutan. Itulah dua bukti kerasulan atau mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada Musa untuk menghadapi Fir’aun, para pembesar istana dan bangsa Mesir (QS. Al-Qashash: 32, QS. Thaha: 22, QS. An-Naml: 12). Kitab Keluaran 4: 3-7 menjelaskan dua mukjizat tersebut. Namun Nabi Musa merasa tidak cukup dengan mukjizat tersebut karena merasa tidak terlampau pandai bicara dan takut tidak bisa meyakinkan Bani Israel dan bangsa Mesir, sehingga memohon kepada Allah agar mengutus Harun untuk bersama-sama dan membantunya (sebagai
wazir) dalam melaksanakan tugas kenabiannya. Allah meluluskan permohonan itu dan menguatkan Musa dengan Harun dan Allah akan memberikan kekuatan yang besar kepada mereka berdua sehingga musuhnya tidak dapat mencapainya. (QS. Al-Qashash: 34-35, QS. Thaha: 24-37, QS. Asy-Syu’ara: 10-14).
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-32) Allah kemudian memerintahkan Musa kembali ke Mesir, dan berdua bersama Harun menghadapi Fir’aun dengan membawa mukjizat yang telah dimilikinya. Namun demikian Musa diperintahkan agar berbicara dengan lemah lembut yang dengan demikian mudah-mudahan mereka menjadi sadar atau takut. Allah berjanji akan selalu bersama Musa dan Harun agar mereka berdua tidak takut dan khawatir, karena Allah selalu mendengar dan melihat (QS. Thaha: 42-46, QS. Asy-Syu’ara: 15-16). Kemudian Musa kembali ke istri dan anaknya, diceritakannya kejadian yang telah dialaminya di lembah Thuwa, kemudian diajaknya kembali pulang ke rumah Nabi Syu’aib. Kepada mertuanya diceritakan semua yang dialaminya di lembah Thuwa. Nabi Syu’aib merestuinya dan membesarkan hati Nabi Musa dengan berkata, “Kembalilah ke Mesir, sebab semua orang yang ingin mencabut nyawamu telah mati,” (Kitab Keluaran 4: 18 –20). Istri Nabi Musa (Rehuellah Zipora) adalah anak Nabi Syu’aib tentu memahami tugas suaminya sebagai rasul dan resiko yang akan dihadapinya di Mesir, namun dirinya tidak takut atas semua resiko sehingga kemudian mengikuti suaminya dan juga membawa anaknya pergi ke Mesir. Nabi Musa kemudian menaikkan istri dan anaknya ke atas keledai dan memulai perjalanan ke Mesir.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-31) Kitab keluaran 4: 13 –17, menjelaskan tentang permohonan Musa tentang Harun yang dikabulkan Allah, dan ayat tersebut juga menerangkan bahwa Harun telah berangkat menjumpai Musa. Kitab Keluaran 4: 27 –28, Allah memerintahkan Harun pergi ke padang gurun untuk menjumpai Musa, dan ketika bertemu, Musa menceritakan semua tentang pertemuannya dengan Allah di lembah Horeb, serta ditunjukkan mukjizatnya sebagai bukti bukti, serta dikabulkannya permohonannya agar ditemani oleh saudaranya yaitu Harun untuk menghadapi Fir’aun dan kaumnya, kemudian mereka bersama-sama kembali ke Mesir. Bila membaca ayat-ayat Al-Quran yang menginformasikan mengenai dialog di lembah Thuwa tersebut di atas, nampaknya Musa adalah Nabi yang mendengarkan langsung suara Allah. Sebelumnya, Nabi Ibrahim juga mengalami hal yang sama seperti yang diceritakan dalam ayat-ayat yang menjelaskan perintah Allah kepada Ibrahim untuk menghidupkan burung yang mati dicincang kemudian cincangan dagingnya ditaruh di empat tempat yang berbeda lalu burung tersebut dipanggil Ibrahim kemudian burung tersebut hidup kembali dan menghampirinya.
6. Musa dan Harun bertandang ke istana Fir’aun di Mesir. Ketika Musa masih di Madyan, Rameses II telah lebih dahulu meninggal, dan kedudukannya digantikan oleh anaknya, yaitu Meremptah atau Merneptah. Meremptah adalah anak laki-laki yang ketiga belas, sedang dua belas anak laki-laki kakak Meremptah telah meninggal terlebih dahulu. Rameses II adalah Fir’aun Mesir yang terpanjang masa berkuasanya. Sejak umur sekitar 15 tahun sudah beristri dan ikut perang di banyak wilayah jajahan. Istrinya banyak dan anaknya lebih dari seratus. Sedang Merepmtah adalah anaknya yang paling kuat fisiknya dan tidak pernah sakit. Musa dibesarkan di istana Fir’aun bersama-sama dengan Meremptah sehingga mereka sudah saling mengenal. Ketika Meremptah menjadi raja Fir’aun, nasib Bani Israel tidak mengalami perubahan sama sekali, masih dalam keadaan ditindas, diperbudak dan dikerahkan untuk kerja paksa.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-30) Kitab Keluaran 4: 29-31 menjelaskan bahwa sampai di Mesir, Musa dan Harun langsung menuju wilayah penduduk Bani Israel (sangat mungkin di Goshen atau Avaris). Harun kemudian mengumpulkan para tetua suku-suku Israel mengabarkan kedatangan Musa yang saat itu telah diangkat sebagai Rasul Allah dengan membawa bukti-bukti kerasulannya dan kemudian dipertemukan dengan Musa. Harun menyampaikan firman Allah yang menugaskan Musa dengan dibantu oleh dirinya membebaskan penderitaan Bani Israel. Setelah melihat mukjizat Musa, maka Bani Israel berlutut dan bersyukur merasa mempunyai harapan untuk keluar dari penderitaan dan merasa doanya kepada Allah dikabulkan. Allah telah mengutus seorang rasul bagi Bani Israel dari keluarga Bani Israel untuk menyelamatkan kaumnya. Setelah para tetua Bani Israel dapat diyakinkannya, maka Musa dan Harun kemudian mengambil beberapa rumah untuk tempat tinggal dan tempat ibadah untuk melaksanakan shalat dan menyampaikan kabar menggembirakan bagi Bani Israel (QS. Yunus: 84-87). Rumah dan tempat ibadah tersebut menjadi tempat untuk menyampaikan wahyu dan mukjizat yang diterima Nabi Musa dan tempat bagi mereka memberikan petunjuk pada Bani Israel menghadapi Fir’aun serta tempat untuk menunjukkan adanya perintah Allah bagi Nabi Musa dan Nabi Harun untuk membebaskan penderitaan Bani Israel dari penindasan.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-29) Rumah ibadah itu juga digunakan Nabi Musa dan Harun untuk berdoa agar para penindas Bani Israel dibinasakan dan dimusnahkan harta bendanya (QS. Yunus: 88), yang doa tersebut langsung dijawab oleh Allah melalui wahyunya bahwa permohonannya dikabulkan. Oleh karena itu Nabi Musa dan Nabi Harun harus tetap di jalan yang lurus (QS. Yunus: 89). Kitab keluaran 5: 1 –12, menerangkan bahwa Musa dan Harun menemui Fir’aun (saat itu kerajaan Mesir telah dipegang Meremptah anak Rameses II), dan meminta kepada Meremptah agar Bani Israel diperbolehkan mengikutinya kepadang gurun untuk mengadakan perayaan dan ibadah kepada Allah. Permintaan itu ditolak oleh Meremptah dan kemudian Nabi Musa dan Harun pergi. Akibat dari permintaan itu, Meremptah justru semakin keras penindasannya kepada Bani Israel. Meremptah tidak ingin Musa dan Harun berkembang dan tumbuh jadi pemimpin Bani Israel. Bani Israel diadu domba dan sebagian Bani Israel kemudian memprotes Nabi Musa karena mereka harus melakukan kerja paksa labih keras dari yang sebelumnya. Nabi Musa kemudian mohon petunjuk kepada Allah, bagaimana menghadapi situasi yang justru membuat Bani Israel semakin tertindas dan terpecah belah.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-28) Allah kemudian memerintahkan Nabi Musa dan Harun menemui Fir’aun lagi untuk menunjukkan bahwa Allah telah menunjuk dirinya menjadi Rasul dengan menunjukkan bukti bukti nyata kepada Fir’aun serta menyampaikan kepada Fir’aun bahwa Allah telah memerintahkan dirinya untuk membawa Bani Israel pergi keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Harun kemudian bersiap diri untuk menghadapi situasi yang lebih keras lagi, setelah itu berangkat menemui Merenptah di istana Fir’aun. Meremptah didampingi oleh para pembesar istana. Dalam pertemuan tersebut Nabi Musa meminta agar Bani Israel dilepaskan dan jangan disiksa lagi. Namun Meremptah menghindar dari permintaan Nabi Musa dengan mengungkit masa lalunya yang pernah membunuh orang Mesir, dan Musa diasuh dan dibesar bersamanya sehingga Meremptah menganggap Musa sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih. Nabi Musa mengakui kekhilafannya itu dan karena ketakutan akan dibunuh oleh Rameses II dan Meremptah kemudian lari ke Madyan, namun justru di Madyan Allah mengangangkatnya jadi rasul untuk membebaskan Bani Israel.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group