
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)
7. Peristiwa yang memalukan Nabi Ya’qub. Lalu Hemor pergi kepada sukunya dan menjelaskan pertemuan damainya dengan keluarga Nabi Ya’qub dan menyampaikan persyaratan harus bersunat. Suku Hemor menyetujuinya kemudian mereka ramai-ramai bersunat. Tetapi ketika mereka sedang dalam keadaan kesakitan karena sunat, Simeon dan Lewi dengan membawa pedang, mengambil Dina dan membunuh Hemor dan anaknya, juga orang-orang yang menghalanginya serta mengambil ternak-ternaknya dan kemudian membawanya pulang. Mendengar peristiwa tersebut Nabi Ya’qub marah kepada Simeon dan Lewi karena telah mempermalukannya di hadapan penduduk negeri itu, namun Simeon dan Lewi bersikeras dengan perbuatannya karena adiknya telah diperkosa.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-18) Dengan perististiwa itu, Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan seluruh keluarga dan rombongannya meninggalkan tempat tersebut agar tidak terjadi perselihan yang berlarut-larut dengan penduduk negeri itu. Saat itu muncul perintah Allah agar Nabi Ya’qub pergi ke Betel untuk mendirikan
mezbah di sana. Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan kepada semua yang ikut dengannya agar meninggalkan dewa-dewanya dan mengganti pakaiannya karena dirinya akan mendirikan
mezbah di Betel. Di rumah EL, semua harus menjadi orang beriman kepada Risalah Tauhid. Oleh karena itu, semua yang ikut dalam rombongan Nabi Ya’qub harus telah beriman tauhid. Yang tidak beriman tauhid boleh tidak ikut dalam rombongan. Dengan demikian ketika berangkat ke Betel, semua yang ikut dengannya telah beriman tauhid.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-17) 8. Kembali ke Betel, Kelahiran Benyamin dan kematian Nabi Ishaq. Kitab Kejadian mengisahkan, ketika Nabi Ya’qub dan rombongannya sampai di tugu yang pernah didirikannya dulu, kemudian didirikanlah
mezbah untuk dijadikan pusat penyembahan kepada Allah. Menjadi titik pusat perputaran dalam
thawaf seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Agar
mezbah tidak disembah, kemudian dijadikan tempat penyembelihan kurban dan membakar daging hewan kurban. Tiba tiba datang fimran Allah yang meneguhkan namanya menjadi Israel dan memberi tahukan bahwa keturunannya akan menjadi sangat banyak dan akan menjadi suku-suku yang besar dan bahkan menjadi bangsa dan akan muncul raja-raja dari keturunannya. Wilayah yang dulu diberikan kepada Nabi Ibrahim akan diberikan kepadanya dan keturunannya. Setelah mendapatkan firman itu, Nabi Ya’qub kemudian menuangkan minyak pada tugu tersebut dan kembali meneguhkan tempat itu dengan nama Betel.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-16) Setelah istirahat beberapa lama di Betel, Nabi Ya’qub kemudian melanjutkan perjalanan ke Mamre-Hebron. Saat itu Rahel sedang hamil. Ketika masih di jalan ke arah Efrata, rombongan tersebut berhenti karena Rahel akan melahirkan. Rahel sangat kesulitan melahirkan sehingga menghabiskan tenaganya. Ketika lahir anak laki-laki, Rahel menamakan anaknya dengan Ben Oni, tetapi Nabi Ya’qub menamakannya BenYamin. Namun tidak lama kemudian Rahel meninggal, dan jenazahnya dikuburkan di sisi jalan ke Efrata. Nabi Ya’qub mendirikan penanda dengan tugu di atas kuburnya. Akhirnya Nabi Ya’qub sampailah di Mamre-Hebron. Saat itu Nabi Ishaq sudah sangat tua. Pada masa Yusuf sudah di Mesir, sedang di Hebron, suatu saat Esau dan rombongan keluarganya pulang ke Hebron menengok ayahnya, bertemu dengan Nabi Ya’qub yang saat itu sedang prihatin karena belum menemukan Yusuf. Tidak lama setelah semua keluarga Esau dan Nabi Ya’qub berkumpul, Nabi Ishaq kemudian meninggal dalam usia panjang sekitar 180 tahun. Esau, Ya’qub dan keluarganya menguburkan Nabi Ishaq di gua Makhpela berada di dekat kubur Nabi Ibrahim, Sarah, dan Ribka.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-15) [caption id="attachment_75444" align="alignnone" width="720"]

Edomites, rumah gua suku edom di Seir. Suku Edom bercampur dengan sisa kaum Tsamud yang lebih dahulu berada di Seir dan kemudian menjadi semakin besar lagi setelah bercampur dengan suku Amon, Moab, Nabathean dan Kedar. Sekarang wilayah rumah gua batu di Petra, Yordania. (INSERT: Agus Mualif Rohadi di lokasi wisata Petra, Yordania)[/caption]
9. Bangsa Edom keturunan Esau. Esau mempunyai tiga istri: perempuan Kana’an dari suku Het yaitu Ada binti Elon, perempuan dari suku Hewi yaitu Oholibama binti Ana binti Zibeon, serta Basmat binti (Nabi) Ismael. Dari Ada lahirlah Elifas, dari Basmat lahir Rehuel dan dari Oholibama lahir Yeush, Yaelam, dan Korah. Karena ternak Esau semakin lama semakin banyak dan tempat yang tersedia tidak lagi mencukupinya, sedang dirinya bukan pemegang hak kesulungan dari Nabi Ishaq, maka kemudian Esau membawa istri dan seluruh keluarganya mencari tempat tinggal lain. Akhirnya menetap di pegunungan Seir, sehingga wilayah itu kemudian dikenal dengan wilayah Esau yang lambat laun lebih dikenal dengan Edom dan ketika keturunannya menjadi semakin banyak kemudian dikenal dengan nama suku atau bangsa Edom. Di pegunungan Seir atau Al-Hijr yang memanjang hingga ke wilayah Hejaz, tepatnya di Wadi Al-Qura sebelumnya pernah bermukim kaum Nabi Shalih yaitu kaum tsamud, yang membuat rumah-rumahnya dengan memahat bukit batu dimana tempat pemukimannya juga dikenal dengan nama Madain Shalih. Dengan karakteristik lingkungan alam yang sama, suku Edom membuat permukiman seperti di Madain Saleh.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-14) Sangat mungkin tidak jauh dari pemukiman suku Edom terdapat pemukiman dari kaumnya Nabi Shalih. Jadi sangat mungkin bangsa Edom menempati bekas pemukiman kaum Nabi Shalih dan kemudian memperluasnya sesuai kebutuhan mereka. Di tanah perbukitan yang selamat dari adzab dan berpindah pemukiman di wilayah tersebut. Mereka akhirnya berbaur dengan keturunan Edom, membangun pemukiman baru di wilayah tersebut. Oleh karena itu, Esau dalam waktu singkat dapat menjadi kepala wilayah dengan jumlah penduduk yang besar. Sehingga ketika Esau mendatangi Nabi Ya’qub diikuti oleh sekitar 400 orang pengikutnya. Beberapa ratus tahun kemudian suku Edom lambat laun bercampur dengan suku-suku keturunan anak Nabi Luth, yaitu suku Moab dan suku Amon, mendiami wilayah yang lebih luas lagi.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-13) [caption id="attachment_75446" align="alignnone" width="711"]

Makam Rahel di Bethlehem Municipality, dibangun pada masa kekhalifahan Utsmani.[/caption] Bahkan sekitar seribu tahun kemudian percampuran suku Edom dengan suku Moab ini lambat laun bercampur dengan suku Arab, yaitu suku Nabathean keturunan Nabit atau Nabaioth anak pertama Nabi Ismael dan suku Kedar (Qaidar, anak kedua Nabi Isamil) yang sekarang menjadi wilayah negara bangsa Yordania. Tempat tinggal suku Edom dan pencampurannya ini sekarang dikenal sebagai Petra. Memperhatikan kisah Nabi Ya’qub hingga bermukim kembali di Hebron, di wilayah Kana’an kuno belum terbentuk kerajaan yang menyatukan seluruh wilayah. Di wilayah pemukiman dalam lintasan perjalan rasul baru terbentuk pemukiman pemukiman kesukuan-kesukuan kecil dengan dipimpin kepala kepala suku. Sedang di Mesopotamia, saat itu telah berkuasa Kerajaan Isin dinasti raja-raja Amori di kota Larsa yang letaknya di dekat kota Uruk. Saat itu, Babilon masih merupakan desa atau pemukiman kecil di tepi sungai Eufrat. Kerajaan yang terbesar saat itu adalah kerajaan Mesir periode Kerajaan Tengah pertama, dinasti kedua belas raja kedua yaitu Senusret I yang memerintah tahun 1971 SM-1926 SM.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12) Ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq masih hidup, pasti memberikan pengajaran tentang wahyu yang telah kedua Nabi terima tersebut kepada Esau dan Nabi Ya’qub, meskipun secara lisan karena saat itu ilmu baca tulis belum dikuasai. Tidak diketahui secara pasti apakah semua wahyu yang diterima oleh Nabi Ibrahim dalam bahasa Akaddia ataukah juga ada yang berbahasa kana’an kuno. Di Mesir, Nabi Ibrahim selama lima tahun juga berdakwah kepada para pengungsi yang bukan hanya dari suku-suku Kana’an kuno tetapi juga suku-suku lainnya. Sedang Al-Quran menjelaskan bahwa semua nabi dan rasul mendapatkan wahyu dalam bahasa kaumnya. Ketika di Uruk, bangsa Akkadia telah mengenal tulisan meskipun masih sangat terbatas dan yang menguasai tulisan hanya beberapa orang di lingkungan istana kerajaan. Tulisan belum menjadi kebutuhan umum. Dalam masalah bahasa, sampai saat ini belum bisa ditelusuri dalam bahasan apa wahyu yang diterima Nabi Ibrahim selama di Uruk, kemudian di wilayah Kana’an, Mesir dan di Bakkah. Demikian pula belum diketahui dalam bahasa apa wahyu yang diterima Nabi Ishaq dan Nabi Ismail.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group