
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)
A. Nabi Ya’qub dan Esau 1. Kelahiran Ya’qub dan Esau. Sebagai anugerah kepada Nabi Ibrahim, Allah mengutus malaikat-malaikat untuk menemui Nabi Ibrahim, sebagaimana yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang termuat pada QS. Hud ayat 69-73:
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan “Selamat”. Ibrahim menjawab, “Selamatlah”, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka (malaikat-malaikat) tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth”. Dan istrinya (Sarah) berdiri di sampingnya, lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya’qub. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-15)Istrinya berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku dalam keadaan yang sudah tua pula. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh”. Para malaikat itu berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai Ahlul Bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”. Nabi Ibrahim bukan sekadar diberikan anak dan cucu, tetapi juga anak dan cucu yang diangkat menjadi rasul yang dijelasakan dalam QS. Maryam ayat 49 dan QS. Al-Anbiya ayat 72-73 sebagai berikut: QS. Maryam ayat 49 menyatakan:
“Maka Ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq danYa’qub. Dan masing masing kami angkat sebagai Nabi”. QS. Al-Anbiya ayat 72-73 menyatakan:
“Dan kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub sebagai suatu anugerah (dari Kami), dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang shalih. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah”.BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-14) Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim bukan hanya dianugerahi anak dan cucu, namun juga menjadi nabi yang akan meneruskan tugas dakwah tauhid berdasarkan perintah Allah. Nabi Ibrahim juga dianugerahi bahwa nanti dari anak turunannya itu akan muncul nabi-nabi yang akan menerima perintah atau wahyu Allah untuk menjalankan tugas nubuwahnya hingga risalah tauhid menjadi sempurna. Nabi dan Rasul dari keturunannya tersebut yang akan meneruskan dakwah Nabi Ibrahim sehingga membuat nama Nabi Ibrahim dan rasul dan nabi keturunannya menjadi buah tutur yang baik bagi seluruh manusia (QS. Maryam ayat 49-50). Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa pada suatu saat, di perkemahannya, Nabi Ibrahim kedatangan dua orang tamu yang tidak dikenal. Sudah menjadi adat di daerah tersebut, jika ada tamu yang tidak dikenal akan diberikan suguhan. Jika suguhan dimakan dengan lahap, berarti tamu yang tidak dikenal mempunyai maksud tidak berbahaya. Saat itu Nabi Ibrahim menyuguhkan hidangan yang tebaik, namun sang tamu tidak menyentuhnya sama sekali. Tentu Nabi Ibrahim berpikir bahwa tamunya mempunyai maksud tidak baik. Nabi Ibrahim merasa lega ketika tamunya adalah malaikat utusan Allah. Namun Nabi Ibrahim juga menjadi cemas ketika malaikat tersebut memberitahukan bahwa diberi tugas untuk menghukumkaum Nabi Luth.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-13) [caption id="attachment_75305" align="alignleft" width="400"]

Wilayah Mamre-Hebron dalam peta.[/caption] Pada saat yang sama, Nabi Ibrahim dan Sarah juga gembira ketika malaikat menginformasikan akan kelahiran Ishaq yang kemudian disusul dengan kelahiran Ya’qub. Meskipun pada awalnya Sarah menunjukkan keraguannya, karena dirinya maupun Ibrahim sudah tua, namun setelah dijelaskan oleh malaikat bahwa itu sudah ketetapan Allah, maka keraguan Sarah tersebut menjadi hilang. Setelah memberikan kabar, malaikat kemudian pamit pergi ke Sodom dan Gomora. Kitab Kejadian menginformasikan, tidak lama setelah peristiwa adzab pada kaum Sodom, Sarah segera hamil dan ketika Ishaq lahir. Umur Sarah sekitar 89 tahun atau 90 tahun, sedang umur Nabi Ibrahim telah menginjak 99 tahun atau 100 tahun. Ketika Nabi Ishaq berumur 40 tahun, Nabi Ibrahim menjodohkannya dengan cucu saudaranya yaitu Ribka. Setelah 20 tahun menikah, akhirnya Ribka hamil dan melahirkan anak kembar, yaitu Esau (Ish) dan Ya’qub yang lahir di Mamre, Hebron. Esau muncul lebih dahulu jatuh sebagai saudara tua disusul Ya’qub yang keluar dengan memegang tumitnya Esau.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12) Saat itu Nabi Ishaq berumur sekitar 60 tahun sedang Nabi Ibrahim berumur sekitar 160 tahun. Dengan demikian Esau dan Ya’qub lahir sekitar tahun 2005 SM. Nabi Ibrahim masih melihat cucunya yaitu Ya’qub dan Esau hingga keduanya menginjak remaja, yang membuktikan kebenaran informasi dari malaikat yang mengabarkan lahirnya Ishaq yang kemudian disusul Ya’qub. Al-Quran tidak menjelskan tentang Esau (Ish), namun Taurat pada Kitab Kejadian, banyak menjelaskan kehidupan Esau dan Ya’qub. Sedang Al-Quran menginformasikan tentang Ya’qub sejak sebelum Sarah mengandung dalam rahimnya. Dengan demikian Allah telah menetapkan Ya’qub sebagai penerus dakwah tauhid Nabi Ibrahim, bahkan sebelum Ishaq lahir. Dari cerita di Kitab kejadian, Esau meskipun menjadi anak sulung, dimana adat saat itu Esau seharusnya mendapatkan hak kesulungan, namun takdir menentukan bahwa hak kesulungan akhirnya jatuh ke tangan Ya’qub. Hak kesulungan adalah mewarisi tongkat kekuasaan atau singgasana atau menjadi pemimpin keluarga. Suatu saat, Ribka menyampaikan keluhan kepada suaminya bahwa dirinya tidak suka dengan istri Esau yang berasal dasi suku Kana’an yaitu suku Het. Oleh karena itu, Ribka meminta kepada Nabi Ishaq agar memerintahkan kepada Ya’qub untuk memperistri dari keturunan keluarganya sendiri.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-11) Nabi Ishaq kemudian memerintahkan Ya’qub ke Padan Aram menemui kakeknya (ayah dari ibunya), yaitu Betuel untuk mendapatkan istri dari keturunan saudara ibunya, yaitu Laban. Ternyata Laban berada di Harran. Sedang Esau ketika mengetahui bahwa ibunya tidak menyukai istrinya yang dari suku Het dan bapaknya menyuruh Ya’qub datang kepada pamannya yaitu Laban, maka Esau kemudian pergi ke Bakkah. Esau menemui saudara bapaknya, yaitu Ismael untuk meminta putrinya dijadikan istrinya. Esau akhirnya memperistri putri Ismael, yaitu Basmat. Dari perkawinannya dengan orang Het dan Basmat ini, keturunan Esau kemudian membentuk bangsa, yaitu bangsa Edom yang menempati sebagian wilayah Negev bagian timur hingga sampai di sekitar daerah Hijaz di sebelah timur dan selatan Laut Mati. Esau pergi dari Hebron karena hak kesulungan sudah di tangan Ya’qub dan mencari tempat sendiri untuk membangun keluarganya yang akhirnya menjadi sebuah suku yang besar pula. Al-Quran tidak menginformasikan tentang Esau, namun Al-Quran mengkisahkan tentang Nabi keturunan Esau bin Ishaq atau Ish bin Ishaq, yaitu Nabi Ayyub dan Nabi Zulkifli.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-10) [caption id="attachment_75304" align="alignnone" width="720"]

Ilustrasi: Nabi Ya’qub ditunjukkan anak perempuan Laban, yaitu Rahel yang sedang menggembalakan domba-dombanya.[/caption]
2. Munculnya Kota Betel dan Perkawinan Ya’qub. Dikisahkan dalam Kitab Kejadian, Nabi Ishaq memerintahkan Ya’qub pergi ke Harran setelah memperoleh hak kesulungan dari Nabi Ishaq yang berakibat memunculkan masalah antara Esau dengan Ya’qub. Pada saat itu Nabi Ishaq sudah tua dan mata sudah buta, dan Esau maupun Ya’qub pada saat itu sudah melampaui usia dewasa dan Nabi Ishaq telah berumur lebih dari 100 tahun. Sampai di Lus, ketika tidur, Ya’qub bermimpi melihat banyak malaikat hilir-mudik ke wilayah ini. Ada tangga yang menghubungkan antara Lus dengan suatu tempat di langit. Kemudian mendengar suara Allah yang berkata kepadanya, bahwa Allah akan selalu menyertainya. Allah akan memberikan tempat dimana dia tidur menjadi miliknya dan milik keturunannya. Ketika bangun tidur kemudian Ya’qub membuat tugu yang dituanginya dengan minyak sebagai pertanda bahwa dia pernah di situ, tidur dan bermimpi melihat malaikat dan mendapatkan janji Allah. Tempat tersebut kemudian dinamakannya Betel (rumah EL atau bait Allah) dan berjanji akan mengambil sepersepuluh bagian rezekinya untuk dipersembahkan kepada Allah.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-9) Sangat mungkin peristiwa ini merupakan awal dari tugas kenabian Nabi Ya’qub. Lambat laun nama Betel kemudian menggantikan nama Lus hingga kini dan telah menjadi kota penting di wilayah Palestina. Setelah itu, Nabi Ya’qub meneruskan perjalanannya ke Harran. Ketika sampai di wilayah tersebut, Nabi Ya’qub menghampiri sumur yang menjadi tempat berkumpulnya para penggembala untuk memberikan minum domba-dombanya. Dengan bertanya pada para penggembala, maka Nabi Ya’qub memperoleh informasi tentang keberadaan Laban dan keluarganya. Ketika ada penggembala wanita datang, Nabi Ya’qub diberitahu oleh penggembala bahwa yang datang tersebut adalah Rahel, putri Laban. Ketika Rahel mendekati sumur, bergegas Nabi Ya’qub membantu memberikan minum domba-domba milik Laban yang dibawa Rahel. Setelah itu Nabi Ya’qub memperkenalkan dirinya bahwa dirinya adalah putra Ribka, adik Laban. Rahel langsung bergegas pulang untuk memberi kabar kepada ayahnya tentang kedatangan Nabi Ya’qub. Nabi Ya’qub digambarkan langsung tertarik dan terpesona dengan kecantikan dan kelembutan Rahel. Nama Rahel itu sendiri mempunyai arti domba betina. Di rumah, Laban setelah mendengar cerita Rahel, kemudian bergegas mendatangi dan menjemput Nabi Ya’qub untuk dijamu dan diajak menginap di rumahnya.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-8) Ketika di rumah sambil beristirahat sambil berbincang-bincang, Nabi Ya’qub kemudian mengutarakan maksud kedatangannya ke Harran atas perintah bapak dan ibunya untuk mendapatkan jodoh dari saudari ibunya. Laban dengan senang hati menerima maksud tersebut. Nabi Ya’qub kemudian memohon untuk diperkenankan menikahi Rahel yang ditemuinya di sumur ketika akan memberi minum domba-dombanya. Karena kedatangan Nabi Ya’qub tidak membawa apapun untuk dijadikan mahar, maka untuk mendapatkan Rahel, disepakati Nabi Ya’qub akan bekerja untuk Laban selama 7 tahun. Ketika pada hari perkawinan, ternyata Laban dengan keputusannya sendiri berdasarkan tradisi di tempat tersebut, ternyata menikahkan anak perempuan pertamanya dengan Nabi Ya’qub, yaitu Liya atau Lea. Nabi Ya’qub tetap memohon agar dirinya dapat menikahi Rahel, sedang Rahel juga bersedia untuk dinikahi Nabi Ya’qub. Melalui suatu proses yang unik, kemudian disepakati Nabi Ya’qub bekerja pada pamannya tersebut selama 14 tahun untuk dapat mengawini 2 putri pamannya, yaitu Lea dan Rahel.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group