Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-129)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

346
Lukisan Yesus sedang berkhutbah yang selalu menimbulkan kerumunan besar.

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

12. Pembunuhan Nabi Yahya.

Herodea Antipas suatu saat meminta pendapat Nabi Yahya apakah dirinya, menurut hukum Taurat, diperbolehkan untuk mengawini kemenakannya yaitu Herodias yang saat itu masih menjadi istri saudaranya yaitu Herodes Boethus.

Injil Markus 6 : 17 menyebut Herodias adalah istri Filipus saudara Antipas yang menjadi penguasa di wilayah Transjordan bagian utara. Terdapat perbedaan antara Injil Markus dengan catatan sejarah dimana Herodias adalah istri Herodes Boethus. Nabi Yahya menasihatinya bahwa keinginannya itu diharamkan oleh agama kaum Yahudi.

Antipas yang sebenarnya menghormati Nabi Yahya dan tidak berani menentangnya, namun Antipas memenjarakannya. Herodias sangat marah dengan penentangan Nabi Yahya atas keinginannya untuk mengawini Herodes Antipas.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-128)

Suatu saat, Herodias mengunjungi Nabi Yahya di penjara berusaha melunakkan hati Nabi Yahya, namun usahanya tidak berhasil. Herodias bahkan berusaha menggodanya, namun usahanya tersebut juga tidak berhasil. Ketidak berhasilan usahanya justru membuat hatinya menjadi semakin sakit dan mendendam Nabi Yahya.

Ketika Antipas membuat pesta di istananya, hal itu dimanfaatkan Herodias untuk memperdaya Antipas. Putrinya yaitu Salome diperintahnya menari dihadapan Antipas hingga semua pakiannya terlepas semua. Perbuatan itu menyenangkan hati Antipas yang kemudian memanggilnya.

Antipas mau memberikan hadiah apapun yang diinginkannya. Putri Herodias kemudian menemui ibunya, meminta pendapat ibunya tentang hadiah apa yang perlu dimintanya. Herodias menyuruh putrinya agar meminta hadiah berupa kepala Nabi Yahya yang ditaruh dalam nampan. Permintaan itu kemudian disampaikan kepada Antipas yang terperanjat dengan permintaan tersebut. Namun dia tidak bisa mengingkari janjinya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-127)

Dengan raut sedih kemudian Antipas memerintahkan pengawalnya untuk memenggal kepala Nabi Yahya. Kepala Nabi Yahya kemudian diserahkan kepada Salome yang setelah itu diserahkan kepada Herodias dan Antipas. Setelah itu tubuh dan kepala Nabi Yahya kemudian diambil para pengikutnya.

Kisah kematian Nabi Yahya hanya diinformasikan oleh Injli Markus 6 : 21 – 28 dan Injil Lukas 9 : 9. Injil Barnabas, Matius dan Johanes tidak mengisahkannya. Dengan demikian, hal itu menunjukkan bahwa pada saat pembunuhan terhadap Nabi Yahya, Yesus tidak berada di kota di mana Antipas memenjarakannya.

Peristiwa pembunuhan Nabi Yahya sangat mungkin mendapatkan reaksi yang keras dari Nabi Zakariya, sehingga kemudian menyampaikan sumpah kutukannya. Namun kutukan Nabi Zakariya itu akhirnya didengar oleh Antipas dan akhirnya Nabi Zakariya dibunuh pula.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-126)

Kematian Nabi Zakariya diinformasikan dalam Injil Lukas 11 : 51 dan Injil Barnabas 189 perkataan Nabi ‘Iysaa yang mengatakan tempat pembunuhannya di antara mezbah dan baitullah Haekal Sulaiman. Dengan demikian, Nabi Zakariya dibunuh ketika berada di sekitar baitullah.

QS. Ali Imran: 112 menginformasikan perbuatan Bani Israel yang zhalim, yaitu: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan selalu (diliputi) kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas”.

Al-Quran memang tidak mengisahkan secara spesifik tentang bagaimana kematian para Nabi dan rasul, namun sebagian dari kisah kematian rasul itu dapat dicari informasinya pada kitab terdahulu. Kematian Nabi Yahya tersejadi sekitar tahun 31 M atau 32 M.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-125)

13. Sebutan Bani Israel kepada Nabi ‘Iysaa.

Khotbah Nabi ‘Iysaa di setiap kota selalu menimbulkan kerumunan besar. Khotbah Nabi ‘Iysaa seperti halnya yang diucapkan Nabi Zakariya, sering mengkritik cara hidup imam-imam Haekal Sulaiman, terutama para imam Farisi yang akidahnya memang mendukung penguasa. Pengikut Nabi ‘Iysaa tidak hanya Bani Israel saja, namun juga banyak pengikut dari orang-orang Israel perantuan yang tidak diakui dalam kesukuan Israel.

Orang-orang asing dari Yunani maupun Roma maupun dari negeri lain juga banyak yang jadi pengikutnya. Kutbah Nabi ‘Iysaa menembus batas-batas tradisional yang tercipta dari tradisi Haikal Sulaiman yang menciptakan pemisahan antara ruang gholah dan ruang ghoyim yang tercipta dari hukum Uzair dan Nehemia yang telah berumur ratusan tahun. Para imam Haekal Sulaiman sangat kesal dengan perubahan besar pada Bani Israel karena khutbah Nabi Iysa.

QS. Az-Zukruf 63 – 65 menyebutkan: “Dan ketika ‘Iysaa datang membawa keterangan, dia berkata, “ Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah, dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah, dan taatlah kepadaku. Sungguh, Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus. Namun golongan golongan (yang ada) saling berselisih diantara mereka, maka celakalah orang orang yang zalim karena adzab pada hari yang pedih (kiamat)”.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here