Menggembala Papua di Forum Internasional

938

Upaya perawakilan RI di forum Internasional

Sementara itu kita kenal bahwa pengakuan dunia internasional terhadap Papua sebagai bagian dari Indonesia melalui resolusi PBB no. 2504 1969. Pengakuan ini menjadi status final dari Papua sebagai bagian dari Republik Indonesia.

Masalah kemudian harus diketahui bahwa sebuah resolusi tidak mustahil masih akan dianulir dengan resolusi yang lain. Apalagi jika resolusi itu didukung oleh negara-negara kuat dan besar lainnya.

Artinya keberhasilan Indonesia di tahun 1969 itu karena kebeehasilan pemerintah ketika itu. Ada alasan kuat untuk disampaikan ke dunia internasional bahwa Indonesia punya kredebilitas untuk menjadikan Papua sebagai bagian dari NKRI.

Kini dengan kebangkitan Papua Merdeka secara terang-terangan, tanpa takut dan sembunyi-sembunyi seperti masa lalu, maka tidak mungkin tuntutan referendum itu akan semakin menggeliat.

Apalagi di balik gerakan-gerakan pendukung Papua Merdeka itu ada negara-negara besar dan kuat. Termasuk Australia dan Belanda. Bahkan tidak mustahil juga negara-negara besar seperti Amerika dan Eropa yang jelas punya kepentingan besar di Papua. Khususnya di bidang ekonomi dan strategi mereka di Asia Pasifik.

Sementara itu yang juga disayangkan adalah suara Perwakilan RI di forum internasional, khususnya PBB New York semakin redup. Hampir tidak kita dengarkan apa Yang dilakukan dalam upaya mengkounter geliat Papua Merdeka itu.

Bahkan menghabiskan sedemikian banyak uang negara, termasuk menyewa penginapan khusus Watapri di Manhattan, untuk terpilih sebagai anggota tidak tetap DK-PBB (non permanent member UN-SC). Tapi keanggotaan itu juga tidak menunjukkan gigi sama sekali.

Dalam beberapa kesempatan Perwakilan RI di PBB New York hanya reaktif ke statemen-statemen negara-negara kecil bayaran, seperti Vanuatu dan Solomon Island. Mereka sibuk memberikan respon kepada mereka di forum PBB atau apa yang dikenal dengan “the right of reply” di forum PBB.

Beranikah perwakilan RI menantang kekuatan tersembunyi di balik dari geliat Papua Merdeka itu? Adakah inisiasi-inisiasi aktif untuk menggalang dukungan negara-negara lain, minimal negara-negara tetangga untuk menyuarakan posisi Indonesia?

Hingga kini, bahkan di tengah gejolak saat ini, tidak satu negara di ASEAN pun yang membantu Indonesia bersuara. Sebaliknya Indonesia bahkan bahkan masih tidak punya nyali untuk mengeritik Burma atas refresi mereka ke warga Rohingya.

Perlukah menjaga sensitifitas dengan sesama ASEAN ketika terjadi refresi ke warga seperti Yang dialami warga Rohingya? Di mana nilai keindonesiaan yang anti penjajahan dan pelanggaran HAM?

Terima kasih Mahathir Muhammad, perdana Mentari Malaysia, yang dengan tegas memberikan pernyataan keras ke Pemerintah Burma atas kezholiman mereka terhadap warga Rohingya.

Terima kasih Erdogan (PM Turki) dan Imran Khan (Pakistan) atas keberanian memberikan statemen keras kepada mereka Yang menzholimi umat di berbagai belahan dunia. Dari Kashmir, Burma, Xhingjian, ke Palestina. Saya angkat topi untuk Tuan-Tuan terhormat.

Bahkan yang terakhir tiga negara Muslim di atas, Turki, Malaysia dan Pakistan, bersatu akan membuat channel khusus untuk melawan Islamophobia di dunia Barat. Sebuah inisiatif Yang saya sendiri lama impikan dari negara Muslim terbesar dunia, Indonesia.

Kembali ke isu Papua. Akankah Indonesia mampu meredam geliat Papua Merdeka? Akankah kekerasan-kekerasan yang terjadi di Papua diredam? Akankah warga pendatang Papua mendapatkan perlindungan?

Tentu kita tunggu langkah-langkah pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri. Lebih khusus lagi Perwakilan Indonesia di forum internasional, khususnya PBB New York.

Masanya “move on” dari kebiasaan memperindah laporan ke pusat yang membosankan. Masanya memulai langkah-langkah aktif, bukan reaktif, dalam membangun dukungan itu.

Akhirnya saya sadar jika tulisan ini tidak disenangi oleh sebagian, khususnya mereka yang di New York. Bahkan ketidak senangan itu mulai tercium ketika beberapa hari lalu salah seorang pengurus masjid UN menyampaikan ke saya jika ada pihak yang berusaha memblok saya sebagai khatib di PBB New York.

Tapi sekali lagi: laa ubaali (I don’t care)!

New York, 30 September 2019

* Anggota Diaspora Indonesia di kota New York, US.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here