Malik Fadjar Meninggal, Gus Mus: Kita Kehilangan Putra Terbaik Bangsa

664

Jakarta, Muslim Obsession – Meninggalnya tokoh Muhammadiyah Malik Fadjar membawa duka yang mendalam bagi keluarga, krabat, dan segenap jajaran kader Muhammadiyah, tak terkecuali para tokoh, politisi dan sesepuh Nahdlatul Ulama (NU). Mereka semua juga merasa kehilangan.

Dalam akun instagram miliknya,
Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) turut menyampaikan bela sungkawa atas kepergian tokoh bangsa Malik Fadjar. Menurutnya, almarhum adalah salah satu putra terbaik yang dimiliki bangsa ini.

“Telah pulang ke rahmatuLlãh saudaraku yang baik, tokoh yang tulus ikhlas berbuat baik untuk sesama, Prof H. A. Malik Fadjar. Indonesia kehilangan salah satu putera terbaiknya,” ujar Gus Mus, seperti dikutip Muslim Obsession, Selasa (8/9/2020).

Gus Mus berdoa semoga Allah SWT memberikan kebahagian di akhirat. “Semoga Allah menerimanya dengan penuh kasih sayang dan menempatkannya di tempat yang mulia di sisiNya. Allahummaghfir lahu warhamhu wa’ãfihi wa’fu ‘anhu. Al-Fãtihah,” doa Gus Mus.

“Semoga keluarga yang ditinggalkan dianugerahi tambahan ketabahan dan kesabaran. ‘AzhzhamaLlãhu ajrahum wa ahsana ‘azã-ahum,” tambahnya.

Diketahui Abdul Malik Fadjar, meninggal dunia, pada Senin (7/9/2020). Ia meninggal pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 19.00 WIB.

“Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Abdul Malik Fadjar berpulang di usia 81 tahun,” dikutip dari keterangan pers UMM, Senin (7/9/2020).

Abdul Malik Fadjar pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Megawati Soekarnoputri.

Kemudian, ia sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004.

Di luar bidang pemerintahan, Abdul Malik aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).

Ia juga dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan.

Darah guru menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang.

Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang.

Jenazah almarhum rencana akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, pada siang ini. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here