Indonesia itu Bernyawa

741

Membayangkan Indonesia selesai dalam kacamata hitam-putih hanyalah penyederhanaan berpikir yang dapat menjadikan bangsa ini jumud. Demikian pula manakala terlalu larut dalam optimisme maupun pesimisme berlebih, sama tidak positif bagi perjalanan Indonesia ke depan.

Dinamika kehidupan kebangsaan tersebut akan terus berlangsung penuh warna dan kompleksitas yang luar biasa sebagai bagian dari lintasan sejarah yang harus dilaluinya ketika Indonesia memasuki babak baru, yaitu era globalidasi dan dunia posmodern abad ke-21. Indonesia bahkan harus bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju, termasuk di kawasan ASEAN, sehingga tidak cukup jika berhenti pada keindonesiaan yang verbal dan berpikir serbajangka pendek.

Maka jangan pernah terjebak pada dogmatisme maupun fanatisme sempit dalam berindonesia. Jangan pula serbaoposisi dan kontradiksi terhadap kondisi bangsa sendiri sehingga luruh rasa keindonesiaan. Sikap moderat dan rasional disertai komitmen tinggi yang dilandasi jiwa kebangsaan sebagaimana diletakkan fondasinya oleh para pendiri negara tahun 1945 menjadi sangat penting.

Persoalan-persoalan berat, seperti kesenjangan sosial dan pengurasan sumber daya alam dengan sekelompok kecil orang yang menguasai Indonesia, menjaga kedaulatan negeri, ketercerabutan sistem politik dan moralitas bangsa, serta masalah lainnya, menjadi agenda serius Indonesia saat ini.

Demikian halnya dengan liberalisasi politik, ekonomi, dan budaya di tengah hegemoni kekuatan parpol yang banyak menyandera Indonesia dan menjauhkan negeri ini dari jiwa keindonesiaan 1945.

Para elite dan warga bangsa penting merenungkan banyak makna dan hikmah mengenai perjalanan Indonesia sebagai negara-bangsa yang memiliki sejarah panjang dan dinamika suka-duka yang sarat pergumulan itu.

Bahwa menjadi Indonesia tidaklah sekali jadi. Indonesia itu milik bersama dan tidak boleh menjadi bancakan kerakusan kuasa sekelompok oligarki. Indonesia itu bukanlah raga fisik semata, tetapi juga bernyawa sebagaimana salah satu untaian lagu Indonesia Raya: “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya.”

Dalam dimensi spiritualitas keilahian, jika Indonesia ingin diberkahi Allah sebagaimana spirit yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, maka dengarlah pesan Langit (QS al-‘Araf: 96) ini: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here