Aisha Lulu, Gadis Kecil Palestina Hadapi Kanker Otak Seorang Diri

787

Hari terakhir

Kondisi Aisha memburuk setelah operasi pada 20 April. Dokter mengatakan kepada orangtuanya bahwa Aisha trauma dan tidak ingin berbicara atau makan. Mereka meminta keluarga mengirim kerabat untuk kenyamanan gadis itu.

Sekali lagi keluarga mencoba, kali ini melalui pemerintah Palestina di Ramallah. Mereka meminta agar bibi Aisha, Ghada, diizinkan untuk menemani keponakannya di rumah sakit.

Lagi-lagi itu tidak membuahkan hasil. Mereka bahkan tidak pernah mendapat balasan.

Sementara itu, di Yerusalem, dari Rumah Sakit Al-Makassed Aisha dirujuk menjalani operasi ke Rumah Sakit Augusta Victoria dengan harapan kemoterapi akan membantunya. Namun di sana, dokter memutuskan tidak memberikan kemoterapi padanya karena merasa itu adalah kasus tanpa harapan.

Ketika kondisinya memburuk, dokter menyerah. Dia dikirim pulang ke Gaza.

Aisha kemudian dirawat di Rumah Sakit Al-Rantisi pada 13 Mei. Dokter memberi tahu orangtuanya bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan.

Sang Ayah sulit mengenalinya. Berat badannya turun. Dia pucat dan sangat lemah.

Muna berkata, Aisha tidak menanggapi. Bukan hanya untuknya, tetapi tidak untuk siapa pun. Aisha pun wafat empat hari setelah kembali ke Gaza.

Suatu hari kemudian, militer Israel merilis pernyataan yang menyangkal bahwa mereka mencegah keluarga pergi untuk menemani Aisha. Sebaliknya, pihak berwenang Israel mengklaim, orangtua Aisha lebih memilih teman keluarga untuk menemani putrinya.

Pernyataan itu juga menuduh bahwa Aisha telah pulang ke Gaza dua pekan sebelum dia meninggal, bukan empat hari.

Namun, Rumah Sakit Al-Rantisi menyatakan bahwa Aisha diterima pada 13 Mei, seperti yang dikatakan keluarga.

 

Ditulis oleh: Amjad Ayman Yaghi, jurnalis Gaza – Sumber: Mina/ The Electronic Intifada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here