7 Risiko Sering Memarahi Anak, Bisa Trauma dan Ganggu Perkembangan Otak

589

Jakarta, Muslim Obsession – Sering kali orangtua memarahi anak karena tingkahnya yang dianggap menyebalkan. Namun demikian, sering memarahi anak ternyata memiliki risiko buruk bahkan fatal.

Apa saja risiko sering memarahi anak? Simak ulasannya berikut ini

1. Anak menjadi trauma

Psikolog Samanta Elsener menuturkan, orangtua boleh sesekali memarahi anak. Dengan catatan, tidak menggunakan cara-cara yang dapat melukai hati anak, seperti teriakan dan kekerasan. “Orangtua boleh memarahi anak sesekali dengan nada yang tidak melengking dan tidak menggunakan kekerasan,” terangnya

2. Tidak terbuka dengan orangtua

Imbas trauma dengan kemarahan tersebut, anak justru menjaga jarak dengan orangtua. Lambat laun, jarak tersebut mengurangi komunikasi antara anak dengan orangtua, sehingga anak cenderung tertutup.

“Anak kurang dekat dengan orangtua dan menjadi kurang bisa terbuka,” tutur Samanta. Ketika anak tertutup dengan orangtua, mereka enggan terbuka dengan pemasalahan yang sedang dihadapi.

3. Ganggu perkembangan otak

Melansir dari Healthline, kemarahan orangtua yang disertai dengan bentakan atau teriakan dapat mengganggu perkembangan otak. “Sebab, manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh dibandingkan informasi dan kejadian baik,” bunyi informasi dilansir dari Healthline.

Sebuah penelitian membandingkan pemindaian MRI otak dari orang-orang yang memiliki riwayat kekerasan verbal oleh orangtua di masa kanak-kanak, dibandingkan dengan kelompok yang tidak mempunyai pengalaman buruk tersebut. Hasilnya, ada perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berfungsi untuk memproses suara dan bahasa.

Tidak heran jika Samanta menuturkan bahwa risiko sering memarahi anak dapat menurunkan prestasi belajar mereka. “Risiko sering memarahi anak dapat membuat prestasi belajar anak menurun,” tutur Samanta.

4. Kurang percaya diri

Anak-anak yang kerap dimarahi orangtua mereka, utamanya menggunakan kekerasan, bentakan, atau teriakan, tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Selain itu mereka mudah merasa cemas.

5. Tidak pandai meregulasi emosi

Samanta menuturkan, anak yang kerap dimarahi oleh orangtuanya berisiko tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah. Sebab, anak merupakan peniru ulung, sehingga mereka mencontoh orangtua yang juga kerap marah. “Anak jadi mudah marah, kurang cakap dalam meregulasi emosi,” tuturnya.

Selain itu, dengan memarahi mereka, justru perilaku anak-anak berpotensi menjadi lebih buruk, alih-alih disiplin menuruti perintah orangtua. Melansir dari Healthline, memarahi anak yang disertai dengan teriakan justru dapat memperburuk perilaku anak.

6. Sakit fisik

Selain psikis, kemarahan orangtua yang disertai dengan kekerasan, seperti teriakan dan bentakan, juga berdampak pada fisik anak hingga dewasa nantinya, dilansir dari Healthline. Stres di masa kanak-kanak akibat orangtua yang melakukan kekerasan verbal dapat meningkatkan risiko anak mengalami masalah kesehatan tertentu saat dewasa.

Bahkan, sebuah studi menemukan hubungan positif antara pengalaman negatif masa kanak-kanak, termasuk kekerasan verbal, dengan kondisi sakit kronis di kemudian hari. Kondisi tersebut antara lain, radang sendi, sakit kepala parah, masalah punggung dan leher, dan nyeri kronis lainnya.

7. Depresi

Dampak paling buruk akibat sering memarahi anak, utamanya disertai dengan kekerasan adalah anak rentan mengalami depresi, dilansir dari Healthline.

Selain membuat anak merasa sakit hati, takut, atau sedih, kemarahan orangtua yang disertai dengan kekerasan verbal juga bisa menyebabkan masalah psikologis yang terbawa hingga dewasa. Dalam sebuah penelitian ditemukan hubungan positif antara kekerasan verbal orangtua terhadap anak dengan rasa depresi atau kecemasan pada anak-anak usia 13 tahun.

Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat memperburuk perilaku mereka, bahkan dapat berkembang menjadi tindakan yang lebih merugikan, seperti penggunaan narkoba atau aktivitas seksual yang berisiko.

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here