
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)
B. Nabi Yusuf di Mesir Ada banyak kesamaam informasi tentang kisah Nabi Yusuf yang bersumber dari Al-Quran dengan informasi dari Kitab Kejadian, namun terdapat sedikit sekali perbedaan. Kisah Nabi Yusuf diceritakan dalam suatu surat tersendiri yang sangat detil baik di Al-Quran maupun di Kitab Kejadian. Kisahnya disebut sebagai suatu kisah yang indah, bukan hanya tentang pribadi Nabi Yusuf dan riwayat cinta seseorang, namun juga tentang kemenangan ajaran tauhid di Mesir yang mengalahkan kaum musyrik dengan para dewa sesembahannya dan juga menampilkan keberhasilan Nabi Yusuf menangani krisis ekonomi akibat kemarau panjang selama 7 (tujuh) tahun. Dampaknya, bukan hanya mengatasi krisis di negeri Mesir, namun juga dapat membantu negeri tetangganya mengatasi krisis pangan.
1. Masa kecil Nabi Yusuf Al-Quran dalam Surah Yusuf dimulai dengan menyatakan sebagai ayat yang jelas, tidak ada keraguan sedikitpun, yang diturunkan dalam bahasa Arab yang diceritakan kepada Nabi Muhammad yang awalnya tidak mengetahui, dan merupakan kisah yang paling baik. QS. Yusuf ayat 4, mengawali kisah dengan menceritakan mimpi masa kecil Yusuf yang mimpinya kemudian diceritakan kepada bapaknya, yaitu Nabi Ya’qub: “Wahai ayahku, sungguh aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku”.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-19) Atas cerita tersebut, Nabi Ya’qub melarang Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Ketika Yusuf menceritakan mimpi tersebut, secara tidak sengaja salah satu istri Nabi Ya’qub mendengarnya yang kemudian menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-saudara Yusuf. Kemudian muncul rasa cemburu dan menganggap bapaknya lebih mencintai Yusuf dan Ben Yamin. Kemudian timbul niat jahat untuk mencelakakan Yusuf dengan cara menperdayai bapaknya. Mereka meminta kepada bapaknya agar mengijinkan Yusuf untuk ikut mereka menggembalakan ternak. Pada awalnya Nabi Ya’qub menolaknya, namun terus didesak dan mereka berjanji akan selalu menjaga Yusuf. Pada akhirnya Nabi Ya’qub mengijinkan Yusuf yang masih kecil diajak menggembala ternak. Kesempatan itu digunakan oleh saudara-saudaranya.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-18) Sebagian dari mereka ingin membunuh Yusuf, namun anak sulung yaitu Ruben mencegahnya kemudian mereka bersepakat untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur yang ada di tempat penggembalaan agar dapat ditemukan orang dan dibawa pergi dari rumah dan kampung mereka. Pada malam harinya anak-anak Israel ini pulang dengan menangis dan membawa baju Yusuf yang sengaja dilumuri darah binatang sebagai bukti bahwa Yusuf telah meninggal diterkam serigala. Namun Nabi Ya’qub tidak percaya atas cerita anak anaknya tersebut, dan menyerahkan keselamatan Yusuf kepada Allah. Namun demikian, Nabi Ya’qub sangat sedih atas peristiwa tersebut yang sejak itu lebih banyak mengurung diri di dalam rumah.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-17) [caption id="attachment_75469" align="alignnone" width="720"]

Lukisan Yusuf setelah dikeluarkan dari sumur kemudian dijual oleh saudara-saudaranya pada para pedagang Madyan.[/caption]
2. Yusuf kecil dibawa ke Mesir. Yusuf lahir sekitar tahun 1925 SM, dan saat peristiwa dimasukkan ke dalam sumur berumur sekitar 12 tahun. Di dalam sumur Yusuf, mendapatkan wahyu dari Allah (QS. Yusuf 15) yang menyatakan bahwa, “Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari”. Dengan demikian Allah telah menjamin bahwa Yusuf akan terselamatkan dan suatu saat akan mengatakan kembali peristiwa ini kepada saudara-saudaranya. Hari telah berganti, tidak ada penjelasan bagaimana Yusuf dapat bertahan dalam sumur yang mungkin airnya sedang tidak banyak dan terdapat rongga yang cukup besar yang dapat dijadikan tempat untuk duduk dan rebahan menanti pertolongan. Hingga akhirnya datanglah rombongan kafilah dagang dari Madyan yang beristirahat di dekat sumur tersebut untuk mengambil air. Timba dijatuhkan untuk mengambil air, ketika diangkat menjadi terasasangat berat dan ketika dilihatnya ke dalam sumur talinya menjadi tempat bergelantung seorang anak.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-16) Ditariknya anak tersebut keatas, dan ketika sampai dan menginjak bibir sumur ternyata dilihat oleh kafilah tersebut Yusuf anak kecil yang sangat tampan. Si pengambil air berteriak gembira ketika didapatkannya seorang anak muda. Kemudian saudara-saudara Yusuf berlarian mendatangi kafilah tersebut mengakui bahwa Yusuf adalah budaknya, dan mereka berniat menjual Yusuf kepada kafilah tersebut dengan harga murah. Rombongan kafilah tersebut ternyata menuju kerajaan terbesar dunia dengan peradaban tertinggi saat itu, yaitu kerajaan Mesir. Saat itu, ibu kota Mesir adalah kota Memphis. Peristiwa ini terjadi sekitar antara tahun 1915 SM-1910 SM. Diperkirakan terjadi pada masa Mesir dipimpin oleh raja Amenemhet II yang memerintah pada tahun 1926 SM-1895 SM. Kehidupan religius di Mesir saat itu adalah menyembah para Dewa Amun dengan dewa tertingginya adalah Dewa Matahari, yaitu Amun Ra.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-15) [caption id="attachment_75470" align="alignnone" width="720"]

Lukisan Yusuf dijual di pasar budak di kota Mempis, dibeli Putifar, bendahara kerajaan Mesir.[/caption] Rombongan kafilah tersebut kemudian menjual Yusuf di pasar budak. Yusuf dibeli dengan harga yang bagus, yaitu beberapa dirham oleh pejabat keuangan atau bendahara istana Mesir. Dalam kitab kejadian disebut bernama Putifar sedang dalam Al-Quran disebut gelarnya yaitu Al-Azis, yang kemudian membawa Yusuf ke rumahnya yang sangat luas dan mempunyai banyak budak dengan berbagai macam pekerjaan. Yusuf kemudian ditunjukkan kepada istrinya yang juga tertarik dengan kerupawanannya. Kemudian oleh Putifar, Yusuf diserahkan kepada kepala rumah tangganya untuk dididik, dipekerjakan dan diberikan tempat yang baik di istananya. Baik Al-Quran maupun Kitab Kejadian tidak menyebut nama istri Putifar. Kaum muslim sangat mengenal nama istri Putifar adalah Zulaikha. Nama tersebut berasal dari buku tafsir tentang kisa Nabi Yusuf yang bersumber dari
tabi’it tabi’in yaitu Muhammad ibn Ishak, Wahab ibn Munabbih, Zaid ibn Aslam, dan Fudhail ibn Iyadh. Beberapa imam mengisahakan dari
tabi’it tabi’in tersebut, yaitu antara lain Imam As-Suyuthi, Imam Al-Qurtubi, Imam Ibnu Katsir, Imam Fakr Ad-Din Ar-Razi, Imam Az-Zamakshari, Imam Ath-Thabari.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-14) Selanjutnya dalam kisah ini menggunakan nama Zulaikha untuk menyebut istri Putifar. Pekerjaan apa saja yang dipegang oleh Yusuf selalu berhasil dengan baik. Yusuf juga mempunyai kebiasaan berdoa yang berbeda dengan orang-orang lain di sekitarnya. Yusuf sejak kecil menyembah tuhan yang berbeda dengan tuhan orang Mesir yang dikenal dengan nama Dewa Amun Ra. Meskipun menyembah tuhan yang berbeda, namun karena pekerjaannya yang selalu dapat diselesaikan dengan baik, maka tidak ada yang mempersoalkan tuhan yang disembah Yusuf. Apalagi ketika ada perselisihan di antara para budak, Yusuf dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan rasa keadilan yang tinggi. Setelah beberapa tahun, ternyata Yusuf telah berubah menjadi pemuda tampan yang santun, pandai, bijak dan cekatan. Akhirnya Yusuf menjadi semakin menarik perhatian Zulaikha, sehingga selalu mencari kesempatan untuk dapat menemui dan berkomunikasi dengan Yusuf. Di Mamre Hebron, Nabi Ya’qub semakin tua dan lebih banyak mengurung diri di kamarnya. Selalu diingatnya Yusuf dan setiap ada pembicaraan dengan anak-anaknya selalu disebutnya Yusuf, sehingga anak-anaknya lebih sering tidak mendekati. Sedang-saudara saudara Yusuf sudah ada yang mempunyai istri dan anak.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group