
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)
A. Ya’qub dan Esau.3. Anak-anak Nabi Ya’qub. Kitab kejadian menguraikan tentang kelahiran anak-anak Nabi Ya’qub dengan sangat unik. Secara berturut-turut dari anak pertama sampai keempat lahir dari Lea. Yang pertama laki-laki dinamakan Ruben, yang mempunyai arti sengsara yang menunjukkan kesulitan dan perasaan Lea pada awal kehidupan rumah tangga. Anak yang kedua laki-laki dinamakan Simeon yang mempunyai arti cinta. Anak yang ketiga laki-laki dinamakan Lewi yang mempunyai arti erat, dan anak yang keempat bernama Yahuda yang mempunyai arti syukur. Kitab Kejadian mengkisahkan bahwa pemberian nama itu mempunyai kisahnya masing-masing dengan keunikannya. Lea merasa Nabi Ya’qub lebih mencintai Rahel dari pada dirinya, karena yang diminta Nabi Ya’qub kepada Laban untuk diperistri adalah Rahel. Hal itu membuat Lea selalu dalam keadaan sedih yang membuat kesehariannya terasa sulit sehingga memberi nama kepada anaknya, yaitu Ruben.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-16) Setelah kelahiran anak pertamanya tersebut, Lea merasa Nabi Ya’qub mulai mencintainya sehingga ketika lahir anak yang kedua diberikan nama Simeon. Setelah kelahiran anak kedua, Lea merasa Nabi Ya’qub lebih sayang lagi kepadanya sehingga ketika lahir anak ketiga diberikan nama Lewi. Dan kemudian ketika lahir anak keempat sebagai wujud syukur atas kasih sayang Nabi Ya’qub kepada dirinya dan anak-anaknya, maka anak keempatnya diberikan nama Yahuda. Setelah kelahiran 4 anak dari Lea tersebut, muncul kecemburuan Rahel yang merasa dirinya mandul karena tidak segera mendapatkan anak. Kemudian Rahel memberikan budaknya, yaitu Bilha untuk dikawini Nabi Ya’qub. Anak yang lahir dari Bilha akan menjadi hak Rahel. Dari Bilha kemudian lahir dua anak yang secara berurut lahir anak laki-laki yang oleh Rahel diberi nama Dan yang mempunyai arti keadilan. Ketika kemudian lahir anak laki-laki lagi kemudian diberikan nama Naftali yang mempunyai arti menang. Pemberian nama itu karena Rahel merasa Allah telah mengabulkan permohonannya dan memberikan keadilan kepadanya. Kelahiran anak laki-laki yang kedua dari Bilha membuat Rahel yang merasa telah lama bergulat dalam persaingan tersembunyi dengan kakaknya merasakan kemenangan sehingga anak laki-laki kedua yang lahir dari Bilha diberikan nama Naftali.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-15) Setelah itu giliran Lea yang karena telah beberapa lama dirinya tidak melahirkan kemudian memberikan budaknya yaitu Zilpa untuk dikawini Nabi Ya’qub. Ternyata Zilpa kemudian melahirkan anak laki-laki yang itu membuat Lea merasa beruntung atau mujur sehingga anak tersebut diberikan nama Gad yang mempunyai arti beruntung. Dan ketika Zilpa melahirkan anak laki-laki lagi, Lea merasa orang lain akan melihat bahwa dirinya adalah orang yang berbahagia, sehingga kemudian anak tersebut dinamakan Asyer yang mempunyai arti bahagia. Ternyata kemudian Lea dapat melahirkan anak-anak lagi yang kemudian dinamakan Isakhar yang mempunyai arti upah. Lea merasa bahwa kelahiran anaknya yang kelima itu sebagai upah atas diberikannya Zilpa kepada Nabi Ya’qub. Dan kemudian ketika Lea melahirkan anak laki-laki lagi, maka itu melengkapi kebahagiannya, sehingga anaknya diberikan nama Zebulon yang mempunyai arti hadiah yang indah. Bahkan kemudian Lea melahrkan anak perempuan satu-satunya yang kemudian diberi nama Dina yang mempunyai arti putri (dari Ya’qub) yang cantik. Rahel yang tidak putus berdoa memohon kepada Allah agar diberikan anak kepadanya, akhirnya mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberika nama Yusuf yang mempunyai arti Allah telah mengabulkan dan menghapus aibnya. [caption id="attachment_75360" align="alignnone" width="696"]

Kawasan yang dilintasi nabi Ya’qub setelah menyeberangi sungai Eufrate kemudian Golan, menyisir sebelah timur sungai Yordan, di kawasan pegunungan Gilead sampai wilayah Seir kemudian ke selatan laut mati, setelah itu ke Hebron. (Foto: Wiki)[/caption]
4. Ya’qub kembali ke Hebron. Kitab Kejadian mengisahkan, lebih dari 40 tahun Nabi Ya’qub di Harran. Selama 14 tahun digunakannya untuk bekerja menjadi gembala ternak bagi mertuanya sebagai pengganti mahar untuk mendapatkan dua istri dari anak Laban. Setelah lewat 14 tahun, upah yang diperoleh Nabi Ya’qub berupa ternak baik domba, kambing, sapi maupun onta. Ada perjanjian khusus dengan Laban tentang upah berupa ternak dengan cara membedakan warna ternaknya. Sebelum ada Nabi Ya’qub, Laban tidak termasuk orang kaya karena ternaknya tidak banyak. Namun setelah ternaknya digembalakan oleh Nabi Ya’qub, ternaknya berkembang luar biasa sehingga Laban menjadi orang kaya dan terpandang di Harran. Upah berupa ternak bagi Nabi Ya’qub juga sangat banyak pula. Nabi Ya’qub selama di Harran juga mendakwahkan ajaran tauhid di tengah kaum musyrik dari keluarga kakek dan paman pamannya, serta penduduk Harran. Sempat menaklukkan pendeta kaum musyrik di Harran sehingga cukup banyak pengikut Nabi Ya’qub di Harran.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-14) Suatu saat, Nabi Ya’qub berkeinginan untuk Kembali ke Hebron. Apalagi dengan keinginan itu, muncul wahyu dari Ellohim yang memerintah Nabi Ya’qub untuk kembali ke Hebron dan Allah berjanji akan menyertainya. Allah juga mengingatkan nadzarnya ketika membuat tugu di Betel. Dirundingkannya maksud tersebut dengan Lea dan Rahel, dan kedua istrinya tersebut sangat mendukung karena merasa dirinya telah menjadi hak Nabi Ya’qub setelah mahar dibayar dengan bekerja selama 14 tahun sesuai dengan perjanjian. Namun Nabi Ya’qub justru khawatir terhadap Laban yang dipikirnya akan menghalangi kepulangannya karena jasa Nabi Ya’qub yang besar dan anak cucunya akan dibawa Nabi Ya’qub. Oleh karena itu Nabi Ya’qub bersepakat dengan istri-istrinya untuk tidak memberi tahu Laban. Dikisahkan dalam Kitab Kejadian bahwa saat itu selain membawa istri dan anak-anaknya yang semuanya sudah dewasa kecuali Yusuf yang masih kecil, Nabi Ya’qub juga membawa ternak dalam jumlah yang besar yang menjadi haknya beserta seluruh pengikutnya. Nabi Ya’qub kemudian secara tidak kentara membawa seluruh anak istri dan ternaknya pergi meninggalkan Harran. Nabi Ya’qub dan rombongannya setelah menyeberangi sungai Eufrat terus ke selatan melalui dataran tinggi Golan kemudian melewati kawasan timur laut Galilee, kemudian menyeberangi anak sungai yordan, yaitu sungai Yarmuk.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-13) Setelah itu melalui kawasan pegunungan yang besar dan Panjang, yaitu pegunungan Gilead.Di wilayah pegunungan Gilead ini, Nabi Yacub berhenti cukup lama di padang rumput yang cukup luas kemudian membuka kemah untuk memberikan kesempatan istirahat agak panjang pada rombongannya sekaligus menggembala ternaknya yang jumlahnya cukup besar. Sudah beberapa hari ternaknya kurang mendapat asupan yang cukup. Mungkin di antara ternaknya ada yang melahirkan anak. Di Harran, setelah tiga hari berlalu, Laban yang tidak melihat Ya’qub segera menyadari bahwa Ya’qub telah pergi dengan membawa seluruh anak istrinya dan bagian ternaknya yang menjadi upahnya. Laban yang tidak diberi tahu oleh Ya’qub atas kepergiannya kemudian bersama keluarganya bergegas mengejar Nabi Ya’qub. Dengan rombongan kecil dengan tidak ada beban menggembala ternak, Laban membutuhkan waktu tujuh hari untuk dapat mengejar Nabi Ya’qub. Akhirnya mereka dapat bertemu di wilayah pegunungan Gilead. Terjadilah dialog yang seru mengemukakan alasan dan pikiran masing-masing atas kejadian itu. Dan pada akhirnya mereka mendapatkan janji dari masing-masing pihak. Janji itu ditandai dengan Nabi Ya’qub mendirikan tugu di Gilead yang dinamakan Galed atau Mizpa atau Menara batu.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12) Perjanjiannya adalah Nabi Ya’qub tidak mengambil istri lagi. Dan masing-masing tidak akan melewati tugu tersebut dengan niat jahat. Artinya, dari pihak manapun jika melewati tugu tersebut berarti mempunyai niat baik. Setelah bersepakat dengan perjanjian tersebut, Nabi Ya’qub kemudian menyembelih domba kurban dan menjamu mertua dan seluruh keluarganya. Keesokan harinya, Laban dan keluarganya kembali ke Harran. Nabi Ya’qub juga meneruskan perjalanannya ke arah selatan, tetap di timur sungai Yordan. Suatu saat dalam perjalanannya, Nabi Ya’qub didatangai malaikat balatentara Allah. Lokasi pertemuan tersebut kemudian disebut Mahanayim (mahanaim), yang letaknya di sekitar perbatasan antara Makir dengan sungai Yabok. Nantinya lokasi antara Mahanaim sampai sungai Yarmuk akan sempat menjadi wilayah suku yang dibentuk oleh anak Nabi Yusuf, yaitu Manasye atau Manasseh. Nabi Ya’qub terus menyisir sebelah timur sungai Yordan kemudian menyeberangi anak sungai Yordan lagi yaitu sungai Yabok.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-11) 5. Nabi Ya’qub dipanggil dengan nama Israel. Kitab Kejadian menginformasikan, ketika perjalanan Nabi Ya’qub dan rombongannya setelah menyeberangi sungai Yabok, Nabi Ya’qub kemudian berhenti dan mendirikan perkemahan dekat dengan perlintasan para gembala dan pedagang. Dari orang-orang yang lewat, diketahuinya bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang dekat dengan tempat tinggal kakak kembarnya, yaitu Esau. Kakaknya ternyata telah sekitar 30 tahun menjadi kepala pemukiman baru yang cukup luas. Orang-orang yang ikut membuka pemukiman ternyata cukup banyak pula. Kebanyakan pemukimnya adalah penggembala ternak. Wilayah Seir ini nantinya akan menjadi wilayah suku keturunan Esau, yaitu suku Edom.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group