
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)
C. Nabi Ibrahim dan Nabi Luth. 4. Keturunan Luth. Kitab Kejadian menginformasikan bahwa Nabi Luth di pemukimannya yang baru akhirnya memperoleh cucu. Dari anak wanitanya yang pertama, lahir anak laki-laki diberi nama Moab yang nantinya membentuk bangsa Moab. Sedang dari anak wanitanya yang kedua, lahir anak laki-laki yang diberi nama Ben Ami, yang nantinya membentuk bangsa Amon.
D. Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. 1. Kelahiran Ishaq. Pulang dari Bakkah, Nabi Ibrahim menantikan kelahiran anaknya dari Sarah. Ishaq lahir ketika Nabi Ibrahim sudah tua, berumur sekitar 100 tahun dan Sarah berumur sekitar 90 tahun. Lahir setelah peristiwa Sodom dan Gomora serta peristiwa kurban dan sunat di Bakkah. Baik di Al-Quran maupun di Taurat pada Kitab Kejadian, tidak banyak cerita tentang bagaimana kelahiran Ishaq. Dengan umur Sarah yang meragukan, bahkan dapat disebut mustahil bisa hamil dan melahirkan, maka kelahiran Ishaq merupakan salah satu mukjizat sekaligus rahmat dan berkat yang hanya bisa terjadi karena kehendak Allah. Karunia Allah bagi Nabi Ibrahim dan Sarah yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-13) Kitab Kejadian mengkisahkan, satu minggu setelah kelahirannya, Ishaq disunat dan Nabi Ibrahim juga melakukan khitan massal kepada para pengikutnya. Dapat diperkirakan, sepulang dari Bakkah, Nabi Ibrahim menceritakan kejadian di Bakkah pada para pengikutnya, sehingga dapat melakukan khitan massal pada para pengikutnya. Baik Kitab Kejadian maupun Al-Quran tidak banyak mengkisahkan masa kecil hingga dewasanya Ishaq. Sedang Nabi Ibrahim, beberapa tahun setelah kelahiran Ishaq sempat tiga kali pergi ke Bakkah. Kepergian terakhirnya ke Bakkah adalah menjalankan wahyu yang diterimanya, yaitu membangun Ka’bah bersama Nabi Ismail.
2. Meninggalnya Sarah. Sarah meninggal ketika berumur sekitar 127 tahun dan Ishaq berumur sekitar 37 tahun. Nabi Ibrahim selama hidupnya sering berpindah-pindah (nomaden) dan terbiasa menggunakan tenda untuk tempat tinggal sehingga tidak mempunyai tanah untuk membuat rumah permanen. Ketika Sarah meninggal, Nabi Ibrahim harus mencari tanah untuk menguburkan jasad istrinya tersebut. Nabi Ibrahim akhirnya membeli tanahnya orang Het suku Kana’an. Kitab Kejadian mengkisahkan proses Nabi Ibrahim membeli tanah dengan disaksikan penduduk Hebron dan orang-orang Het.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12) Nabi Ibrahim bersujud di depan orang-orang Het sebagai ungkapan rasa terima kasih atas diperbolehkannya membeli tanah tersebut sekaligus bersyukur kepada Allah karena telah memperoleh tanah dengan cara membeli. Di tanah tersebut terdapat gua yang dikenal dengan gua Makhpela yang juga menjadi bagian dari tanah yang dibeli Nabi Ibrahim. Letak tanah ini di timur Mamre, Hebron. Sarah kemudian dikuburkan di dalam gua Makhpela. Peristiwa ini memberikan contoh bagaimana Nabi Ibrahim mengambil haknya atas tanah di Baitul Maqdis, yaitu dengan membeli pada pemilik yang punya hak. Nabi Ibrahim meskipun mempunyai banyak pengikut dan mempunyai jasa yang besar bagi penduduk di Hebron, namun tidak memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan tanah yang sudah dijanjikan Allah untuk dijadikan tempat tinggal keturunannya. Nabi Ibrahim sangat menghormati hak-hak mereka yang mempunyai hak atas tanah yang diinginkan untuk diambilnya. Kubur ini yang nantinya menjadi peninggalan satu-satunya dari Nabi Ibrahim di wilayah Baitul Maqdis yang menjadi warisan keturunannya dan seluruh umat manusia.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-11) [caption id="attachment_75197" align="alignnone" width="720"]

Reruntuhan Kota Bersyeva kuno. (Foto: Wiki)[/caption]
3. Perkawinan yang menjadi beleid bani Israel sebagai bangsa yang murni dan terpilih. Kitab Kejadian mengkisahkan, Ishaq sudah berumur sekitar 40 tahun tetapi belum menikah. Nabi Ibrahim yang ingin mencarikan jodoh untuk Ishaq, lalu teringat pada saudara saudaranya. Dulu, Nabi Ibrahim pergi dari Harran ketika saudara-saudaranya belum menjadi muslim karena masih menjadi kaum musyrik penyembah berhala. Oleh karena itu Nabi Ibrahim ingin menjodohkan Ishaq dengan saudaranya agar ada di antara mereka yang menjadi muslim. Dikirimnya utusan untuk mencari saudaranya di Harran untuk mencarikan jodoh bagi Ishaq. Setelah menempuh jarak lebih dari 700 km, utusannya dapat menemukan keluarga Nabi Ibrahim, yaitu Betuel bin Nahor II yang mempunyai anak laki-laki bernama Laban dan anak perempuan bernama Ribka. Setelah melalui pembicaraan dan penyerahan barang-barang berupa ternak dan barang berharga lainnya, maka disetujui Ribka diboyong ke Negev untuk dinikahkan dengan Ishaq. Perkawinan Ishaq dengan Ribka menjadi tonggak bagi argumen bani Israel tentang keturunan bangsa yang murni dan terpilih.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-10) Murni karena bani Israel muncul dari sumber satu keluarga, yaitu Ibrahaim dan keluarganya, sedang sebagai bangsa terpilih karena sebagai pewaris tanah yang dijanjikan kepada Ibrahim untuk diwarisi anak turunnya. Dari perkawinannya dengan Ribka, Ishaq mempunyai dua anak kembar, yaitu Esau dan Ya’qub, dimana Esau sebagai yang lebih tua. Dari Esau nantinya muncul bangsa Edom dan dari Ya’qub muncul bangsa Israel.
4. Nabi Ishaq mendirikan Kota Beersyeva. Ketika tempat tinggal Nabi Ishaq didekat Beerlahairoi, wilayah Negevdilanda, kekeringan dan kelaparan. Atas petunjuk Allah, Nabi Ishaq dan para pengikutnya pindah ke wilayah di sekitar Gerar, wilayahnya suku Filistin dengan kepala sukunya bernama Abimelekh. Di tempat Nabi Ishaq berhenti, kemudian digali sumur yang airnya keluar dengan melimpah. Di tempat inilah Nabi Ishaq bertani. Dengan cepat, tempat tersebut menghasilkan produk yang melimpah, sehingga Nabi Ishaq dengan cepat menjadi kaya dan semakin banyak pengikutnya dari orang-orang Filistin. Hal tersebut menjadi gangguan bagi Abimelekh lalu menimbulkan perselisihan. Abimelekh kemudian mengusir Nabi Ishaq. Ketika sampai di suatu tempat yang lain, Nabi Ishaq kemudian kembali menggali sumur dan melakukan hal yang sama, yaitu bertani. Ketika telah berkembang, lalu diusir lagi oleh Abimelekh. Pengusiran itu dilakukan karena tempat tersebut ternyata masih berada di wilayah Gerar.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-9) [caption id="attachment_75198" align="alignnone" width="720"]

Salah satu sumur peninggalan Nabi Ibrahim di Bersyeva. (Foto: wikimedia)[/caption] [caption id="attachment_75199" align="alignnone" width="720"]

Kota Beer Sheva saat ini. (Foto: israel21)[/caption] Ketika Nabi Ishaq membuka tempat tinggal lagi di luar wilayah Gerar, maka Abimelekh tidak lagi mengusirnya. Saat itu, Nabi Ishaq memilih tempat yang dulunya telah diperjanjikan antara Abimelekh dengan Nabi Ibrahim ketika singgah dalam perjalanan pulang dari Mesir. Batas-batas yang saat itu telah disepakati untuk menjadi wilayah tempat tinggal Nabi Ibrahim dan para pengikutnya adalah dengan membuat tujuh sumur. Nabi Ibrahim juga menyerahkan tujuh (Sheva) anak domba betina kepada Abimelekh. Namun setelah beberapa lama di wilayah itu, Nabi Ibrahim memilih pulang kembali ke pemukimannya yang telah ditinggalkan cukup lama, yaitu di Hebron. Ketika Abimelekh berkunjung ke rumah Nabi Ishaq kemudian dijamu oleh Nabi Ishaq, maka perdamaian telah dapat dicapai yang ditandai dengan membuat perjanjian lagi dengan Abimelekh untuk tidak saling mengganggu dan tidak ada kecurangan. Untuk mengenang jasa bapaknya, tempat pemukiman baru ini oleh Nabi Ishaq diberi nama Beersyeba atau Bersheba, atau dalam Bahasa Arab adalah Bi’ir As-Sab’a yang mempunyai arti sumur sumpah atau tujuh sumur atau tujuh sumber air. Saat ini Beersheva telah menjadi kota terbesar di wilayah padang gurun Negev.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-8) Dengan demikian Nabi Ishaq telah melestarikan perjanjian antara Nabi Ibrahim dengan Abimelekh dengan menjadikan perjanjian tersebut sebagai nama kota. Nabi Ishaq kemudian menggali dan membangun kembali 7 sumur tersebut sebagai wujud perjanjian. Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq telah memberi contoh bagaimana mengambil hak atas tanah di Baitul Maqdis yang dijanjikan kepada mereka, yaitu memberikan penebusan melalui perjanjian dengan kaum yang akan menjadi tetangganya untuk tidak saling mengganggu. Dalam penggalian arkheologis saat ini, hanya empat sumur yang masih dikenali. Ketika masa pernikahan Ishaq dengan Ribka memasuki waktu sekitar 20 tahun, Nabi Ibrahim masih menyaksikan kelahiran cucunya, yaitu Esau dan Ya’qub yang tentu menambah kebahagiaan Nabi Ibrahim. Janji Allah tentang kelahiran Ya’qub telah terlunasi. Saat itu usia Nabi Ibrahim telah memasuki umur sekitar 160 tahun. Dengan demikian Nabi Ibrahim telah menyaksikan kelahiran cucu-cucunya, baik dari Nabi Ismael maupun Nabi Ishaq.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-7) E. Nabi Ibrahim dengan istri dan anak-anaknya yang lain. Kitab Kejadian mengisahkan, usai menikahkan Ishaq dan melihat kebahagiaan Ishaq, Nabi Ibrahim kemudian menikah lagi, yaitu dengan Ketura kemudian dengan Hajur. Dari Ketura Nabi Ibrahim mempunyai 6 anak, yaitu 1) Zimran 2) Yoksan 3) Medan 4) Midian 5) Isybak 6) Suah. At–Thabari banyak mengisahkan pula tentang suku bangsa keturunan Ketura, yaitu suku bangsa Madyan, Letush, Leum, dan lainya. Dari suku Madyan nantinya akan lahir Nabi Syu’aib yang bermukim di Hijaz. At-Thabari juga mengisahkan perkawinan Nabi Ibrahim dengan Hajur Nabi dan mempunyai 5 anak, yaitu 1) Kaysan 2) Shawarukh 3) Amin 4) Lutan 5) Nafis. Namun dari keturunan dari Hajur tidak diketahui apakah membentuk suku atau tidak. Kitab Kejadian tidak menuliskan perkawinan antara Nabi Ibrahim dengan Hajur.
F. Persentuhan Nabi Ibrahim dengan Ur Salem (Yerusalem). Kitab Kejadian mengkisahkan, usai menolong kaum Sodom dari serangan dan penjarahan oleh suku Elam, ketika Nabi Ibrahim pulang ke Hebron. Kedatangan Nabi Ibrahim dan pasukannya disambut oleh Melkisedek Raja Salem atau Ur Salem atau Yerusalem. Melkisedek selain sebagai raja juga sekaligus imam agama tertinggi Ur Salem. Melkisedek dalam memberikan berkatnya dengan menyebut atas nama EL Yang Maha Tinggi. Saat itu, bagi suku-suku Kana’an kuno, Ur Salem sudah dikenal sebagai tempat kedudukan imam tertinggi bagi kepercayaan suku-suku Kana’an kuno. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Yerusalem adalah kota kuno yang sudah lama dibangun oleh suku Kana’an kuno sejak sebelum Nabi Ibrahim datang ke wilayah tersebut.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group