Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-6)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-6)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) A. Nabi Ibrahim 3. Keluar dari Ur menuju Harran. QS Al-Anbiya ayat 70 menyatakan: “Dan mereka hendak berniat jahat terhadap Ibrahim, maka kami menjadikan mereka itu orang orang yang paling rugi”. Siapakah yang dimaksud dengan mereka yang hendak berniat jahat terhadap Nabi Ibrahim dan menjadi orang-orang yang merugi pada ayat tersebut? Ur-Nammu atau Namrudz jelas berniat jahat dengan membakar Nabi Ibrahim untuk membunuhnya, meskipun gagal. Namun ayat tersebut tidak spesifik ditujukan pada Namrudz dan rakyatnya sebagai orang-orang yang merugi.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-1)Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-2)Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-3)
Tidak lama setelah peristiwa membakar Nabi Ibahim, Ur-Nammu meninggal dalam peperangan melawan kaum nomaden Gut dari wilayah Elam dan kemudian digantikan oleh putranya, yaitu Shulgi yang dapat mengusir kaum Gut. Kematiannya diperingati dengan syair yang panjang yang menunjukkan Ur-Nammu adalah raja yang sangat dihormati rakyatnya. Pengganti Ur-Nammu dapat juga termasuk orang-orang yang bermaksud jahat terhadap Nabi Ibrahim yang merugi karena menganggap Nabi Ibrahim sebagai pengganggu kehidupan religius penduduk Uruk. Nabi Ibrahim, meskipun hanya mempunyai pengikut dua orang, tetap berdakwah pada kaumnya. Suatu ketika secara diam-diam Nabi Ibrahim membakar berhala di dalam kuil Ziggurat. Haran II, ayah Luth meninggal karena ikut berusaha memadamkan api. Atas kematian pamannya ini, Nabi Ibrahim kemudian menjadikan Luth sebagai anak angkatnya. Setelah kematian Ur-Nammu, wilayah Uruk yang sangat subur secara bergantian menjadi sasaran serangan dan penjarahan dari suku-suku dan kaum nomaden dari wilayah di sekitarnya. Ketika Ur diserbu suku Amorit, terjadi kelaparan berkepanjangan di Uruk. Penduduk Uruk menjadi orang-orang yang merugi dalam waktu yang cukup panjang. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-4) Meskipun beberapa kali berganti raja, namun negeri Uruk tidak pernah dalam keadaan aman dan sejahtera hingga akhirnya berganti dinasti. Dalam situasi yang terus dibayang bayangi serangan dan penjarahan serta pembunuhan tersebut, Nabi Brahim dan Luth beserta keluarganya diselamatkan oleh Allah ke negeri yang telah Allah berkahi untuk seluruh alam (QS. Al-Anbiya ayat 71). Namun sebelum ke negeri yang diberkahi tersebut, rombongan Nabi Ibrahim, Sarah, dan Luth mengikuti Azzar yang mengajak seluruh keluarga besarnya, baik dari Nahor maupun dari Haran, pindah ke wilayah lain yaitu ke arah barat yakni ke Harran (sekarang masuk wilayah Turki di dekat kota Urfa, Propinsi Sanliurfa) dengan menyusuri sungai Eufrat, menempuh jarak sekitar 800 km dari Uruk. Saat itu Nabi Ibrahim berumur sekitar 57 tahun dan Sarah berumur sekitar 47 tahun. Di Harran kehidupan religiusnya sama dengan di Ur, dan Azzar tetap menjalani profesi membuat patung berhala untuk disembah. Sedang Nabi Ibrahim tanpa bosan terus mengingatkan ayahnya sehingga suatu saat membuat ayahnya marah dan mengusir Nabi Ibrahim agar pergi dari Harran. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-5) [caption id="attachment_74827" align="alignnone" width="720"] Perkiraan rute perjalanan rombongan Nabi Ibrahim dari Harran, Aleppo hingga Bethel lalu ke Hebron. (Foto: JW.org)[/caption] Akhirnya Nabi Ibrahim, Sarah, Luth dan orang-orang yang beriman diperintah Allah untuk hijrah ke arah yang ditunjukan Allah (QS. Al-AnKabut ayat 26, QS. Al-Anbiya ayat 71), sedangkan Nabi Ibrahim tetap mendoakan ayahnya (QS. Maryam ayat 45-48). Arah kepergian Nabi Ibrahim juga dikisahkan dalam Kitab Kejadian, 12: 1-4. Nabi Ibrahim pergi ke arah wilayah Kana'an kuno dengan diikuti oleh para pengikutnya yang cukup banyak selama berdakwah di Harran. Hijrahnya Nabi Ibrahim ke negeri yang diberkahi Allah, dengan demikian telah memisahkan antara pengikut ajaran tauhid dengan penyembah berhala. 4. Keluar dari Harran menuju tanah Kana’an dan mengajarkan thawaf dengan berputar mengitari mezbah. Nabi Ibrahim dan rombongan menyeberangi sungai Eufrat, bermukim sebentar di suatu tempat yang sekarang menjadi sebuah kota, yaitu Aleppo, yang berasal dari nama Haleb yang mempunyai arti tempat kegiatan perah susu-sapi rombongan Nabi Ibrahim. Sedang sapi Nabi Ibrahim bernama Al-Syahba. Setelah beberapa lama di wilayah Haleb, rombongan Nabi Ibrahim melanjutkan perjalanan ke arah selatan menuju wilayah yang sekarang menjadi kota Damaskus. Setelah menetap beberapa lama, kemudian berpindah tempat lagi menuju wilayah yang dikenal dengan dataran tinggi Golan. BACA JUGA: Menelusuri Penyebaran Awal Islam di Jawa Setelah itu berpindah ke Sikhem (Sechem) dengan menyeberangi sungai Yordan. Di Sechem ini untuk pertama kalinya Nabi Ibrahim meletakkan sebuah mezbah atau altar ibadah yang difungsikan sebagai titik perputaran gerakan thawaf menyembah ELLohim atau Allah. Kemudian berpindah lagi ke wilayah yang berdekatan antara Lus dan Ai. Di wilayah ini Nabi Ibrahim meletakkan mezbah yang kedua. Lus adalah tempat yang kemudian disebut Bethel menunjukkan bahwa di tempat tersebut Nabi Ibrahim singgah cukup lama dan penduduk di tempat tersebut cukup besar. Dakwah di tempat itu sukses dan oleh karenanya tempat tersebut kemudian diberi nama Bethel yang mempunyai arti rumah atau pusat peribadatan menyembah EL yang cukup luas. Setelah itu berpindah lagi ke wilayah di sekitar Mamre yang kemudian disebut Hebron yang berasal dari kata Heber yang mempunyai arti dipersatukan, digabungkan atau dipertautkan. Orang Islam menyebut Hebron dengan Al-Khalil yang punya arti sahabat. Di Hebron Nabi Ibrahim meletakkan lagi mezbah untuk thawaf. BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group