Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-56)

VI. Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Haikal Sulaiman dan Pecahnya Kerajaan Israel.

412
Situs kota kuno Mizpah (tell en-Nasbeh) di wilayah suku Ben Yamin, luas sekitar 3,2 ha terletak di dataran rendah 12 km barat laut Yerusalem. Kota kuno bersejarah tempat terpilihnya raja pertama Bani Israel. (Foto: pinterest)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Setelah berkumpul semua, maka Nabi Samuwel meneliti satu persatu orang-orang yang datang di Mizpah. Ketika sampai pada suku Ben Yamin tidak didapatinya Saul padahal dia masuk dalam daftar orang suku Ben Yamin yang dihadirkan. Lalu disuruhnya orang-orang mencarinya yang ternyata bersembunyi agar dirinya tidak dipilih menjadi raja.

Saul ditemukan dan akhirnya ketika dirinya muncul di antara semua orang Bani Israel, nampak bahwa Saul adalah orang yang paling tinggi, gagah, rupawan dan cakap. Maka Nabi Samuwel menunjuk Saul sebagai raja Bani Israel dan hampir semuanya dapat menerima pilihan atas petunjuk Allah itu.

Saul bin Kish, berasal dari suku Ben Yamin yang saat itu merupakan suku paling kecil karena hampir saja dimusnahkan oleh saudara-saudaranya. Suku yang kemudian dianggap sebagai suku yang paling rendah dan sering dihinakan, ternyata warganya terpilih menjadi raja pertama Bani Israel di Baitul Maqdis. Nabi Samuwel kemudian membacakan hak-hak Saul sebagai raja Bani Israel. Dengan demikian, sejak saat itu Bani Israel telah menjadi kesatuan penduduk bangsa Israel yang mempunyai wilayah kebangsaannya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-55)

Peristiwa pembentukan Kerajaan Israel dengan penetapan Saul sebagai raja yang pertama kali merupakan klaim resmi untuk pertama kali dari Bani Israel atas wilayah suku Kana’an sebagai wilayah kebangsaan Israel, meskipun di dalam wilayah tersebut terdapat penduduk dari berbagai macam suku-suku lainnya yang lebih dahulu menempatinya. Namun tidak semua orang Israel dapat menerima Saul sebagai raja. Ada saja yang tidak puas karena menganggap ada yang lebih pantas sehingga mempersoalkan pengangkatannya.

Namun terdapat peristiwa yang dapat membuktikan kelayakan Saul sebagai raja. Suatu ketika suku Amon hendak menguasai wilayah Yabesh Gilead dan meminta penduduknya menyerah serta bersedia dicungkil mata sebelah kanannya agar tidak dibunuh. Ini mungkin sebagai reaksi atas kemunculan kerajaan Israel dan klaim wilayahnya.

Suku Amon melihat penduduk kerajaan Israel di timur sungai Yordan yang pada masa lalu mengambil wilayahnya tersebut sebagai wilayah kerajaan yang lemah. Penduduk Yabes Gilead minta kelonggaran waktu mengirim utusan ke Gibea tempat kediaman Saul.

Lukisan Saul diurapi oleh Nabi Samuel di Mizpah. (Sumber: graceofourlord)

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-54)

Jika raja Israel tidak menanggapi permintaan pertolongan itu, mereka akan menyerah kepada suku Amon dan bersedia dicungkil sebelah matanya. Ketika Saul menerima utusan tersebut kemudian langsung mengirim utusan kepada seluruh suku Bani Israel agar mereka mengirim orang untuk berperang dengan suku Amon, dan jika tidak mengirim orang maka akan dihukum.

Setelah semua suku mengirim orang dengan jumlah sangat besar, mereka kemudian berangkat ke Yabesh Gilead. Dengan kecakapannya memimpin perang akhirnya Saul dengan waktu cepat berhasil memporak porandakan pasukan suku Amon. Setelah peristiwa tersebut, seluruh suku Israel bersama Nabi Samuwel pergi ke Gilgal menyembelih binatang kurban dan memperbaharui jabatan raja di tempat tersebut. Dengan demikian semua orang Israel telah mengakui Saul sebagai raja mereka.

Dalam Kitab 1 Samuwel 12, di tempat tersebut Nabi Samwuel, yang merasa dirinya sudah tua kemudian berpamitan dan berpesan kepada Bani Israel, agar Bani Israel dan rajanya tidak meninggalkan Allah, sehingga Allah tidak meninggalkan mereka, dan tetap taat kepada Allah agar Allah tidak menghancurkan mereka.

Church of Jesus Christ, pembagian dan tapal batas wilayah 12 suku Bani Isreal pada masa hakim-hakim.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-53)

Dengan Saul ditunjuk sebagai raja Bani Israel, maka sekaligus mengakhiri masa kepemimpinan hakim-hakim yang sering kali hakim Bani Israel sekaligus adalah seorang Nabi. Saul sebagai raja sekaligus juga berfungsi sebagai hakim. Setelah Samuel pergi, Saul memilih tiga ribu orang di antara mereka untuk mengikuti dirinya sebagai pasukan raja, dan yang lainnya diperbolehkan pulang ke wilayah kesukuannya masing masing.

Peristiwa tersebut di atas diuraikan secara singkat dalam satu ayat oleh Al-Quran, yaitu pada QS. Al-Baqarah ayat 247:

“Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut (Saul) menjadi rajamu”. Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu dari padanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” Nabi menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik”. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui”.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here