Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-45)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-45)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) 15. Dihukum selama 40 tahun Berputar-putar di padang gurun. Al-Quran tidak menunjukkan detil perjalanan Bani Israel melanjutkan perjalanan menuju Baitul Maqdis setelah Nabi Musa mendapatkan Taurat. Namun Al-Quran menunjukkan adanya ayat yang mengkisahkan Allah menghukum Bani Israel justru setelah menerima Lauh-Lauh Taurat. Dikisahkan pada QS. Al-Maidah: 21-26: “Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci, yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut pada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi. Mereka berkata: Wahai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk. Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, ‘Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakkal kamu hanya kepada Allah, jika kamu benar-benar orang beriman’. Mereka berkata: Wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-44) Dia (Musa) berkata, wahai Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dan orang-orang yang fasik itu. (Allah) berfirman, (Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu”. Ayat tersebut menunjukkan ada penentangan yang sangat kuat dari Bani Israel terhadap Nabi Musa dalam menjalankan perintah Allah agar mereka memasuki Baitul Maqdis. Bani Israel mengurbankan keimanannya terhadap perintah Allah karena ketakutan menghadapi lawan di tanah yang dijanjikan Allah untuk mereka, padahal Allah telah berkali-kali menolong mereka dari bencana yang mematikan dan memusnahkan. Namun demikian terdapat dua orang yang berusaha menyadarkan kaumnya, namun juga tidak diindahkan bahkan meminta Nabi Musa agar masuk duluan ke Baitul Maqdis. Perlawanan kaumnya ini membuat Nabi Musa putus harapan dan minta kepada Allah agar dirinya dan saudaranya dipisahkan dari kaumnya. Allah menanggapinya langsung dengan menghukum Bani Israel bahwa mereka akan berputar-putar kebingungan selama empat puluh tahun di wilayah itu. Namun Allah masih menunjukkan kasih sayangnya pada Bani Israel karena tidak menyebutkan hukuman bagi Bani Israel di akhirat nanti. Hukuman tersebut juga menunjukan bahwa riwayat Bani Israel masih akan terus berlanjut karena tidak dimusnahkan oleh Allah. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-43) Berputar-putar selama empat puluh tahun adalah waktu yang cukup lama bagi Bani Israel generasi pertama, yaitu generasi Nabi Musa dan di atasnya. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa yang dapat memasuki Baitul Maqdis adalah mereka yang bukan generasi Nabi Musa dan Nabi Harun, karena mereka akan meninggal di padang gurun, sehingga Nabi Musa tidak perlu bersedih atas nasib mereka. Hanya generasi muda, remaja, anak-anak dan mereka yang akan lahir dalam perjalanan yang akan dapat memasuki Baitul Maqdis. Hukuman tersebut juga merupakan bentuk keadilan bagi Nabi Musa yang berdoa agar dirinya dan saudaranya dipisahkan dari orang-orang yang fasik. Dalam Kitab Bilangan, peristiwa pembangkangan Bani Israel tersebut di atas diceritakan cukup detil. Kisahnya dimulai dari keberangkatan Bani Israel pergi dari padang gurun Sinai setelah lebih dari satu tahun berada di Sinai. Pada tahun kedua bulan kedua pada tanggal dua puluh pada bulan itu, Bani Israel berangkat ke Baitul Maqdis. Kitab Bilangan menunjukkan, saat itu Bani Israel sudah mengenal kalender, sangat mungkin kalender Mesir kuno. Mereka singgah sebentar membuka perkemahan di Kibrot Taawa untuk beristirahat, dikisahkan bahwa Bani Israel sudah lama tidak memakan daging karena sudah kehabisan ternak yang dimakan rombongan yang sangat besar sedang tidak ada tempat yang memadai untuk ternak berkembang biak dengan baik. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-42) Bani Israel mulai lagi berkeluh kesah dengan membandingkan situasi di Mesir dimana mereka masih dapat memperoleh daging, sayur-sayuran dan tanaman untuk bumbu masakan meskipun hidup dalam keadaan tertindas. Mereka sudah bosan dengan manna dan salwa. Nabi Musa kemudian berdoa kepada Allah agar diberikan daging, dan permintaan tersebut di kabulkan Allah dengan memberikan daging dalam waktu satu bulan. Setelah di Kibrot Taawa mereka berangkat lalu membuka kemah lagi di tempat yang disebut Hazeroth. Setelah beberapa saat di Hazeroth kemudian berangkat menuju ke arah gurun Paran. Nabi Musa meminta saudara istrinya yaitu Hobab menjadi penunjuk jalan dalam perjalanannya ke gurun Paran, karena Hobab adalah orang Madyan yang hafal jalan menuju gurun Paran. Hobab berada dalam rombongan Nabi Musa sejak kedatangannya bersama rombongan ayahnya ketika menengok Nabi Musa di gurun Sinai. Dari Hazeroth lalu berangkat memasuki kawasan gurun paran dan berkemah di Ritma, lalu berkemah lagi di Rimon Perez (Pimon Peros), lalu berkemah di Libna, kemudian berkemah di Risa, bergerak terus dan berturut-turut berkemah di Kehelata, Har Syafer, Harada, Makhelot, Tahat, Terah, Mitka, Hasmona, Moserot, dan kemudian berkemah di Kadesh Barnea. Di tempat ini, tidak lama kemudian saudara perempuan Nabi Musa dan Nabi Harun yaitu Miryam meninggal dan dikuburkan. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-41) Di Kadesh Barnea, Kitab Bilangan 13 : 1-16, Nabi Musa mengutus 12 orang masing-masing satu orang tiap suku untuk mendahului langkah melakukan perjalanan berkeliling ke negeri Kana’an melihat situasi wilayah tersebut. Mereka adalah (1) Syamua bin Zakur dari suku Ruben, (2) Safat bin Hori dari suku Simeon, (3) Kaleb bin Yefun dari suku Yehuda, (4) Yigal bin Yusuf dari suku Isakhar, (5) Yosua (Yusa’, nama aslinya adalah Hosea dirubah oleh Nabi Musa menjadi Yosua ) bin Nun dari suku Efraim bin Yusuf, (6) Palti bin Rafu dari suku Benyamin, (7) Gadiel bin Sodi dari suku Zebulon, (8) Gadi bin Susi dari suku Manasye bin Yusuf, (9) Amiel bin Gemali dari suku Dan, (10) Setur bin Mikhail dari suku Asyer, (11) Nahbi bin Wofsi dari suku Naftali, (12) Guel bin Makhi dari suku Gad. Dari 12 suku tersebut tidak ada wakil dari suku Lewi karena tugas suku Lewi adalah melayani peribadatan di Kemah Suci. Dari keturunan Nabi Yusuf ada dua orang, yaitu dari Yosua (Yusak) bin Nun dari suku Efraim dan Gadi bin Susi dari suku Manasye. Dengan demikian jumlah suku yang ditunjuk oleh Musa masih tetap berjumlah 12 orang. Oleh Nabi Musa, mereka diperintahkan berangkat dengan menyusuri padang gurun Paran, padang gurun Zin kemudian padang gurun Negev. Di tempat ketinggian mereka mengamati wilayah Beersyeba. Rombongan kecil ini, setelah sampai di padang gurun Zin kemudian ke Rehob menuju ke Hamat, melintasi gurun negev kemudian ke Hebron yang saat itu telah didiami keturunan Enak, yaitu suku Ahiman, Sesai dan Talmai. Kemudian ke lembah Eskol suatu wilayah yang subur banyak buah buahan anggur, delima dan ara. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-40) Setelah lewat 40 hari berkeliling ke negeri Kana’an, mereka kemudian kembali dan bertemu rombongan Bani Israel di wilayah Kadesh Barnea di padang gurun Paran yang letaknya berdekatan dengan padang gurun Zin. Mereka langsung menghadap Nabi Musa dan Nabi Harun. Mereka kemudian melaporkan bahwa telah menyaksikan bahwa wilayah Kana’an adalah wilayah yang subur dan berlimpah susu dan madu. Namun dalam wilayah tersebut terdapat suku-suku yang orang-orangnya besar dan kuat-kuat yang berdiam dalam wilayah yang berkubu (berbenteng). Mereka telah melihat wilayah suku Amalek di tanah Negev, orang Het, orang Yebus dan orang Amori yang berdiam di wilayah pegunungan, orang-orang Kana’an berdiam di sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan. Dari 12 orang yang diutus, 10 orang menyatakan ketakutannya apabila mereka harus berperang dengan suku-suku yang kuat yang berada di sana sehingga mereka tidak berniat pergi ke Kana’an (baca QS. Al-Maidah: 22 tentang ketakutan masuk ke Baitul Maqdis), sedang 2 orang yaitu Kaleb dan Yosua menyatakan mereka harus masuk ke Baitul Maqdis dan menyatakan keyakinan dan keimanannya bahwa Bani Israel dapat mengalahkan suku-suku di sana (baca QS. Al-Maidah 23, tentang dua orang yang bertakwa). BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-39) Bani Israel dengan keras menolak pergi ke Baitul Maqdis, dan menyatakan penyesalannya mengapa Tuhan membawa mereka ke Baitul Maqdis jika kemudian hanya akan membuat mereka terbunuh di sana dan anak istrinya menjadi tawanan. Mereka bahkan akan memilih pemimpin untuk membawa mereka kembali ke Mesir (baca QS. Al-Maidah: 24). Kaleb dan Yosua berusaha meyakinkan kaumnya karena Allah akan menyertai Bani Israel, namun justru Bani Israel mengancam dua orang tersebut akan dibunuh dengan dilempari batu. Nabi Musa dan Nabi Harun tidak lagi dapat meyakinkan kaumnya, namun tetap memohonkan ampunan Allah bagi kaumnya (baca QS. Al-Maidah 25). Tuhan kemudian berfirman kepada Nabi Musa yang intinya menghukum Bani Israel selama 40 tahun akan berputar-putar mengembara di gurun tidak mempunyai tujuan hingga mereka mati sampai habis dan mayatnya akan berserakan dipadang gurun. Negeri Baitul Maqdis terlarang bagi mereka (baca QS. Al-Maidah: 26). BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group