Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-25)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-25)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) B. Nabi Yusuf di Mesir. Nabi Yusuf telah merencanakan menaruh takaran gandum pada karung Ben Yamin, agar dapat alasan untuk menahan kepulangannya. Tentara pengawal kemudian menahan Ben Yamin yang akan menjalani hukuman sebagai budak selama satu tahun sesuai hukum yang berlaku saat itu dan mempersilakan yang lainnya pulang dengan membawa pulang gandumnya termasuk gandum Ben Yamin. Yehuda memohon kepada Nabi Yusuf agar dirinya atau salah satu saudara-saudaranya yang lain dapat menggantikan posisi Ben Yamin sebagai budak, namun ditolak oleh Nabi Yusuf, karena yang menjalani hukuman harus orang yang melakukan kesalahan (QS. Yusuf ayat 78-79). Anak-anak Israel menjadi bingung, karena adiknya itu tidak bisa dibawa pulang. Bagaimana mereka nanti menjelaskan hal itu kepada bapaknya, apakah mereka akan dikutuk bapaknya karena dianggapnya berbohong lagi mengenai adiknya, karena tidak percaya atas cerita mereka. Namun mereka tetap pulang kecuali Ruben yang tidak mau ikut pulang karena merasa telah berbuat salah lagi kepada bapaknya. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-24) Dirinya akan pulang jika bapaknya memutuskannya boleh pulang dan berpesan kepada saudara-saudaranya agar menceritakan apa yang telah terjadi terhadap Ben Yamin yang di dalam karungnya terdapat alat takaran gandum (QS. Yusuf ayat 80-81). Sedang dirinya akan tinggal di Mesir untuk melihat bagaimana nasib adiknya di Mesir. Ketika anak-anak Israel ini sampai di rumah, kemudian diceritakannya tentang peristiwa yang menimpa Ben Yamin, Nabi Ya’qub langsung meratap dan menangis masuk ke kamarnya dan beberapa hari tidak keluar dari kamar. Sejak itu, anak-anaknya tidak bisa menemui bapaknya sehingga membuat hari-hari mereka menjadi hari yang penuh kegelisahan dan siksaan perasaan. Anak-anaknya terus berusaha mengingatkan bapaknya agar tidak melakukan perbuatan yang hanya akan menyiksa diri, namun Nabi Ya’qub tetap bertahan dalam keadaannya dengan menyatakan bahwa hanya kepada Allah dirinya mengadukan kesusahan dan kesedihannya dan dirinya mengetahui dari Allah apa-apa yang tidak diketahui anak-anaknya (QS. Yusuf ayat 82-86). Lama kelamaan mata Nabi Ya’qub menjadi semakin memutih yang membuatnya tidak dapat melihat apa-apa lagi karena menangis terus menerus. Anak-anaknya menjadi bingung dan saling menyalahkan. Bahkan ada di antara mereka ada yang kemudian mencela Ben Yamin. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-23) [caption id="attachment_75808" align="aligncenter" width="408"] Lukisan Nabi Yusuf yang menjadi Al-Azis di Mesir memperkenalkan dirinya pada saudara-saudaranya yang tidak mengenalinya di istananya.[/caption] Sedang di Mesir, Ruben menjadi terheran-heran atas apa yang terjadi terhadap Ben Yamin. Ternyata Al-Azis ke mana-mana justru mengajak adiknya itu. Dilihatnya adiknya tidak seperti tawanan yang sedang menjalani hukuman, bahkan cara berpakainnya mirip pejabat istana. Namun Ruben tidak bisa mendekati adiknya itu untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Nabi Ya’qub setelah merenungkan semua peristiwa itu kemudian menjadi yakin bahwa Al-Azis tidak mempunyai maksud buruk terhadap keluarganya. Tanpa menunggu persediaan gandum menipis, kemudian dipanggilnya anak-anaknya lalu disuruh kembali ke Mesir untuk membeli gandum serta mencari Yusuf dan Ben Yamin di Mesir (QS. Yusuf ayat 87). Mereka juga dibekalinya surat untuk Al-Azis. Tentu permintaan itu membuat anak-anaknya bingung, bagaimana harus mencari Yusuf. Anak-anaknya juga tidak boleh pulang jika tidak ada kabar gembira tentang Ben Yamin. Anak-anak Israel lalu kembali ke Mesir. Sebelum ke istana mereka terlebih dahulu mencari Ruben yang akhirnya ditemukannya di pasar Mesir. Ruben kemudian bercerita tentang Ben Yamin yang sering diajak berkeliling Al-Azis dalam melaksanakan tugasnya. Ben Yamin sama sekali tidak diperlakukan sebagai budak, tetapi justru diperlakukan sebagai orang dekat Al-Azis. Kemudian mereka bersama-sama mencari jalan agar bisa menghadap Al-Azis yang ternyata tidak mudah untuk dapat menemuinya. Ada saja yang tidak percaya pada mereka dan cerita mereka. Namun akhirnya pada suatu kesempatan Al-Azis dapat melihat keberadaan mereka kemudian memerintahkan pada pengawal untuk membawa mereka ke istana menjadi tamunya. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-22) Mereka juga kaget ketika Al-Azis menerima mereka bersama istrinya. Dalam kesempatan pertemuan itu, mereka memohon kepada Al-Azis untuk tetap memberikan bantuan gandum dan bersedah untuk mereka dimana mereka telah membawa alat penukarnya (QS. Yusuf ayat 88). Mereka juga menyerahkan surat bapaknya yang tidak diketahui isinya itu kepada Al-Azis. Namun Al-Azis justru banyak bercerita tentang kisah anak kecil yang di perlakukan secara jahat oleh saudara-saudaranya karena sifat iri dan dengki. Cerita ini tentu saja memukul perasaan anak-anak Israel ini (QS. Yusuf ayat 89). Setelah Al-Azis selesai bercerita, kemudian istrinya, yaitu Zulaikha bercerita tentang pengalamannya memperoleh seorang anak yang tampan yang dibeli sebagai budak oleh suaminya, hingga kisahnya sendiri yang akhirnya menjadi muda kembali dan kemudian menjadi istri dari anak yang sebelumnya menjadi budaknya itu. Mendengar kisah Al-Azis dan Zulaikha, anak-anak Israel ini menebak-nebak siapa sebenarnya Al-Azis yang telah memperlakukan mereka dan Ben Yamin dengan sangat baik. Mereka sudah sampai pada kesimpulan bahwa Al-Azis mengetahui tentang kisah Israel dan anak-anaknya dan menduga Al-Azis adalah Yusuf sehingga kemudian memberanikan diri bertanya: “Apakah engkau benar benar Yusuf?” Kemudian dijawab Al-Azis bahwa dirinya adalah Yusuf dan Ben Yamin adalah adiknya. Allah telah melimpahkan karunia-Nya dan pahala-Nya kepada dirinya dan adiknya karena kesabaran dan ketqwaannya. (QS. Yusuf ayat 90). BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-21) Kemudian Nabi Yusuf turun dari singgasana dan merangkul saudaranya satu persatu. Saudara-saudaranya kemudian mengakui bahwa Allah telah melebihkan Yusuf dan melebihkannya dari saudara-saudaranya. Mereka juga meminta maaf atas perbuatan dosa mereka yang telah mengikuti ajakan setan. Nabi Yusuf kemudian memberi maaf dan menyatakan tidak ada lagi celaan untuk mereka dan kemudian mendoakan saudara-saudaranya agar diampuni Allah SWT (QS. Yusuf ayat 91-92). Kepada saudara-saudaranya, Nabi Yusuf mengatakan tidak perlu terlalu bersedih karena Allah yang telah menjalankan dirinya mendahului mereka untuk menjadi penolong bangsa Mesir dan bangsa-bangsa lainnya dan menjadikannya sebagai pemimpin bagi bangsa Mesir. Setelah puas melepaskan rindu, Nabi Yusuf kemudian menyuruh saudara-saudaranya pulang lagi dengan dibekali bajunya untuk diusapkan pada wajah bapaknya agar dapat melihat lagi dan meminta agar bapaknya, para ibunya dan seluruh saudara-saudaranya datang dan pindah ke Mesir (QS. Yusuf ayat 93). Demikian pula semua ternak dan harta mereka agar dibawa semua ke Mesir. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-20) Sangat mungkin sebelum Nabi Yusuf memanggil saudara-saudaranya, dia telah melaporkan kedatangan saudara-saudaranya dari Hebron. Kemudian Raja memerintahkan kepada Yusuf agar disampaikan kepada saudara-saudaranya untuk membawa bapaknya dan seluruh keluarganya datang ke Mesir untuk pindah ke Mesir dan untuk mereka diberikan tempat untuk bermukim di tempat yang baru dan membangun hidup baru. Kekeringan baru masuk tahun kedua dan segera memasuki tahun ketiga. Kekeringan masih berjalan lima tahun lagi. Nabi Yusuf juga diperintahkan untuk membekali saudara-saudaranya dengan kereta untuk bapaknya, keluarga maupun untuk mengangkut harta benda mereka. Dengan berpindah ke Mesir, Nabi Yusuf akan dapat membantu keluarganya menghadapi musim kering yang masih panjang, dengan tanpa kekhawatiran terhadap keluarganya sehingga Nabi Yusuf dapat mencurahkan perhatiannya membantu rakyat Mesir menghadapi musim kering yang masih panjang. Dengan penuh rasa gembira kemudian anak-anak Israel kembali ke Hebron. Masih dalam jarak yang jauh dari rumah, bahkan rombongan anak-anaknya belum kelihatan, namun Nabi Ya’qub telah mencium bau tubuh Yusuf. Kemudian dipanggilnya semua keluarganya bahwa dirinya merasa mencium bau Yusuf yang tentu membuat keluarganya heran dengan perkataan Nabi Ya’qub sehingga mengatakan: “Sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dulu,” (QS. Yusuf ayat 94-95). BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-19) Tetapi tidak lama kemudian dari kejauhan nampak Lewi memacu kudanya menuju rumah mereka. Ketika Lewi sampai di depan rumah bapaknya, langsung menghambur ke bapaknya dan mengatakan bahwa telah bertemu Yusuf yang ternyata adalah Al-Azis. Lalu diberikannya baju Yusuf kepada bapaknya untuk diusapkan ke wajah bapaknya. Ketika baju itu diusapkan tiba tiba mata Nabi Ya’qub dapat melihat lagi. Tidak lama kemudian seluruh anak-anak Israel telah datang semua dengan iring-iringan kereta dan kuda sebagai bukti bahwa mereka telah bertemu Yusuf yang telah menjadi pemimpin yang mempunyai kekuasaan tinggi di Mesir. Kemudian mereka bercerita tentang Yusuf yang menjabat sebagai Al-Azis di Mesir dan menjadi pemimpin Mesir paling berkuasa di Mesir setelah Raja Mesir. Nabi Ya’qub kemudian berkata: “Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui,” (QS. Yusuf ayat 96). Kemudian anak-anaknya memohon agar bapaknya memohonkan ampunan Allah untuk mereka dan Nabi Ya’qub berjanji memohonkan ampunan kepada Allah atas perbuatan anak-anaknya tersebut (QS. Yusuf ayat 97-98). BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group