Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-118)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

333

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Maryam tumbuh besar di lingkungan Imam haekal dan pelayan peribadatan Haekal Sulaiman. Tidak ada laki-laki yang dapat menyentuh Maryam dalam gedung haekal yang aturannya sangat ketat. Lelaki yang dapat mengunjungi mihrab Maryam hanyalah Nabi Zakariya.

Seringkali dalam kunjungan itu, Zakariya menemukan hal-hal aneh, yaitu makanan di dalam ruangan mihrab tersebut, yang membuat Nabi Zakariya berfikir bahwa Maryam pasti wanita pilihan Allah. Seringkali Nabi Zakariya bahkan melihat buah-buahan yang belum musimnya berbuah tetapi tersedia di mihrab Maryam. Ada juga buah-buahan yang tidak ditemukan di Yerusalem.

Keanehan tersebut membuat Nabi Zakariya menanyakannya. Dialog antara Nabi Zakriya dan Maryam tentang keanehan tersebut diabadikan dalam QS. Ali Imran 38, yaitu: “..Wahai Maryam, dari mana ini engkau peroleh? Dia (Maryam) menjawab, ‘itu dari Allah’. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki tanpa perhitungan”.

Maksud tanpa perhitungan dapat diterjemahkan dengan Allah dapat memberikan apa saja tanpa suatu proses normal sesuai pengetahuan manusia. Dengan kun fayakun, maka jadilah yang dimaksudkan tanpa proses yang dapat dimengerti manusia. Dengan penjelasan Maryam tersebut Nabi Zakariya sadar bahwa Maryam adalah wanita pilihan Allah yang dari dirinya akan ada sesuatu yang luar biasa.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-117)

Suatu saat Maryam memohon kepada imam besar Haekal Sulaiman untuk dapat ikut shalat di Haekal Sulaiman, menjadi makmum shalat di Haekal Sulaiman. Permintaan tersebut sempat menjadi perdebatan, namun pada akhirnya permohonan Maryam dikabulkan.

Ketika di mihrab Maryam hal tersebut ditanyakan lagi oleh Nabi Zakariya maka jawaban Maryam memberikan konfirmasi atas pikirannya bahwa Maryam adalah wanita yang terpilih. Maryam menceritakan bahwa dirinya telah didatangi malaikat yang menyampaikan wahyu kepadanya. QS. Ali Imran 42-43 menyebutkan: “Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata: ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikanmu, dan melebihkanmu diatas segala perempuan di seluruh alam. Wahai Maryam, Taatilah Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk’”.

Namun Nabi Zakariya tidak menyampaikan apa yang diketahuinya itu pada orang lain agar tidak membahayakan keselamatan Maryam.

Maryam juga mendapat panggilan sebagai wanita suci, karena tidak pernah ada lelaki yang pernah menyentuhnya. Kharamah atau kemuliaan Maryam suatu saat juga terlihat ketika hanya dengan menyentuhkan tangannya sambil berdoa, Maryam dapat menyembuhkan orang sakit.

Kemuliaan itu menjadi bahan perbincangan Bani Israel, sehingga banyak orang dibalik pagar yang menunggunya lewat. Ketika Maryam lewat kemudian mereka memanggilnya dan meminta pertolongannya. Kemuliaan itu dipahami Bani Israel sebagai akibat kesucian Maryam.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-116)

Di situasi lain, Zakariya yang semakin tua, sering mendapat serangan dari beberapa imam di Haekal Sulaiman, diantaranya imam senior yaitu Kayafas yang tidak dapat menerima peringatan peringatan Nabi Zakariya terhadap imam Haekal Sulaiman yang cara hidupnya tidak sesuai dengan ajaran Taurat. Istrinya yaitu Elizabet, yang semakin tua dan mandul, menjadi titik serangan kepada Nabi Zakariya.

Seringkali Imam Haekal Sulaiman mengejeknya bahwa doa Nabi Zakariya tidak didengarkan Allah, karena tidak mempunyai anak. Mereka sering mengatakan doa yang dipimpin oleh Zakariya tidak ada gunanya karena tidak pernah sampai kepada Allah. Oleh karena itu, ada desakan yang kuat dari beberapa imam Haekal Sulaiman agar Nabi Zakariya mengundurkan diri dari imam Haekal Sulaiman.

Bahkan ada saja istri imam Haekal Sulaiman dengan berbagai alasan mengunjungi Elizabeth, namun ujung-ujungnya mengejek Elizabeth yang mandul. Elizabeth menjadi bahan serangan untuk melemahkan mental Nabi Zakariya.

Maryam yang semakin dewasa juga mulai mengetahui masalah pamannya tersebut sehingga kadang-kadang mengunjungi bibinya untuk menghiburnya. Elizabeth pun pasti sudah mengetahui dari Nabi Zakariya tentang apa yang sering terjadi di mihrab Maryam. Pertemuan itu tentu sangat menggembirakan mereka berdua.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-115)

Tekanan atas dirinya yang semakin kuat membuat Nabi Zakariya suatu saat berdoa memohon kepada Allah agar dikaruniai anak. Permohonannya ini dikisahkan dalam QS. Ali Imran 38-41 dan QS. Maryam 2-11. Ketika Nabi Zakariya berdoa, saat berdiri dalam shalat di mihrabnya, kemudian langsung mendapatkan jawaban dari Allah. Ada malaikat yang memanggilnya kemudian menyampaikan kabar gembira atas permohonannya agar dikaruniai anak.

Doanya dikabulkan dan akan dikaruniai anak yang diberi nama Yahya (Yaxye) bin Zakariya. Allah belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya, yang akan membenarkan kalimat firman dari Allah, menjadi panutan, berkemampuan menahan diri, dan menjadi seorang Nabi di antara orang orang yang salih. Sebuah nama yang belum pernah ada sebelumnya.

Sebagai tanda bahwa doanya dikabulkan adalah ketika keluar dari mihrab, Nabi Zakariya akan menjadi bisu, tidak bisa mengeluarkan kata-kata selama tiga hari dan hanya menggunakan isyarat. Ketika Nabi Zakariya keluar dari mihrabnya, mukanya sangat ceria dan bersinar membuat para imam Haekal Sulaiman dan orang-orang yang bertemu dengan dirinya menjadi heran.

Namun Nabi Zakariya tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya karena mendadak bisu dan hanya memberikan isyarat yang tidak dimengerti oleh orang yang bertanya. Oran- orang yang melihatnya kemudian menyadari bahwa Nabi Zakaria telah melihat dan mendengar sesuatu ketika shalat di mihrabnya di bait suci.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here