Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-111)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (masjidil aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

304
Lukisan pasukan gajah Seleucid Persia dalam peperangan dengan Ptolemaic Mesir. (Sumber: history-maps)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Sebagai negeri yang dijajah, kewajiban utama kaum Yahudi adalah membayar upeti kepada pemerintah Mesir yang besarnya telah ditetapkan. Dengan kewenangan yang dimilikinya, Joseph telah menjadi bankir pertama kali di dunia, karena penarikan pajakdan pembayaran upeti tidak dilakukan oleh kerajaan Yahudi atau kerajaan Ptolemaic.

Kewenangan yang besar untuk wilayah yang luas membuat Joseph mempunyai pegawai Yahudi yang lumayan besar jumlahnya dan dapat menciptakan kemakmuran pada pegawai atau petugas pajaknya. Klan Tobias menjadi penggerak menciptakan kemakmuran bagi sebagian kaum Yahudi yang tidak dapat dikontrol oleh kerajaan Yahudi atau oleh para imam agama Yahudi.

Kaum Tobia ini bahkan memberikan nama nama untuk anak-anaknya maupun propertynya dengan bahasa Yunani, dan mereka tidak mau hidup dengan batasan taurat dan ritual Haekal Sulaiman. Mereka lebih loyal pada kerajaan Ptolemaic yang menguntungkan hidupnya dibanding ketaatan pada raja kerajaan Yahudi maupun majelis imam Haekal Sulaiman yang mempertahankan agama dan tradisi Taurat.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-110)

Tidak jarang terjadi perselisihan keras antara kaum tobiah dengan Yahudi Nehemian yang disebut kaum Oniad yaitu kaum keturunan Imam Zadok, imam kemah suci tempat taurat dan ibadah bani Israel pada masa nabi Dawud.

Ketika Raja Antiokus III dari kerajaan Seleucid pada tahun 203 SM menyerbu wilayah Yahudi, aram dan phunisia, Simon II mengorganisasikan kaum Oniad untuk membantu Antiokus III dan bahkan ikut berperang. Perang paling legendaris antara Seleucid dengan Ptolemaic terjadi di Rafah kota di perbatasan Gaza, dimana Seleucid mengerahkan pasukan gajah sehingga peperangan dimenangkan Antiokus III.

Dengan kemenangan itu, Simon II diberikan kepercayaan menjadi kepala ethnos Yahudi dan kewenangannya berada diatas kewenangan klan Tobia, yang dengan demikian klaun Tobia harus mengikuti perintah kaum Oniad. Antiokus III juga memberikan kebebasan kepada Simon II untuk menjalankan ajaran taurat dan ritual Haekal Sulaiman.

Antiokus III mungkin terpengaruh oleh filsafat Neoplatonisme yang mengikuti paham emanasi tuhan sehingga memberikan kebebasan kepada kaum Yahudi menjalankan ajaran tuhan. Bahkan Antiokus III juga tidak keberatan kalau orang Yunani berkunjung atau melancong ke Haekal Sulaiman hanya diperbolehkan sampai halaman paling luar sesuai hukum Nehemia dan Ezra.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-109)

Di masa Simon II, imam besar Haekal Sulaiman berfungsi menjaga integritas status keyahudian. Simon II dengan kewenangannya dapat mengumpulkan dana untuk memperbaiki tembok kota Yerusalem dan Haekal Sulaiman yang rusak akibat perang antara Seleucid dengan Ptolemaic.

Antiokus III mungkin terpengaruh oleh filsafat Neoplatonisme yang mengikuti paham emanasi tuhan sehingga memberikan kebebasan kepada kaum Yahudi menjalankan ajaran tuhan. Bahkan Antiokus III juga tidak keberatan kalau orang Yunani berkunjung atau melancong ke Haekal Sulaiman hanya diperbolehkan sampai halaman paling luar sesuai hukum Nehemia dan Ezra.

Di masa Simon II, imam besar Haekal Sulaiman berfungsi menjaga integritas status keYahudian. Simon II dengan kewenangannya dapat mengumpulkan dana untuk memperbaiki tembok kota Yerusalem dan Haekal Sulaiman yang rusak akibat perang antara Seleucid dengan Ptolemaic.

Lambat laun, karena adanya hubungan administrasi dengan kerajaan Yunani dan pendidikan yang menjadi syarat jenjang karir birokrasi kerajaan dengan kerajaan Yunani berakibat bahasa Yunani menjadi bahasa kedua kaum Yahudi. Bahkan nama nama orang maupun property di kerajaan Yahudi sudah semakin banyak yang menggunakan bahasa Yunani.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-107)

Dalam waktu yang tidak terlampau lama, aktifitas Gymnasia yang juga terdapat di kota Yerusalem, yang menjadi pusat recruitment tentara sekaligus tempat pendidikan bagi birokrasi baik bagi orang Yahudi maupun orang Yunani, semakin menunjukkan pengaruhnya pada kaum Yahudi. Di Gymnasia orang bisa membaca gagasan atau filsafat dari para pemikir Yunani sedang di Haekal Sulaiman, justru Taurat hanya bisa dibaca oleh para Imam dan murid muridnya.

Batasan ruang untuk kaum gholah yang tidak boleh dilanggar oleh kaum ghoyim serta pendidikan kaum Yahudi yang terbatas pada orang orang yang mempunyai hak akses pada Taurat, akhirnya terdesak oleh keterbukaan Gymnasia. Pada saat yang sama, kaum Yahudi juga merasakan Haekal Sulaiman sebagai inti kebangsan sekaligus agama Yahudi juga sedang dalam kondisi terkepung oleh tradisi Yunani.

Yerusalem dan Haekal Sulaiman menjadi pusat pertarungan antara tradisi, identitas kebangsaan dan agama Yahudi melawan tradisi pendidikan dan rasionalitas sekuler Yunani. Kondisi tersebut memunculkan seorang intelektual Yahudi yang bernama Ben Sirah yang berprofesi ahli penyalin naskah dan dokumen mengadopsi model pendidikan Yunani ke dalam tradisi Yahudi.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-106)

Pertarungan tradisi tersebut mencapai puncaknya ketika Joshua atau juga dipanggil Jason menyuap raja Seleucid untuk merebut jabatan Imam Besar Haekal Sulaiman dari tangan Onias putra Simon II. Permintaan Jason langsung disetujui dan hal itu membuat Onias harus lari dari Haekal Sulaiman hingga pada akhirnya dibunuh. Jason menginginkan kehidupan yang lebih bebas seperti bangsa Yunani yang ada di sekitarnya.

Ketika raja Seleucid dibunuh oleh saudaranya yaitu Antiokhus Epifanes yang kemudian menggantikannya sebagai raja, Jason kembali menyuap raja untuk mencabut piagam Antiokus III yang mengesahkan berlakunya hukum Nehemia dan Ezra bagi bangsa Yahudi. Dengan jabatan imam besar, Jason bahkan mendirikan Gymnasia di dekat Haekal Sulaiman agar kaum Yahudi bisa lebih leluasa belajar hidup dengan tradisi dan pemikiran Yunani bahkan musik.

Dengan segera Gymnasia Yahudi menjadi ikon baru masyarakat Yerusalem, bahkan para imam Haekal Sulaiman juga tidak ketinggalan mengikuti Pendidikan di Gymnasia Yahudi. Tidak ada pembatasan yang ketat antara kaum gholah dan kaum ghoyim di Gymnasia Yahudi. Hukum Nehemia dan Ezra telah runtuh dengan berdirinya Gymnasia Yahudi. Jerusalem telah berubah menjadi kota yang tidak lagi ketat dengan banyak pembatasan dan perlahan berubah menjadi sebuah polis Yunani.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here