MUI Imbau Masyarakat Kuatkan Spiritual untuk Cegah Bunuh Diri

585
Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Ahmad Zubaidi. (Foto: mui)

Jakarta, Muslim Obsession – Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi perhatian khusus pada kasus bunuh diri yang ramai mewarnai pemberitaan media massa di Tanah Air.

Berita terakhir adalah kasus bunuh diri satu keluarga yang terjadi di Malang pada Selasa, 12 Desember 2023 lalu.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi mengatakan fenomena kasus bunuh diri saat ini sangat meresahkan semua kalangan. Salah satu faktor yang menjadi poin kuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri dikarenakan putus asa dalam menghadapi tantangan di kehidupan modern.

“Di kehidupan modern ini memang menawarkan kehidupan yang memerlukan biaya tinggi, karena semua serba membutuhkan uang, untuk kehidupan sehari-hari juga membutuhkan dana tidak sedikit,” ujar Kiai Zubaidi, mengutip MUIDigital, Senin (18/12/23).

Kiai Zubaidi mengatakan, pada zaman yang semakin modern ini, faktor ekonomi menjadi pemicu terkuat keputusasaan seseorang dalam menjalani hidup. Ketidakseimbangan pengeluaran dan penghasilan yang diperoleh juga menjadi faktor kuat yang mendorong seseorang memilih untuk mengakhiri hidupnya.

“Saat ini, banyak orang yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau tidak mempunyai penghasilan tetap, bahkan tidak mempunyai penghasilan sama sekali. Ketika seseorang sudah terpuruk, tidak mempunyai dana atau penghasilan tentu akan sangat sulit sekali untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena kebutuhan hidup zaman sekarang cukuplah tinggi,” kata Kiai Zubaidi.

“Kalau pun ada orang yang memiliki penghasilan, terkadang juga merasa tidak cukup, karena manajerialnya kurang bagus,” imbuhnya.

Selain dua faktor yang disebutkan di atas, menurut Kiai Zubaidi, kesiapan mental spiritual dan gaya hidup seseorang juga menjadi faktor keputusasaan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan mental spiritual yang lemah, seseorang akan sulit memanaje emosional dalam menjalankan keberlangsungan hidup.

“Keadaan ini terkadang tidak diiringi dengan kesiapan mental spiritual yang baik, sehingga orang mudah putus asa. Dan salah satu faktor lainnya adalah adanya gaya hidup yang tidak disesuaikan dengan kondisinya,” ungkapnya.

“Orang selalu ingin bergaya hidup tinggi, terkadang tidak menyesuaikan dengan keadaan, karena mungkin takut dibilang miskin, takut dibilang tidak bisa menyesuaikan dengan zaman, dan anggapan-anggapan lain sehingga banyak orang yang memaksakan diri untuk hidup tidak pada levelnya,” jelasnya.

Menurut dia, hal-hal tersebut dapat memicu berbagai persoalan dalam rumah tangga, khususnya percekcokan antar suami dan istri. Pada kasus tertentu ada pihak istri yang tidak puas terhadap pendapatan suami, lalu terjadi prinsip perselingkuhan dan lain-lain.

Semua itu menjadi tekanan hidup yang sangat luar biasa. Ketika orang mencari pemenuhan kebutuhan hidup, tidak jarang mereka memenuhinya dengan cara berutang. Jika tidak pandai dalam menentukan gaya hidup, semakin hari orang akan semakin banyak utangnya.

Sehingga ketika beban utang sudah banyak, ini akan menimbulkan beban kehidupan yang luar biasa. Ketika pada puncak itu, seseorang sudah banyak debt collector yang datang, sementara dia sulit untuk mencari sumber-sumber pinjaman baru. Ini menimbulkan kesetresan tersendiri, sehingga percekcokan dalam rumah tangga bisa terjadi.

“Maka pada kondisi tersebutlah seseorang bisa frustasi bahkan sampai hilang akal yang kemudian menyebabkan terjadinya tindakan yang tidak manusiawi, sehingga terjadi pembunuhan terhadap anggota-anggota keluarganya maupun menyengaja untuk bunuh diri sekeluarga,” tambahnya.

Dengan kondisi yang memprihatinkan saat ini, Kiai Zubaidi optimis bahwa fenomena pembunuhan dan bunuh diri yang sedang marak terjadi saat ini masih dapat dicegah dengan cara meningkatkan kekuatan spiritual yang tinggi, yaitu melalui keimanan dan ketakwaan yang kuat, yang diimplementasikan dalam amal ibadah kita sehari-hari.

Menurutnya, ketika amal ibadah seseorang sudah bagus, beribadah sesuai dengan tuntunan-Nya, maka insya Allah spiritual seseorang tersebut juga akan menjadi kuat, sehingga menghadapi kehidupan pun akan bisa lebih relax, lebih sabar.

Oleh karenanya ia mengimbau masyarakat untuk memperkuat iman dan takwa kepada Allah dengan melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya agar memiliki kesabaran yang tinggi dalam menghadapi persoalan modern saat ini.

Selain itu ia juga mengajak masyarakat untuk hidup dengan menyesuaikan keadaan, tidak mengikuti tuntunan modernitas agar kehidupan lebih aman, nyaman, tenteram dan lebih santai dalam hidup ini, tidak dikejar-kejar oleh utang.

“Mari kita giatkan semangat bekerja kita, dengan etos kerja yang semangat karena Allah SWT, mudah-mudahan Allah SWT membukakan pintu rezeki kita dengan sebaik-baiknya dengan rezeki yang banyak dan halal,” kata dia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here